Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut melihat kedatangan dua orang yang tidak disangka-sangka. Bahkan Saka pun sama terkejutnya dengan mereka.“Mama? Papa? Kenapa kalian ada di sini?” ujar Saka heran.Diana berjalan mendekati Saka dengan cepat. Alisnya menukik tajam dan siap untuk menceramahi Saka. “Apa maksudmu, hah? Memangnya kami akan tinggal diam saja saat cucu kami diculik?! Kamu sendiri kenapa tidak mengatakan berita penting ini sebelumnya?!” Diana terus memojokkan Saka hingga pria itu tidak bisa berkata-kata.“Ma, Mama tenang dulu,” ujar Saka dan mencoba menarik Diana untuk duduk di sofa kosong. Arnold pun ikut duduk di sebelah Diana. Masih dengan wajah kesalnya, Diana berkata, “Jadi, bagaimana ceritanya? Cepat jelaskan semuanya! Tidak boleh ada yang terlewat, Saka!”Saka pun menjelaskan semua yang terjadi pada Felix tanpa menutup-nutupinya, termasuk siapa pelaku dan apa yang mereka inginkan. Ia tidak bisa membantah ucapan Diana.Setelah Saka menyelesaikan ceritanya, Di
[Ini adalah alamatnya.] [Datanglah kemari tanpa pengawal. Kalian juga tidak boleh melaporkan ini pada polisi. Hanya ada dua orang saja yang boleh datang kemari.][Jika kalian melanggar persyaratan di atas, tidak akan kubiarkan kalian keluar hidup-hidup!][Aku tunggu kedatangan kalian 30 menit lagi. Lebih dari itu, ucapkan selamat tinggal pada anak ini!]Setelah menunggu selama berjam-jam, akhirnya Saka mendapatkan balasan pesan dari para penculik. Mereka mengirimkan titik lokasi di mana mereka akan bertemu beserta beberapa persyaratan khususnya.“Biar aku dan Nichole saja yang akan pergi. Kalian semua tunggu di sini!” ucap Saka dan bangkit serta bersiap-siap.Akan tetapi, Ariana dengan cepat menghentikan Saka. “Tidak! Biarkan aku ikut denganmu! Aku ingin melihat langsung kondisi Felix!” cegah Ariana. Ariana sebenarnya juga ingin memastikan apakah benar orang-orang jahat itu adalah ibu tirinya atau bukan. Ia memang tahu bahwa ibu tirinya adalah orang yang kejam, tetapi ia hampir tida
Setelah kejadian itu, Saka segera kembali menemui Nichole di mansionnya. Alice yang melihat kondisi Ariana segera memeluk wanita itu dan menenangkannya. Penembakan yang terjadi di depan matanya langsung membuat Ariana merasa syok.“Nichole, bagaimana hasilnya? Apa alatnya berfungsi dengan baik?” tanya Saka yang masuk ke sebuah ruangan khusus di mansion itu.Dalam ruangan itu, terdapat Nichole dan dua orang lainnya. Mereka sedang melacak dan mendengarkan apa yang sedang Maria dan komplotannya lakukan.“Ini, Presdir. Anda harus mendengarkan rekaman yang sudah kita dapatkan,” ucap Nichole sembari menyerahkan headphone yang tadi ia kenakan pada Saka.“Untuk lokasinya, mereka berhenti di sekitar area ini.” bawahannya yang lain menunjukkan peta dengan titik merah menyala di sana.Saka mengangguk paham, lalu menerima headphone yang Nichole berikan dan memakainya. Salah satu bawahannya menunjukkan monitor yang menampilkan video dari kamera kecil yang Saka letakkan di koper uang.Dengan serius
Setelah pertengkarannya dengan sang mama, Saka pun memutuskan untuk menenangkan dirinya dengan beristirahat di area belakang rumah. Melihat beningnya air kolam renang dan suara gemericik membuat perasaannya jauh lebih baik.Saka sama sekali tidak menyangka jika Diana akan sangat sebenci itu pada Ariana. Ia bahkan tidak tahu mengapa Diana berperilaku seperti itu. Diana terus memojokkan Ariana dengan berkata bahwa wanita itu adalah wanita murahan. Rasanya ada sesuatu yang tidak mengenakkan dalam hati Saka ketika ia mendengar Diana berkata seperti itu pada Ariana. Ariana sendiri juga tidak berusaha untuk membela diri, ia malah diam saja. ‘Kecuali saat Mama mengungkit Felix, dia terlihat sangat marah dan tidak terima.' Sepertinya ia lebih mementingkan anaknya daripada dirinya sendiri.Akan tetapi, meski Ariana diam saja dan berusaha untuk terlihat tegar, nyatanya Saka masih bisa melihat mata Ariana yang berkaca-kaca. Ia pasti sedang menahan emosinya sendiri. Drrt! Drrt! Drrt!Dering tel
“....”Masih belum ada jawaban. Saka diam dan berusaha untuk tetap tenang. Meski sebenarnya ia juga khawatir dengan apa yang terjadi pada bawahan-bawahannya itu.Di sisi lain, anggota yang tengah menyusup di lantai bawah itu berdiri mematung karena sebuah pintu yang terbuka lebar secara tiba-tiba. Mereka belum sempat memasuki ruangan itu dan memeriksanya.Wanita yang baru saja keluar dari ruangan itu menoleh cepat saat menyadari bahwa ada orang di dekatnya. Matanya menatap nyalang pada orang-orang itu. “Hei, apa yang kalian lakukan di sini, hah?!” bentaknya pada dua orang suruhan Saka itu. Emosinya sedang tidak baik-baik saja karena Jake yang tak kunjung bisa dihubungi.Dua orang suruhan Saka saling menatap, mereka tetap tenang karena bertemu musuh selama misi adalah hal yang biasa.Salah satu dari dua orang itu mendekat dan berkata, “Kami sedang berpatroli, Nyonya. Kami mendengar ada hal aneh yang terjadi, makanya kami coba berkeliling untuk mengeceknya.”“Lalu? Apa kalian menemukan
Rasanya seperti tidak ada yang bernapas. Semuanya menahan napas mereka sejak suara peluru terdengar menggelegar. Mata mereka semua melebar saat mendapati cairan merah keluar dari bagian tubuh orang yang tertembak.“Tidak! Tidak mungkin!” Satu-satunya wanita yang ada di sana berteriak kencang dan keluar dari tempat persembunyiannya.Semua orang menoleh ke arah si penembak, termasuk Saka. Pria itu berdiri tanpa adanya luka sedikit pun, berbeda dengan Jake yang tumbang sembari memegangi bekas tembakan. Saka memang terkejut, tetapi ia dengan cepat berusaha menenangkan diri.Pistol Saka masih dingin. Bukan dia yang menembak Jake. Ia menoleh cepat ke asal datangnya peluru dan mendapati Nichole sedang memasang kuda-kuda menembaknya. Kedua tangannya memegangi pistol yang ujungnya mengeluarkan asap.“Nichole?” gumam Saka. Ia dan Nichole saling menatap.“Sialan kau, Saka!” Ternyata Jake masih punya tenaga untuk mengumpat pada Saka. Meski begitu, ia juga terlihat sangat kesakitan akibat tembakan
“Felix, cucuku! Kamu selamat, Sayang! Apa kamu tidak tahu jika Nenek sangat mengkhawatirkanmu?”Diana yang melihat cucunya selamat itu langsung saja merampasnya dari pelukan Ariana. Ia seperti tidak membiarkan ibu dari anak itu untuk menyentuh cucunya.Ariana yang merasakan anaknya diambil oleh Diana langsung kehilangan senyumnya. Kebahagiaannya belum selesai dengan tuntas, tetapi sudah dirampas begitu saja. Akan tetapi, Ariana tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya diam dan tersenyum canggung, berusaha untuk tidak terlihat sakit hati agar Diana tidak semakin menjadi-jadi.‘Aku tidak mau disudutkan dan dipermalukan lagi, apalagi sekarang ada banyak orang yang melihat,’ batin Ariana. Ia sudah lelah diperlakukan seperti wanita yang hina dan tidak punya harga diri oleh Diana.“Akhirnya cucuku pulang! Nenek sangat takut terjadi sesuatu padamu, Sayang!” seru Diana dengan dramatis. Ia melirik ke arah Ariana. “Memang, ya! Seharusnya kamu dengan Nenek saja, bukan dengan mamamu! Jaga anak saja t
Luna nampaknya tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Diana. Namun, ia tetap berusaha untuk terlihat tenang dan terus memasang senyum palsunya. Tapi, dalam hatinya, ia sangat tidak terima. Tentu saja Luna akan merasa sangat cemburu setelah tahu Saka bermalam dengan wanita lain. Ia kesal dengan Saka yang sama sekali tidak mau melihatnya, tetapi mau membayar wanita untuk melahirkan anaknya.‘Kenapa tidak aku saja, sih! Padahal Kak Saka juga tidak perlu mengeluarkan uang banyak kalau mau aku melahirkan anaknya!’ batin Luna kesal. Tangannya mengepal sangat erat di bawah meja.‘Kira-kira siapa wanita itu, ya? Memangnya sehebat apa dia sampai Kak Saka mau menyewanya?!’Di tengah-tengah pikiran Luna yang berkelut, Diana melanjutkan curhatnya, “Sebenarnya tante tidak masalah jika Saka mau menyewa rahim atau tidak! Tapi yang buat tante kesal itu, kenapa Saka harus memilih wanita iblis itu!”“Wanita iblis? Apa dia benar-benar wanita yang kejam, Tante?” Luna semakin penasaran dengan