‘Besok, temui papa di ruang kerja Papa. Ada hal yang ingin Papa bicarakan denganmu.’Sudah beberapa hari sejak Arnold mengatakan hal itu pada Saka, tetapi Saka belum juga sempat berangkat ke sana. Karena hari ini ia sedang tidak banyak kerjaan, Saka pun akhirnya menyempatkan diri untuk menemui ayahnya.Saka tidak datang sendirian. Ia kali ini mengajak Felix untuk ikut dengannya. Setelah melihat kedekatan Felix dengan kakek dan neneknya, Saka bisa melihat adanya kesempatan untuk membuat orang tuanya menyukai Felix. Ia ingin Felix semakin dekat dengan keluarganya.Apalagi, ketika Saka akan memberitahukan kedatangannya pada Arnold dan Diana, mereka langsung senang. Diana seketika bercerita bahwa ia sangat ingin bertemu dengan Felix, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.“Sebentar lagi kita akan sampai, Felix,” ucap Saka saat mereka sudah memasuki kawasan mansion. “Bagaimana perasaanmu?”“Aku sudah tidak sabar bertemu sama Kakek dan Nenek!” jawab Felix antusias.Saka tersenyum kecil meliha
Ariana merapikan penampilannya sebelum turun dari mobil. Ia tersenyum melihat bayangannya sendiri di cermin yang ia bawa. Entah mengapa hari ini suasana hatinya terasa lebih baik dari biasanya. Setelah itu, Ariana pun turun.Baru selangkah Ariana keluar dari mobil, seorang pria melambaikan tangan ke arahnya. “Ariana!” seru Alano yang menyadari keberadaannya terlebih dahulu dari pada orang lain.Ariana tersenyum dan menghampiri Alano. “Halo, Alano! Rasanya sudah lama sekali kita tidak satu jadwal syuting, ya?”“Iya, kamu benar. Bagaimana kabarmu? Sudah lama aku tidak main lagi ke apartemenmu,” ucap Alano. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Ariana. “Aku kangen banget sama Felix, sudah lama tidak bertemu dengannya.”Ariana tertawa kecil melihat Alano yang memasang wajah pura-pura sedihnya. “Jangan khawatir, Alano. Aku dan Felix baik-baik saja, kok.”Tiba-tiba, Ariana terdiam. Alano pun menyadari bahwa senyum Ariana berubah masam. Namun, Alano tidak berani bertanya lebih lanjut. “Syukurla
Tidak ada yang tahu dengan apa yang terjadi pada anak kecil itu. Ketika Felix sudah kehilangan tenaga dan kesadarannya, segera saja pria itu mengangkatnya dengan mudah dan membawanya masuk ke sebuah mobil hitam yang ia kendarai.“Semoga saja tidak ada yang melihat kita,” ucap Maria, nenek yang tadi berpura-pura kesusahan membawa barang belanjaannya. Berkat aktingnya, ia jadi bisa menipu Felix. Awalnya, Maria tidak berpikir bahwa hal itu akan berhasil, tetapi ternyata Felix dapat ditipu dengan trik murahan.“Sudah, pokoknya kita cepat pergi dari sini saja!” seru David dan mulai menyalakan mesin mobilnya setelah ia meletakkan Felix ke kursi penumpang.Mobil itu pun dengan segera melaju dengan kecepatan tinggi menuju titik kumpul yang sudah ditetapkan.***“Presdir, apa sebaiknya kita tidak menghubungi Nona Alice terlebih dahulu sebelum datang menjemput Felix?” tanya Nichole yang berjalan mengikuti Saka. Kini pekerjaan mereka sudah selesai dan Saka berniat untuk menjemput Felix seperti y
Di tempat lain, Maria dan David baru saja sampai di sebuah villa terpencil. Felix yang masih tidak sadarkan diri digendong oleh David dan dibawa masuk. Mereka membaringkan Felix di atas tempat tidur.“Cepat ikat tangan dan kakinya supaya dia tidak kabur!” ucap Maria yang langsung dituruti oleh David.Bibir wanita itu tertarik dan membuat seringai jahat. “Duh, anak yang malang,” ucap Maria yang duduk di sebelah Felix. Ia menyentuh pipi lembut anak itu seolah-olah merasa sangat kasihan dengan nasibnya.“Ayo, Sayang. kita harus keluar sekarang. Aku tidak sabar untuk melanjutkan rencana kita yang lainnya!” ucap Maria. “Tidak salah aku bekerja sama dengan pria itu! Jika dia tahu kita berhasil menculik anak ini, dia pasti akan sangat senang!”Maria dan David keluar. Ada dua penjaga yang berdiri di samping pintu. Pria yang bekerja sama dengan Maria dan David lah yang membantu menyediakan penjaga. Kedua orang itu berjalan menuju sebuah ruangan, tempat di mana pria itu berada.Tok! Tok! Tok!“
Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut melihat kedatangan dua orang yang tidak disangka-sangka. Bahkan Saka pun sama terkejutnya dengan mereka.“Mama? Papa? Kenapa kalian ada di sini?” ujar Saka heran.Diana berjalan mendekati Saka dengan cepat. Alisnya menukik tajam dan siap untuk menceramahi Saka. “Apa maksudmu, hah? Memangnya kami akan tinggal diam saja saat cucu kami diculik?! Kamu sendiri kenapa tidak mengatakan berita penting ini sebelumnya?!” Diana terus memojokkan Saka hingga pria itu tidak bisa berkata-kata.“Ma, Mama tenang dulu,” ujar Saka dan mencoba menarik Diana untuk duduk di sofa kosong. Arnold pun ikut duduk di sebelah Diana. Masih dengan wajah kesalnya, Diana berkata, “Jadi, bagaimana ceritanya? Cepat jelaskan semuanya! Tidak boleh ada yang terlewat, Saka!”Saka pun menjelaskan semua yang terjadi pada Felix tanpa menutup-nutupinya, termasuk siapa pelaku dan apa yang mereka inginkan. Ia tidak bisa membantah ucapan Diana.Setelah Saka menyelesaikan ceritanya, Di
[Ini adalah alamatnya.] [Datanglah kemari tanpa pengawal. Kalian juga tidak boleh melaporkan ini pada polisi. Hanya ada dua orang saja yang boleh datang kemari.][Jika kalian melanggar persyaratan di atas, tidak akan kubiarkan kalian keluar hidup-hidup!][Aku tunggu kedatangan kalian 30 menit lagi. Lebih dari itu, ucapkan selamat tinggal pada anak ini!]Setelah menunggu selama berjam-jam, akhirnya Saka mendapatkan balasan pesan dari para penculik. Mereka mengirimkan titik lokasi di mana mereka akan bertemu beserta beberapa persyaratan khususnya.“Biar aku dan Nichole saja yang akan pergi. Kalian semua tunggu di sini!” ucap Saka dan bangkit serta bersiap-siap.Akan tetapi, Ariana dengan cepat menghentikan Saka. “Tidak! Biarkan aku ikut denganmu! Aku ingin melihat langsung kondisi Felix!” cegah Ariana. Ariana sebenarnya juga ingin memastikan apakah benar orang-orang jahat itu adalah ibu tirinya atau bukan. Ia memang tahu bahwa ibu tirinya adalah orang yang kejam, tetapi ia hampir tida
Setelah kejadian itu, Saka segera kembali menemui Nichole di mansionnya. Alice yang melihat kondisi Ariana segera memeluk wanita itu dan menenangkannya. Penembakan yang terjadi di depan matanya langsung membuat Ariana merasa syok.“Nichole, bagaimana hasilnya? Apa alatnya berfungsi dengan baik?” tanya Saka yang masuk ke sebuah ruangan khusus di mansion itu.Dalam ruangan itu, terdapat Nichole dan dua orang lainnya. Mereka sedang melacak dan mendengarkan apa yang sedang Maria dan komplotannya lakukan.“Ini, Presdir. Anda harus mendengarkan rekaman yang sudah kita dapatkan,” ucap Nichole sembari menyerahkan headphone yang tadi ia kenakan pada Saka.“Untuk lokasinya, mereka berhenti di sekitar area ini.” bawahannya yang lain menunjukkan peta dengan titik merah menyala di sana.Saka mengangguk paham, lalu menerima headphone yang Nichole berikan dan memakainya. Salah satu bawahannya menunjukkan monitor yang menampilkan video dari kamera kecil yang Saka letakkan di koper uang.Dengan serius
Setelah pertengkarannya dengan sang mama, Saka pun memutuskan untuk menenangkan dirinya dengan beristirahat di area belakang rumah. Melihat beningnya air kolam renang dan suara gemericik membuat perasaannya jauh lebih baik.Saka sama sekali tidak menyangka jika Diana akan sangat sebenci itu pada Ariana. Ia bahkan tidak tahu mengapa Diana berperilaku seperti itu. Diana terus memojokkan Ariana dengan berkata bahwa wanita itu adalah wanita murahan. Rasanya ada sesuatu yang tidak mengenakkan dalam hati Saka ketika ia mendengar Diana berkata seperti itu pada Ariana. Ariana sendiri juga tidak berusaha untuk membela diri, ia malah diam saja. ‘Kecuali saat Mama mengungkit Felix, dia terlihat sangat marah dan tidak terima.' Sepertinya ia lebih mementingkan anaknya daripada dirinya sendiri.Akan tetapi, meski Ariana diam saja dan berusaha untuk terlihat tegar, nyatanya Saka masih bisa melihat mata Ariana yang berkaca-kaca. Ia pasti sedang menahan emosinya sendiri. Drrt! Drrt! Drrt!Dering tel