“Apa benar Paman Tampan adalah papa Felix yang asli?” tanya Felix dengan mata besarnya yang membulat sempurna.Ariana mengangguk. Ia masih merasa bersalah karena sudah berbohong pada anaknya. “Benar, Paman Saka sebenarnya adalah papa kandungmu, Felix,” ucap Ariana mencoba meyakinkan anaknya.“Tapi, kenapa Paman Tampan tidak pernah bilang pada Felix kalau dia papa Felix?” tanya Felix bingung. “Apa Paman Tampan tidak suka kalau Felix anaknya?”Ariana tersentak mendengar penuturan Felix. “Tidak! Mana mungkin begitu. Buktinya, Paman Saka kan baik padamu. Dia kasih kamu banyak hadiah. Emm … Paman Saka cuma bingung saja bagaimana menjelaskannya pada Felix karena baru kali ini bertemu dengan Felix setelah sekian lama.”“Benarkah?” Felix bangkit dari tidurnya dan merangkak mendekati Ariana. “Beneran Paman Tampan sayang sama Felix?”Ariana terdiam menatap mata berbinar anaknya. “Iya. Mana mungkin dia tidak sayang pada anaknya sendiri, kan? Apalagi Felix itu anak yang pintar. Dia pasti sangat s
Mendengar suara Saka yang meninggi, Ariana tersentak. “Ba-baiklah. Aku akan bawa Felix pulang sekarang juga,” ucap Ariana dengan suara bergetar.Wanita itu langsung saja mematikan teleponnya tanpa menunggu balasan dari Saka. Ia tidak mau mendengar suara pria itu lagi. Ia tidak suka saat ada orang yang berteriak padanya, apalagi dengan alasan tidak jelas.‘Huh, menyeramkan sekali, sih!’ gerutu Ariana dalam hati sembari mengelus dada. Ia berusaha menenangkan diri sebelum berjalan menuju Felix dan Jake yang menunggunya.“Mama!” sapa Felix dengan mulut yang sedikit belepotan karena sisa es krim yang tadi ia makan.Ariana tersenyum pada Felix dan mengambil tisu basah yang selalu ia bawa. “Felix, sekarang kita pulang, ya? Tiba-tiba ada urusan mendadak yang harus Mama urus,” ucap Ariana.“Eh? Kenapa tiba-tiba?”Ariana menoleh pada Jake dan mengangguk. “Iya, maaf, Jake. Kami harus pulang sekarang. Tidak usah repot-repot mengantarkan kami pulang, aku akan panggil taksi saja.”“Tapi, nanti–”“T
“Paman Tam—Eh, Papa?!”Felix yang melihat kedatangan orang yang sudah ia tunggu-tunggu itu segera turun dari kasurnya. Kaki kecilnya berjalan cepat ke arah Saka yang baru saja masuk ke kamarnya.“Sst!” Saka meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika melihat Ariana yang tertidur pulas. Felix segera menghentikan langkahnya dan menutup mulut. Ia mengangguk cepat setelah paham dengan maksud Saka.Akan tetapi, Ariana yang tertidur tidak membuat reuni ayah dan anak itu terasa canggung. Saka segera menarik Felix ke dalam gendongannya. Terlihat senyum lebar di kedua sudut bibir laki-laki itu.“Sst, Mama sedang tidur. Mama sepertinya capek sekali hari ini. Jangan sampai membuat Mama terbangun, ya, Pa,” bisik Felix di telinga Saka.Mendengar hal itu, Saka berusaha menahan tawanya. Ada desiran aneh dalam dadanya ketika mendengar Felix memanggilnya dengan sebutan ‘Papa’. Tidak pernah Saka membayangkan dirinya akan disebut seperti itu oleh orang lain. Awalnya, ia berpikir akan biasa saja,
“Apa? Aku juga ikut?” Ariana menatap Saka dengan pandangan tidak percaya.“Iya, ikutlah bersama kami,” ucap Saka sekali lagi. “Cepat ganti bajumu. Jangan membuatku malu karena kamu pergi dengan pakaian seperti itu!”“Ba-baiklah! Beri aku waktu sebentar,” seru Ariana. Ia segera bangkit dan berlari ke kamarnya.Ariana langsung berlari ke kamar mandi, ia membersihkan wajahnya agar lebih segar, untungnya ia sudah mandi bersamaan dengan Felix mandi tadi. Ia segera membuka lemari pakaiannya dan mencari gaun mana yang paling cocok untuk acara keluarga Wilson. “Ya ampun, kenapa tiba-tiba mengajakku ikut juga, sih?” gumam Ariana kewalahan. “Duh, apa tidak apa-apa untukku ikut? Aku bahkan belum mempersiapkan diri!”Akhirnya, pilihan Ariana jatuh pada gaun putih dengan pita abu-abu. Ia memilihnya tanpa pikir panjang. Ia hanya pernah memakai gaun itu sekali saat datang ke acara penghargaan.Tak hanya itu, Ariana pun mencoba memakai riasan dalam waktu singkat. Untungnya, ia berhasil siap dalam wa
Ariana dan Saka sama-sama mematung. Sementara itu, Felix masih menunggu mereka melakukan apa yang ia minta.“Benarkah? Kalau begitu Papa juga harus melakukannya.”“Apa?” respon Ariana dengan mata membulat. Berbeda dengannya, Felix justru berteriak kegirangan.Ketika Ariana menoleh ke arah Saka, ternyata pria itu sudah berjalan ke arahnya dan tiba-tiba saja jarak mereka menjadi sangat dekat. Secara spontan Ariana pun langsung menutup matanya rapat-rapat.Cup!Kecupan ringan mendarat di pipi Ariana. Karena tidak merasakan apapun lagi, Ariana pun perlahan membuka matanya. Tangannya dengan gemetar menyentuh bekas kecupan Saka. Meski sangat singkat, tetapi Ariana bisa merasakan sisa bibir Saka di sana. Rasa panas pun menjalar di pipi Ariana.“Sudah,” ucap Saka dengan memasang wajah datarnya. Ia tidak berekspresi apa pun dan bersikap seolah ia tidak pernah mencium pipi Ariana. “Papa pergi dulu, ada pekerjaan yang harus Papa urus,” ucapnya pada Felix.Saka berjalan dan melirik ke arah Ariana
‘Besok, temui papa di ruang kerja Papa. Ada hal yang ingin Papa bicarakan denganmu.’Sudah beberapa hari sejak Arnold mengatakan hal itu pada Saka, tetapi Saka belum juga sempat berangkat ke sana. Karena hari ini ia sedang tidak banyak kerjaan, Saka pun akhirnya menyempatkan diri untuk menemui ayahnya.Saka tidak datang sendirian. Ia kali ini mengajak Felix untuk ikut dengannya. Setelah melihat kedekatan Felix dengan kakek dan neneknya, Saka bisa melihat adanya kesempatan untuk membuat orang tuanya menyukai Felix. Ia ingin Felix semakin dekat dengan keluarganya.Apalagi, ketika Saka akan memberitahukan kedatangannya pada Arnold dan Diana, mereka langsung senang. Diana seketika bercerita bahwa ia sangat ingin bertemu dengan Felix, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.“Sebentar lagi kita akan sampai, Felix,” ucap Saka saat mereka sudah memasuki kawasan mansion. “Bagaimana perasaanmu?”“Aku sudah tidak sabar bertemu sama Kakek dan Nenek!” jawab Felix antusias.Saka tersenyum kecil meliha
Ariana merapikan penampilannya sebelum turun dari mobil. Ia tersenyum melihat bayangannya sendiri di cermin yang ia bawa. Entah mengapa hari ini suasana hatinya terasa lebih baik dari biasanya. Setelah itu, Ariana pun turun.Baru selangkah Ariana keluar dari mobil, seorang pria melambaikan tangan ke arahnya. “Ariana!” seru Alano yang menyadari keberadaannya terlebih dahulu dari pada orang lain.Ariana tersenyum dan menghampiri Alano. “Halo, Alano! Rasanya sudah lama sekali kita tidak satu jadwal syuting, ya?”“Iya, kamu benar. Bagaimana kabarmu? Sudah lama aku tidak main lagi ke apartemenmu,” ucap Alano. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Ariana. “Aku kangen banget sama Felix, sudah lama tidak bertemu dengannya.”Ariana tertawa kecil melihat Alano yang memasang wajah pura-pura sedihnya. “Jangan khawatir, Alano. Aku dan Felix baik-baik saja, kok.”Tiba-tiba, Ariana terdiam. Alano pun menyadari bahwa senyum Ariana berubah masam. Namun, Alano tidak berani bertanya lebih lanjut. “Syukurla
Tidak ada yang tahu dengan apa yang terjadi pada anak kecil itu. Ketika Felix sudah kehilangan tenaga dan kesadarannya, segera saja pria itu mengangkatnya dengan mudah dan membawanya masuk ke sebuah mobil hitam yang ia kendarai.“Semoga saja tidak ada yang melihat kita,” ucap Maria, nenek yang tadi berpura-pura kesusahan membawa barang belanjaannya. Berkat aktingnya, ia jadi bisa menipu Felix. Awalnya, Maria tidak berpikir bahwa hal itu akan berhasil, tetapi ternyata Felix dapat ditipu dengan trik murahan.“Sudah, pokoknya kita cepat pergi dari sini saja!” seru David dan mulai menyalakan mesin mobilnya setelah ia meletakkan Felix ke kursi penumpang.Mobil itu pun dengan segera melaju dengan kecepatan tinggi menuju titik kumpul yang sudah ditetapkan.***“Presdir, apa sebaiknya kita tidak menghubungi Nona Alice terlebih dahulu sebelum datang menjemput Felix?” tanya Nichole yang berjalan mengikuti Saka. Kini pekerjaan mereka sudah selesai dan Saka berniat untuk menjemput Felix seperti y