“Apa? Siapa?” Ariana sebenarnya masih belum paham dengan apa yang dikatakan oleh Saka kepadanya. Pria itu seperti ingin memberitahukan sesuatu pada Ariana, tetapi di sisi lain, dia juga tidak mau. Ariana pun bingung dan penasaran di saat yang sama.“Bukankah Ayah saya meninggal karena sakit, Tuan?” tanya Ariana sekali lagi. Ia mulai tertarik dengan topik pembicaraan Saka yang tiba-tiba.Saka terdiam mendengar rentetan pertanyaan dari Ariana. Sayangnya, ada satu hal yang lebih menarik perhatiannya daripada topik pembicaraan yang baru saja ia angkat itu. Saka tersenyum kecil dan berkata, “Aku baru sadar kalau selama ini kamu memanggilku dengan embel-embel ‘Tuan’. Aku kan bukan majikanmu. Kamu bisa panggil aku Saka atau panggilan apapun yang kamu suka. Kamu juga bisa bicara dengan santai, tidak perlu kaku dan formal begitu.”Ariana tergagap. Sebenarnya ia terbiasa memanggil Saka dengan sebutan Tuan karena Saka menjadi atasannya di agensi tempatnya bermain drama terakhir kali. Ia jadi ket
Brak! Brak! Brak!Hari ini rasanya sama sekali tidak menenangkan seperti biasanya. Felix yang sejak tadi menunggu Ariana itu menggedor-gedor pintu kamar Ariana dengan bersemangat.“Mama! Mama! Cepatlah! Apa masih lama ganti bajunya?!” teriak Felix tidak sabaran.“Sebentar, Sayang!” teriak Ariana dari dalam kamar.Wanita itu sebenarnya sudah memakai gaunnya, hanya saja ia masih perlu menata rambut dan memasang anting-antingnya. Belum lagi ia harus memakai make up. Meski Ariana tetap cantik tanpa menggunakan make up, tetapi rasanya akan sangat kurang jika ia tidak merias wajahnya saat pergi ke luar. “Ma, aku masuk, ya!” teriak Felix lagi. Kali ini, ia menggapai gagang pintu kamar Ariana dan mendorongnya.“Eh, Felix?!” seru Ariana terkejut. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa dan membiarkan Felix untuk masuk.“Duh, Mama ini padahal udah cantik, apa masih perlu pakai make up?” protes Felix.Ariana menggembungkan pipinya dan menatap anaknya yang sudah tampan itu. Ia menatap Felix dengan
Setelah itu, kelima orang itu pun berkumpul di belakang mansion. Sebelum acara dimulai, mereka mempersiapkan beberapa perlengkapan. Saka dan Arnold menyiapkan alat masak, sedangkan Ariana, Diana, Grace, dan Felix mulai menyiapkan bahan-bahannya.“Hmm … kenapa mereka tidak datang juga, ya?” gumam Diana yang terlihat khawatir.“Eh? Mereka siapa, Ma? Bukannya sudah lengkap?” tanya Ariana heran.“Itu, teman—”“Kami datang! Maaf ya menunggu lama!”Tiba-tiba, terdengar seruan dari belakang Ariana. Ariana yang mendengar suara yang tidak asing pun dengan cepat menoleh ke asal sumber suara. Matanya melebar dan senyumnya mengembang.“Kalian?!” Ariana berseru tidak percaya saat melihat Alano, Alice, dan Nichole datang. Ariana berjalan ke arah Alice dan memeluknya sejenak. “Kalian juga diundang?”Alano dan Alice mengangguk mantap. Diana yang ikut bergabung pun berkata, “Iya, Mama juga mengundang mereka. Mereka teman-temanmu, kan? Nichole juga datang karena dia sudah seperti anakku sendiri, hihi.
“Mama cantik sekali …. seperti putri yang ada di film-film!”Ariana menoleh pada Felix yang tidak mengalihkan tatapannya darinya. Wajah anak empat tahun itu masih terlihat polos, ditambah ketika mulutnya menganga kecil membuat Felix terlihat menggemaskan.“Masa, sih?” Ariana menyentuh wajahnya. “Iya! Mama yang paling cantik! Mama cocok sekali pakai gaun putihnya!”Alice yang berada di antara kedua orang itu mendengkus. “Tentu saja! Kan Mami yang desain bajunya!”Ariana tertawa melihat respon Alice. “Kamu benar. Terima kasih sudah mau menuruti permintaan egoisku, Alice. Karena Saka minta tanggal pernikahannya harus cepat, kamu jadi tidak bisa tidur demi mengerjakan gaunnya.”Alice menggeleng. Ia menatap Ariana yang terlihat menawan dalam balutan gaun putih dengan rok yang mengembang seperti bunga mawar putih yang mekar. Riasan Ariana tidaklah berlebihan, sangat pas untuk acara pernikahan. Rambutnya yang panjang itu dikepang dan disanggul, lalu dihias dengan tiara sederhana tetapi terl
Restoran bergaya rustic dengan tema kayu dan besi berwarna hitam itu tampak ramai. Penyebabnya adalah waktu yang sudah memasuki jam makan siang. Restoran itu terkenal dengan makanan daging panggangnya yang sedap dan beraroma wangi. Tak heran jika orang-orang ingin makan di sana untuk makan siang.Namun, pria yang tampak berwibawa dengan setelan jasnya itu justru berjalan menuju pintu keluar. Ia baru saja menyelesaikan rapatnya di lantai dua restoran tersebut.Pria bernama Saka Wilson itu berjalan cepat dengan melengos melewati kerumunan para pengunjung. Sayangnya, karena terlalu sibuk memperhatikan jalan di depannya, ia jadi tidak menyadari adanya sosok kecil di bawah kakinya.Bruk!“Astaga!” pekik Saka. Langkah Saka terhenti ketika menyadari suatu benda menghalangi jalannya. Ia menunduk untuk memeriksa hal itu. Pupilnya mengecil ketika menyadari sesuatu yang menghadangnya.Seorang bocah laki-laki dengan gaya pakaian sailor yang imut itu jatuh terduduk di depan Saka. Wajah Saka mendad
Saka tidak salah mengenal krystal itu. Ia ingat jika krystal itu ia pesan dengan bentuk yang ia inginkan, jadi tidak mungkin ada dua benda seperti itu di dunia ini.“Dari mana kamu mendapatkan benda itu?” tanya Saka tanpa sadar.Felix dan Nichole serempak menoleh pada Saka. Felix menjawab, “Ini punya Mama. Kata Mama, Papa lah yang memberikan benda ini pada Mama dulu sebagai kenang-kenangan.”Saka terdiam sejenak. Perasaannya mendadak kacau. “Apa … kamu tahu di mana papamu sekarang berada?”Felix menggeleng. “Kata Mama, Papa sudah meninggal dunia sebelum aku lahir. Jadi, aku belum pernah bertemu dengan Papa sama sekali. Mama menyimpan ini, tapi karena ini satu-satunya benda dari Papa, jadi aku mengambil dan menyimpannya.”“Tadi kamu bilang berapa usiamu?” tanya Saka mencoba memastikan kembali.Felix mengangkat empat jarinya. “Empat tahun!”Mata Saka melebar. Jika ia tidak salah hitung, memang sudah sekitar lima tahun ia memberikan gelang krystal tersebut pada wanita itu. Seandainya upa
“Apa kamu menemukan wanita itu?!”Saka menghela napas panjang. “Aku belum yakin akan hal itu, Profesor. Saat ini, aku masih menyelidikinya. Tapi, ada kemungkinan jika wanita yang tadi aku temui adalah wanita itu. Lalu, dia juga membawa anak kecil yang berumur empat tahun,” jelas Saka panjang lebar, tetapi tetap dengan nada tenang.“Anak kecil? Apa kamu menduga jika dia adalah anakmu, Saka?” tanya Harry sekali lagi.“Hanya dugaan saja. Aku sudah bilang sedang menyelidikinya, kan? Awalnya, aku bertemu anak itu dan dia membawa krystal yang aku berikan pada wanita yang bermalam denganku waktu itu.”“Krystal?”Saka bergumam mengiyakan. “Itu krystal khusus yang hanya ada satu di dunia. Tidak mungkin orang lain memilikinya kecuali wanita itu. Tapi, Profesor, memangnya mungkin pembuahan bisa berhasil hanya dengan satu kali percobaan?” tanya Saka.Itulah yang selama ini menjadi pikiran Saka. Mungkin saja jika wanita itu memang wanita yang tidur dengannya, tetapi apa mungkin anak itu adalah ana
Ada beberapa hal yang berbeda dari data wanita yang Saka temui lima tahun yang lalu. Di sini, tertulis jika Ariana mengubah kewarganegaraannya pada usia 22 tahun meski ia tidak lahir di negara itu. Padahal, Ariana lahir di negara ini.‘Kenapa dia tiba-tiba saja mengubahnya?’ batin Saka keheranan. Ia mencoba mencari tahu alasannya di dalam dokumen itu, tetapi ia tidak dapat menemukannya.“Nichole, apa kamu tidak tahu kenapa Ariana mengganti kewarganegaraannya?” tanya Saka.Nichole diam dan memeriksa salinan dokumen dalam komputernya. “Tidak ada, Presdir. Sepertinya bukan karena tindak kejahatan dan hal itu memang janggal, tapi hanya itu yang dapat saya temukan. Jika ada info lain, maka akan segera saya sampaikan pada Anda.”‘Jadi hanya Ariana sendiri yang tahu alasannya,’ batin Saka sembari mengernyit.Saka kembali menatap ke arah Nichole. “Bagaimana dengan tes DNA-nya? Profesor Harry sudah menunggumu sejak kemarin.”Senyum lebar terpatri di wajah Nichole. “Tenang saja, Presdir! Saya a