Share

Bab 17

Author: Ema Ahman
last update Last Updated: 2023-06-12 15:53:29

Ceklek!

Teguh yang sedang menelepon tiba-tiba seperti mendengar bunyi pintu yang ditutup pelan. Seketika ia yang sedang berada di balkon kamarnya berhenti berbicara dengan Shakila di telepon.

Spontan ia menutup speaker ponselnya dan berbalik melihat ke arah pintu. Apa Anggraini mendengarnya menelepon?

Rasa was-was tiba-tiba menyelimutinya. Bukan ia yang menelepon tadi melainkan Merry dan Shakila, putri kecilnya. Sebenarnya ia tidak ingin mengangkat panggilan telepon itu, namun karena mereka terus meneleponnya tanpa jeda, mau tidak mau Teguh berpikir harus mengangkatnya.

Lagi pula Anggraini sedang merajuk padanya, tidak mungkin secepat itu ia kembali lagi ke kamar. Wanita itu biasanya akan berlama-lama di tempat lain menunggu Teguh membujuknya terlebih dahulu.

Tak ingin merasa cemas tak beralasan, Teguh segera meninggalkan balkon untuk mengecek apakah Anggraini telah kembali ke dalam kamar.

Pintu kamar masih dalam kondisi tertutup rapat seperti tadi Anggraini meninggalkannya dan memb
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nyaprut
bertele tele mai balas dendam saja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 18

    "Kenapa sih musti manyun gitu? Gitu aja marah. Iya deh, Mas minta maaf kalau kamu tersinggung soal kata-kata Mas. Mas cuma nggak pengen kamu kecapekan, Anggre. Bayangin aja, kita nggak bisa ketemu tiap hari, eh giliran Mas pulang, kamu bukannya temanin Mas having fun, eh kamunya malah tepar karena kecapekan. Duh, apa kata orang nanti? Dikira Mas nggak bisa ngasih istrinya nafkah sampai-sampai istrinya kerja banting tulang. Gitu loh maksudnya Mas," kata Teguh dengan nada membujuk.Anggraini menghela napas tak peduli dengan bujukan itu."Peduli amat kata orang! Ini bukan soal duit, Mas. Tapi soal passion aku. Mas tau dari dulu aku minat di senam, olahraga. Apa salahnya aku tekuni sih? Nanti juga kalau aku nggak kuat, berhenti sendiri," jawab ketus Anggraini lagi.Teguh lagi-lagi mencoba untuk mengalah dan tetap bersabar menghadapi Anggraini."Iya deh, iya. Tapi ketimbang di senam kamu nggak pengen gitu kerja yang sesuai dengan bidang ilmu yang kamu pelajari selagi masa kuliah? Sayang l

    Last Updated : 2023-06-13
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 19

    "Anggre! Tunggu!" panggil Teguh sambil mengejar Anggraini.Dari lantai atas hingga menuruni eskalator, mereka menjadi tontonan orang lain di mall itu. Bagaimana tidak? Mereka terlihat seperti tokoh yang bertengkar dalam sinetron rumah tangga."Anggre, kenapa marah sih? Mas kan cuma pengen kamu menjadi wanita shalihah yang terjaga auratnya!" Teguh berusaha membujuk Anggraini yang dari tadi sibuk menepis tangannya.Anggraini tak menjawab. Bulshit semua itu! Jika benar semua hanya demi alasan yang dimaksudkannya itu, lalu kenapa baru sekarang? Lalu, kenapa seakan Teguh telah berubah jadi pria paham agama? Hanya Anggraini yang tahu bahwa sholat yang fardhu saja suaminya itu masih suka bolong-bolong. Syukur-syukur kalau di Singapura sana ingat sholat Jum'at. Sudahlah, hanya Anggraini yang tahu kaj mereka bukan pemeluk agama yang taat."Anggre!! Dengarin Mas dulu!"Kini mereka telah sampai diparkiran!Anggraini langsung membuka pintu mobil. Kunci sedari tadi dia yang pegang. Ia berada di

    Last Updated : 2023-06-13
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 20

    Anggraini menangis sejadi-jadinya saat taxi biru itu hilang dari pandangan matanya. Ini tidak adil!Ia dengan kemarahannya mengacak-acak seluruh kamar, menghamburkan semua benda yang berada di atas meja rias, menarik selimut dan seprai dari atas tempat tidur.Sial! Sial! Sial!!!Kapan bajingan itu mendapat balasannya?!Seketika ia bermaksud membatalkan semua rencana yang telah disusunnya matang-matang. Kemarahannya menggebu-gebu. Anggraini menyeka air matanya. Ya, dia akan ke Bandung sekarang juga! Dia akan tangkap basah saja suaminya itu di rumah istri simpanannya dan akan dia labrak langsung wanita itu. Akan dia cek-kik, dan tikkam perut wanita itu bersama anak dalam kandungannya. Ya begitu saja!Anggraini yang terpuruk di samping tempat tidur tiba-tiba bangun, mencari sesuatu di laci. Gunting, ah tidak! Mungkin sebaiknya pisau saja!Ia lantas keluar kamar menuruni tangga menuju dapur, mencari pisau yang dia pikir akan dia gunakan untuk menu suk-nusuk perut wanita itu. Tunggu saja

    Last Updated : 2023-06-13
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 21

    "Saya agak sedikit bertanya-tanya kenapa ibu memilih untuk bertemu kami di tempat ini. Padahal tadi maksud saya kita bertemu di rumahnya saja sekalian biar enak. Jadi saya bisa jelaskan tentang kekurangan dan kelebihan rumah itu biar ibu juga enak nawarnya," kata si pemilik rumah.Anggraini tersenyum."Itu tidak perlu, Pak. Saya kebetulan sudah tahu rumah itu. Rencananya juga saya mau renovasi nantinya. Jadi kekurangan rumah itu bukan masalah besar asal kita sepakat di harga yang sama," kata Anggraini."Syukurlah kalau begitu. Rumah itu sebenarnya cukup kokoh karena merupakan bangunan lama. Hanya perlu dicat juga sudah bagus kembali," kata si pemilik rumah lega.Usai berbasa-basi ini itu, Anggraini dan si pemilik rumah pun bernegosiasi masalah harga. Seperti yang dijelaskan oleh Sophia, rumah itu memang diberi harga cukup mahal karena lokasi perumahannya berada di area strategis, pusat kota Bandung.Meski sudah siap bangkrut dengan harga yang dipasang oleh si pemilik rumah, Anggraini

    Last Updated : 2023-06-14
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 22

    "Wow! Apa aku tidak salah dengar? Itu tadi benar-benar suara Mas Teguh kan? Laki-laki sialan itu benar-benar…"Sophia tidak melanjutkan kata-katanya melihat ekspresi Anggraini yang datar. Sahabatnya itu pasti sangat terpukul saat ini.Anggraini tidak bereaksi. Wanita itu malah mengambil ponselnya dan menghubungi Teguh dengan panggilan vidio. Padahal sudah jelas-jelas pria itu tidak akan mengangkatnya karena saat ini ia sedang berada dengan istri simpanannya.Benar saja sampai Anggraini menelepon untuk beberapa kali dial tetap saja panggilan itu tidak diangkat oleh Teguh.Anggraini terpaku lagi sejenak. Ia mendengus. Sementara Sophia mengusap punggungnya lembut, tahu kalau sohibnya itu sedang dilanda amarah besar setelah shock dengan drama rumah tangga harmonis yang mereka saksikan tadi dengan cara menguping."Aku butuh beberapa perabotan rumah tangga di sini, Phi. Sesekali aku akan menginap, makan dan tidur di sini," kata Anggraini.Anggraini sepertinya sudah tidak tertarik lagi untuk

    Last Updated : 2023-06-14
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 23

    "Sayang, entar malam aja VC-nya. Mas saja cuma permisi sebentar sama bos karena mau kabarin kamu ini. Entar kalau Mas nggak nyempatin telepon kamu, kamu ngambek lagi. Mana kemarin sampai Mas pergi kamu nggak mau bukain pintu kamar. Tas Mas aja dilempar ke luar kamar dengan kejamnya. Ish, ish … tega banget pokoknya," kata Teguh beralasan.Anggraini terdiam mendengar semua kebohongan itu. Ya, ya, ya baiklah. Berbohonglah selagi kau bisa. Karena nanti kalau sudah tanggal mainnya, aku tidak akan yakinin lagi kalau kau bahkan masih sanggup untuk bicara, batin Anggraini."Nah, tuh kan? Bos sudah melambai-lambai ke Mas, suruh balik ke sini. Padahal bru ditinggal tiga menit," lanjut Teguh lagi seolah mengeluh.Yang kau maksud bos melambai-lambai itu apakah istri simpananmu itu?Anggraini menghela napas dalam-dalam. Sabar. Ada saatnya kamu akan mendapat balasan untuk setiap part kebohongan yang kamu ciptakan, Mas, batin Anggraini lagi."Ya sudah, entar aja kalau Mas sempat. Ya sudah, baik-bai

    Last Updated : 2023-06-15
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 24

    Sudah tiga hari Anggraini berada di Bandung. Ia memutuskan untuk berada di kota ini dulu sampai setidaknya hari Jum'at. arulah kemudian ia kembali ke Jakarta karena khawatir di hari itu Teguh akan pulang ke rumah. Selain untuk kepengurusan surat-surat rumah, Anggraini berpikir lebih hemat biaya dan energi jika ia berada di Bandung di hari-hari kerjanya sebagai instruktur zumba daripada harus mondar-mandir pulang pergi setiap hari. Selama beberapa hari ini pula Anggraini hanya bisa memantau Merry dari kejauhan. Ia sama sekali belum punya kesempatan untuk mendekati wanita itu. Dan belum punya keberanian untuk melakukan pendekatan secara langsung. Anggraini pastinya harus berhati-hati dalam bertindak, jangan sampai hanya karena dia tidak sabaran malah mengundang kecurigaan Merry yang berujung semua yang direncanakannya menjadi gagal total.Namun pernah beberapa kali mereka berpapasan, tetapi syukurnya saja Merry tidak terlihat kaget saat melihatnya. Entah wanita itu tahu tentang stat

    Last Updated : 2023-06-15
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 25

    "Mbak Anggre nggak ada di rumah? Kemana, Bik?" tanya Riani.Saat ini ia sedang berada di rumah milik kakak dan kakak iparnya itu."Emmm … " Bik Asih terlihat berpikir keras menjawab pertanyaan adik ipar majikannya itu. Hal itu tentu saja membuat Riani heran karenanya. Seperti ada yang aneh."Aku beberapa hari ini sering lewat sini loh, tapi nggak ada mobilnya Mbak Anggre. Kemana ya? Masa sibuk terus?""Bibik nggak tau Mbak. Mungkin lagi pergi cari bahan atau cari inspirasi buat konten-kontennya kali, Mbak?" Bik Asih mencari alasan yang paling masuk akal.Riani berdecak."Masa sih? Perasaan Mbak Anggre udah lama nggak update konten-kontennya. Di Instagram nggak ada, Tiktok, FB, YouTube juga ngga ada kayaknya, Bik. Apa Mbak Anggre punya kegiatan lain apa ya?" tanya Riani seolah pada dirinya sendiri."Wah, saya kurang tahu tuh, Mbak. Coba Mbak Riani tanya ke Ibu saja nanti, atau telepon saja kalau pengen tahu ibu lagi dimana," saran Bik Asih.Lebih tepatnya asisten rumah tangga itu ing

    Last Updated : 2023-06-17

Latest chapter

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 160

    Dinda menangis keras saat Puspa meraihnya. Entah karena anak berusia satu tahun itu baru bangun atau memang karena dia takut pada sosok Puspa yang tidak familiar, Dinda terkejut saat dirinya langsung ditangkap oleh seorang nenek-nenek yang tidak dia kenal sebelumnya.“Cup! Cup! Jangan menangis, nenek akan membawamu dari sini, Ok? Tenang, tenang jangan menangis!” Puspa berusaha membujuk Dinda yang kini telah berada dalam gendongannya.Melihat putrinya sangat ketakutan, Anggraini merebut paksa Dinda dari Puspa. “Tolong pergi dari sini. Kau membuatnya takut,” desis Anggraini mencoba menahan sabar.“Kau jangan keterlaluan dan bersikap seolah-olah kau adalah ibu kandungnya. Kau tidak punya hak! Aku adalah nenek kandungnya. Dan aku ingin membawanya, aku ingin menjemput cucuku sekarang!”“Anda yang jangan keterlaluan! Ngomong-ngomong soal hak, anda yang tidak punya hak apa-apa terhadap mereka. Aku mengantongi ijin dari pemerintah untuk merawat mereka,” kata Anggraini.“Hah! Izin dari pemeri

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 159

    Perempuan tua itu menerobos masuk tanpa menghiraukan Anggraini yang berdiri di pagar.“Mama! Tunggu dulu!”Anggraini berusaha mencegah mantan mertuanya itu untuk masuk ke rumahnya. Sebenarnya dia sendiripun sudah enggan menyebut perempuan itu dengan panggilan Mama, namun untuk saat ini ia tidak punya waktu untuk memanggilnya dengan sebutan lain“Jangan halangi aku! Aku akan membawa dia dari sini!”Rupanya keributan di luar membuat Shakila yang sudah masuk ke dalam rumah kembali keluar untuk melihat apa yang terjadi. Demikian pula baby sitternya Dinda menyusul Shakila untuk melihat apa yang terjadi.“Di mana dia? Di mana cucuku!” teriaknya.Anggraini berjalan cepat dan menghalangi Puspa untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia membentangkan tangannya lebar-lebar.“Stop! Cukup sampai di situ ya. Tolong bersopan santunlah saat hendak masuk ke rumah orang lain. Aku sangat menghormati tamu, tapi kalau sikap Mama seperti ini aku tidak akan segan-segan mengusir Mama dari rumah ini!” ancam Anggrain

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 158

    “Kita sudah sampai!!!” seru Asyif yang baru saja mematikan mesin mobil.Shakila segera membukakan pintu mobil dengan lihai, pertanda dia telah biasa melakukannya. Terlihat gadis kecil itu begitu senang telah dibawa jalan-jalan oleh ayah bundanya.“Dih, main tinggal aja. Memang ayah nggak disayang dulu apa?” cibir Asyif pura-pura kecewa saat Shakila hendak langsung keluar.“Oh iya, lupa!” Shakila menepuk jidatnya dan langsung berbalik badan.Cup!! Ia segera mencium pipi Asyif.“Terima kasih jalan-jalannya, Ayah!” ucapnya.“Dan mainannya juga!” celutuk Anggraini mengingatkan Shakila agar tidak lupa mengucapkan terimakasih juga atas belanjaan mainan Anggraini yang seabrek.“Oh, iya! Lupa lagi. Terimakasih mainannya juga, Ayah!” ucapnya.Asyif mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengelus kepala anak itu.“Ya, nanti ajak adek main juga ya!” kata Asyif.“Hu’ uh!” jawab Shakila mengiyakan.Anak perempuan itu segera turun dari mobil setelah membawa beberapa mainan yang bisa dia bawa terlebi

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 157

    “Kila, pulang yuk!” ajak Anggraini dengan nada sebal.Bagaimana dia tidak sebal, sedari tadi dia hanya mengikuti kedua orang itu keliling-keliling di Mall sekaligus menjadi tukang angkut barang-barang belanjaan Shakila yang sengaja dibelikan Asyif untuknya. Sementara kedua orang, bapak dan anak itu berjalan di depannya sambil tertawa cekikikan. Bukankah itu harusnya terbalik? Harusnya dia yang menuntun Shakila dan Asyif yang membawakan barang-barang belanjaan mereka. Dasar, sungguh tidak gentleman! gerutu Anggraini“Pulang? Yang benar aje, rugi dong!” sahut Asyif membuat Anggraini semakin lebih sebal lagi.“Nanti, Bun. Kita kan belum makan. Belum makan ice cream juga. Benar kan, Yah?” kata Shakila pada Asyif meminta dukungan dari Asyif.“Benar tuh. Bundamu tuh nggak tau. Lagian buat apa sih cepat-cepat pulang? Sudahlah, nikmati aja dulu. Lagian nggak tiap hari kan kita jalan-jalan begini?”Anggraini mendengus.“Bukannya apa-apa, ih. Dinda di rumah takutnya rewel gimana?” “Ada si Mba

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 156

    “Kila, ada Bunda yang jemput tuh!”Shakila yang tengah bermain perosotan di halaman sekolah langsung menoleh ke arah gurunya, lalu melihat lagi ke arah yang ditunjuk ibu guru tersebut.Tak jauh dari sana ada Anggraini yang melambaikan tangan sambil berjalan ke arah mereka.“Bundaaaaa!!!” panggil bocah itu sambil buru-buru berlari ke arah Anggraini.Begitu sampai di dekat Anggraini, Shakila pun lantas menghambur ke pelukan Anggraini dan yang segera dibalas peluk pula oleh Anggraini.“Lama nunggu Bunda nggak?” tanya Anggraini.“Nggak kok. Kila baru aja pulang, kata Bu Guru, Kila main aja dulu sambil tungguin Bunda,” jawab gadis kecil itu.Anggraini tersenyum. Satu tahun lebih dia telah mengasuh anak itu beserta adiknya. Sudah banyak perubahan yang terjadi termasuk pada tumbuh kembang mereka. Shakila sudah tidak lagi bicara cadel seperti dulu. Gadis kecil itu juga sudah tumbuh menjadi anak yang lebih ceria meninggalkan tampilan imutnya di tahun-tahun sebelumnya.Anggraini membungkukkan s

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 155

    Anggraini bengong sesaat dengan secarik kertas berwarna putih di tangannya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Asyif.Pria ini entah bagaimana menyediakan diri untuk membantu Anggraini dan menemaninya dalam kepengurusan masalah Dinda yang sudah berlangsung selama beberapa hari itu. Kebetulan juga Sophia tidak bisa menemaninya hari ini.Anggraini menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya dia mengangguk. Hari ini dia pergi ke kantor catatan sipil untuk mencetak ulang kartu keluarganya sebagai syarat agar dia bisa membawa pulang kembali Dinda. Sebelum staf itu memberikan padanya Kartu Keluarga itu, setitik keinginan di hati Anggraini berharap bahwa Kartu Keluarga yang dia inginkan itu tidak mencetak nama Merry di sana. Walaupun sebelumnya dia sendiri sudah pernah ke sini untuk menanyakannya langsung. Dan ternyata benar, bahwa di Kartu Keluarga itu terpampang dengan nyata nama Merry dan putrinya. Dan sekarang Anggraini benar-benar memegang Kartu Keluarga itu dalam bentuk fisik.“Kartu keluarg

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 154

    Sophia yang baru saja memesan makanan siap saji, saat membalikkan badannya heran karena tidak melihat Anggraini di meja yang tadi mereka telah pilih. Namun kemudian kebingungannya berubah menjadi keterkejutan saat melihat Anggraini ada di depan outlet sedang bertengkar dengan seseorang yang dia tidak kenal.“Itu anak saya, berikan dia pada saya!!” teriak perempuan itu dengan kencang sehingga pertengkaran mereka menarik perhatian banyak mata.Anggraini mengelak saat perempuan itu ingin mengambil kembali bayi yang berada dalam gendongannya.“Ini Dinda. Katakan, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu siapanya dia? Mana Ibu Septi?” tanya Anggraini menyebutkan nama ibunya Merry.“Ape hal kau kata ni? Aku tak paham apa cakap kau tu. Kalau tak bagi anak aku sekarang juga, aku akan report kau ke polis!” ancamnya.Anggraini geleng-geleng kepala.“Sana laporkan saja! Aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku sudah mendengar apa yang kamu katakan di telepon. Kamu mau bawa dia ke negaramu, tapi kamu ti

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 153

    “Jadi kamu yakin nggak mau balik lagi ke Jakarta?” tanya Sophia saat mereka sedang makan siang di kediaman orang tua Sophia di Jakarta.Anggraini mengangguk.“Ya, aku mau menetap di Bandung aja deh kayaknya. Soalnya kerjaanku juga di sana kan? Di sini juga aku kayak yang bingung mau ngapain,” kata Anggraini.Anggraini mengangguk.“Iya sih. Kalau di Jakarta membuat kamu nggak nyaman, sebaiknya ditinggalin aja. Tapi kalau aku boleh kasih saran meski kamu tinggal di Bandung, kamu nggak usah tinggal di rumah itu lagi. Jual aja tuh rumah. Pasti kamu juga nggak pengen teringat terus tentang mereka kan? Sudahlah, buka lembaran baru saja. Kalau kamu setuju, entar aku bantu jualkan rumah itu,” kata Sophia menjelaskan.Anggraini mengangguk.“Iya makanya itu aku lebih pilih ngontrak dulu sebelum aku dapat rumah baru. Entar kalau rumahnya laku dijual aku cari rumah lain aja,” jawab Anggraini terhadap saran sahabatnya itu.“Nah gitu donk! Jadi habis makan kita jadi ke pengadilan agama nih?” “Beso

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 152

    Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Merry. Bahkan begitu mereka keluar dari dalam mobil, nenek Shakila yang juga merupakan ibu dari Merry itu langsung menyambut cucu-cucunya. “Kila, kamu sudah besar, Nak? Peluk nenek!” pinta wanita itu. Shakila mundur beberapa langkah dan kini bersembunyi di belakang tubuh Anggraini. Wanita itu menatap Anggraini. Tersungging seulas senyum di bibirnya. Entahlah, sekilas Anggraini merasa kalau senyum itu berbeda, menimbulkan kesan sinis. “Maaf, kamu istri pertamanya Teguh?” tanya wanita itu. Anggraini membenarkan meski dalam hati ia cukup terkejut mengetahui bahwa perempuan itu mengetahui bahwa dia adalah istri tua dari Teguh. “Iya, benar. Kenapa ibu tahu?” tanya Anggraini dengan nada sedikit tidak suka. Bagaimana tidak? Anggraini heran dengan kenyataan bahwa ibu ini seperti perempuan tidak tahu malu yang telah menikahkan putrinya pada suami orang lain. Bahkan Anggraini bisa melihat foto figura besar di ruang tamu rumah it

DMCA.com Protection Status