Sebulan kemudian.Kedua bibir itu saling melumat dengan mesra. Bersama dekapan yang semakin erat, serta juga luapan kasih sayang seperti usapan dan belaian di mana-mana. Menemani mereka menyambut pagi yang indah itu.“Morning, sayang.”Selesai kecupannya yang terakhir, Vino menyapa seperti itu pada sang istri. Lagi-lagi dibelainya dengan penuh kasih sayang pipinya yang merona merah.“Selamat pagi, Mas. Kamu ngagetin aku aja deh pagi-pagi udah cium-cium begini,” kata Soraya dengan suara yang sedikit serak.“Abisnya lagi-lagi waktuku buat menghabiskan waktu dengan kamu dan anak-anak udah mau habis. Setelah weekend berlalu, sekarang aku harus kembali sibuk bekerja. Aku benci banget hari senin,” ucap Vino dengan nada sedikit merengek yang membuat Soraya langsung terkekeh. “Ahhh… mana aku juga harus terbang ke Bali lagi selama tiga hari buat ikutan seminar tender. Nyebelin banget.”“I feel you, Mas. Aku dan anak-anak pasti bakal kangen banget sama kamu selama tiga hari itu. Tapi kan hidup
[SPY: Kami akan segera naik pesawat menuju Bali. Uruslah bagianmu dengan Soraya. Pastikan semuanya lancar dan tepat sasaran.]Ratu mematikan lagi layar ponselnya setelah membaca pesan dari Fadly. Dia lantas meraih sebuah map berwarna putih yang dia letakkan di samping tas sandang miliknya. Dia membuka mapnya itu untuk membacanya lagi barang sejenak, sebelum kemudian meletakkannya di atas meja.Inilah saatnya. Inilah hari yang dia tunggu-tunggu. Setelah begitu banyak waktu berlalu, serta setelah semua trik yang dia lakukan secara diam-diam, maka kini saatnya melesatkan tembakan.Omong-omong saat ini dia ada di sebuah kafe tempat janjiannya dengan Soraya. Di mana selama sebulan ke belakang, dia memang semakin dekat dengan perempuan itu dengan alasan meminta bantaun dalam persiapan pernikahan. Soraya pun dengan senang hati membantunya saat dia memiliki waktu luang.Tentu saja selama ini hal itu terjadi dengan diam-diam. Tak hanya berkoordinasi dengan Fadly yang dia tugaskan untuk memasti
Soraya sebelumnya biasa-biasa saja. Walau merasa heran karena isi amplop itu malah surat dan bukan foto seperti yang Ratu ceritakan, namun dia tetap memeriksanya. Sampai ketika dia menyadari kalau itu adalah surat hasil pemeriksaan DNA. Lalu ada deretan huruf bercetak tebal yang berada di bagian tengah kertas.Probabilitas Ratu Adelia sebagai ibu dari (coretan) Arvino Bentala adalah 99.99%.Itulah saat hal aneh menjalari dirinya. Jantungnya berdetak dengan kencang, serta tentu saja darahnya terasa berdesir hebat. Sehingga tak heran wajah itu menjadi pucat mendadak.“I-Ini… ini apa, Ratu? Apa maksudnya ini?”Diliriknya perempuan di depannya. Soraya baru menyadari tiba-tiba ekspresi dan cara panjang perempuan itu berbeda. Bagaimana menjelaskannya ya? Namun, terlihat angkuh dan licik dibanding gadis yang tadi diajaknya bicara?“Seperti yang Mbak baca kalau itu adalah hasil pemeriksaan DNA antara diriku… dengan anakku. Salah satu anak yang sekarang Mbak Soraya akui sebagai anaknya Mbak.”
Ratu berhasil membuat pikiran Soraya menjadi kacau balau. Sejak meninggalkan kafe tadi dan berhenti di tepi jalan, perempuan itu tinggal di sana selama satu jam lebih. Memang sempat dia menangis di awal, namun kemudian sisanya dia mencoba untuk memikirkan ulang segalanya.Sejujurnya, dia masih sulit menerima kemungkinan kalau Vino akan menduakannya. Sebab rasa-rasanya cinta suaminya itu terhadapnya sangatlah besar, bahkan terasa lebih besar daripada dirinya. Vino juga selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk menunjukkan kasih sayang itu di depannya.Namun kini, tentu saja hati Ratu jadi meragu. Bagaimana kalau ternyata itu semua hanyalah sandiwara yang sengaja ditunjukkan Vino demi mengamankan rahasianya. Demi menyembunyikan fakta kalau ada wanita selain dirinya di sisi pria itu.Tentu saja, pada akhirnya ini bukan tentang keluguan lagi. Ini bukan tentang bagaimana dia dengan polosnya menerima ucapan-ucapan manis pria itu. Apalagi nyatanya Soraya mulai ingat beberapa tanda-tanda
“Ada apa, sayang? Kok kamu melamun aja? Apa ada masalah?”Teguran dari suaminya itu meleburkan lamunan Soraya. Membuatnya dengan cepat melirik ke arah pria itu yang kini telah berada di hadapannya lagi setelah jauh selama tiga hari ini. Dalam masa tiga hari yang paling sulit di hidup wanita itu.Bagaimana tidak?Tiga hari ini Soraya mendapatkan bisikan kalau kehidupan yang dijalaninya selama ini adalah sebuah kebohongan, di mana suaminya ternyata sempat berselingkuh dan bahkan diam-diam menyelundupkan anak ke dalam rumah tangga mereka. Belum lagi karena Soraya juga curiga kalau Indah sang mertua juga terlibat dengan ini semua, sehingga membuatnya tak bisa percaya pada siapapun.Dua hari yang lalu, perempuan itu memutuskan untuk membuktikan sendiri ucapan Ratu. Dia telah mengambil sampel dari kedua anaknya serta sampel dirinya sendiri sebagai perbandingan, lalu telah dibawa ke rumah sakit pilihannya. Namun, dia masih harus menunggu selama dua bulan sampai hasilnya keluar. Sehingga itu
[Staf Rumah Sakit Cahaya Medika: Selamat siang, Bu. Kami dari Cahaya Medika ingin menyampaikan kalau hasil pemeriksaan tes DNA yang Anda ajukan telah keluar. Oleh sebab itu mohon untuk mengambil hasilnya mulai dari besok di jam kerja dari jam 9-16. Kami hanya memberi waktu satu bulan untuk Anda mengambilnya, sebab kalau tidak data mungkin akan kami musnahkan sesuai prosedur. Terima kasih.]Hati Soraya jadi tak karuan lagi saat mendapat pemberitahuan itu. Aneh sekali. Padahal selama empat belas hari ini dia gelisah karena ingin segera tahu hasilnya. Namun sekarang setelah saat itu datang kenapa dia malah takut sendiri?‘Tidak. Aku harus berani. Ini harus dihadapi agar aku tahu yang sebenarnya terjadi. Sehingga dengan begitulah aku bisa mengambil keputusan dan melanjutkan hidup.’Tekad itu terus dia tanamkan di kepalanya yang penuh dengan kebimbangan ini.Suara pintu kamar mandi pun terbuka. Dari dalamnya sang suami tampak keluar dalam kondisi segar dengan jubah mandi. Namun, walau begi
Perasaan campur aduk itu juga Soraya rasakan saat menemani anak-anaknya bermain saat ini. Setelah tadi mereka sarapan bersama dan mengantar kepergian sang kepala keluarga bekerja, kini mereka menghabiskan waktu bercengkerama sejenak di beranda belakang. Tentu saja juga ada Indah bersama mereka.Sama seperti saat menatap Vino, khusus hari ini memandang kedua anaknya terasa janggal di dadanya. Keresahan atas hasil yang akan diterimanya nanti membuatnya sulit mengendalikan ekspresinya. Sehingga lagi-lagi hanya senyuman palsu yang terlihat di sana.‘Aku bahkan tak bisa membayangkannya, namun… dari semua kebohongan ini kuharap ocehan Ratu soal anak-anaklah yang tidak benar. Aku mungkin akan bisa menerima dan tabah kalau memang hati Mas Vino bisa beralih dariku, tapi aku tak yakin sanggup menerima kenyataan kalau ternyata salah satu dari kedua malaikat ini bukan anak kandungku.’Soraya memikirkan itu sambil membelai wajah Nala dan Naka secara bergantian. Di mana mereka kini sibuk menyusun p
[+62812XXXXXXX9: Bagian Laboraturium Rumah Sakit Cahaya Medika. Mbak Soraya hari ini akan mengambil hasil tes DNA antara dirinya dengan si kembar Nala dan Naka. Kamu nggak ingin ikut untuk melihat hasilnya?]Arvino benar-benar seperti terkena sambaran petir di siang bolong. Tentu saja ini tak pernah terlintas di benaknya walau sedikitpun, walaupun dia tahu betapa Ratu begitu mengganggunya.Untuk sejenak sempat pria itu termangu karena rasa panik yang dia rasakan. Sebelum kemudian deringan ponsel kembali meleburkan lamunan itu. Dilihatnya perempuan gila itu kembali berusaha untuk menghubunginya. Kali ini Vino putuskan untuk mengangkatnya.“Berhenti bermain omong kosong. Bisakah kamu berhenti untuk menggangguku? Apa kamu benar-benar nggak takut aku membongkar perbuatan yang kamu lakukan?” seru Vino dengan suara yang begitu bergetar.‘Aku nggak main-main kok, Mas. Kamu bahkan bisa tanya langsung lho sama istri kamu yang tercinta itu. Walau kayaknya… dia nggak bakal mengangkat panggilan k