“....”Masih belum ada jawaban. Saka diam dan berusaha untuk tetap tenang. Meski sebenarnya ia juga khawatir dengan apa yang terjadi pada bawahan-bawahannya itu.Di sisi lain, anggota yang tengah menyusup di lantai bawah itu berdiri mematung karena sebuah pintu yang terbuka lebar secara tiba-tiba. Mereka belum sempat memasuki ruangan itu dan memeriksanya.Wanita yang baru saja keluar dari ruangan itu menoleh cepat saat menyadari bahwa ada orang di dekatnya. Matanya menatap nyalang pada orang-orang itu. “Hei, apa yang kalian lakukan di sini, hah?!” bentaknya pada dua orang suruhan Saka itu. Emosinya sedang tidak baik-baik saja karena Jake yang tak kunjung bisa dihubungi.Dua orang suruhan Saka saling menatap, mereka tetap tenang karena bertemu musuh selama misi adalah hal yang biasa.Salah satu dari dua orang itu mendekat dan berkata, “Kami sedang berpatroli, Nyonya. Kami mendengar ada hal aneh yang terjadi, makanya kami coba berkeliling untuk mengeceknya.”“Lalu? Apa kalian menemukan
Rasanya seperti tidak ada yang bernapas. Semuanya menahan napas mereka sejak suara peluru terdengar menggelegar. Mata mereka semua melebar saat mendapati cairan merah keluar dari bagian tubuh orang yang tertembak.“Tidak! Tidak mungkin!” Satu-satunya wanita yang ada di sana berteriak kencang dan keluar dari tempat persembunyiannya.Semua orang menoleh ke arah si penembak, termasuk Saka. Pria itu berdiri tanpa adanya luka sedikit pun, berbeda dengan Jake yang tumbang sembari memegangi bekas tembakan. Saka memang terkejut, tetapi ia dengan cepat berusaha menenangkan diri.Pistol Saka masih dingin. Bukan dia yang menembak Jake. Ia menoleh cepat ke asal datangnya peluru dan mendapati Nichole sedang memasang kuda-kuda menembaknya. Kedua tangannya memegangi pistol yang ujungnya mengeluarkan asap.“Nichole?” gumam Saka. Ia dan Nichole saling menatap.“Sialan kau, Saka!” Ternyata Jake masih punya tenaga untuk mengumpat pada Saka. Meski begitu, ia juga terlihat sangat kesakitan akibat tembakan
“Felix, cucuku! Kamu selamat, Sayang! Apa kamu tidak tahu jika Nenek sangat mengkhawatirkanmu?”Diana yang melihat cucunya selamat itu langsung saja merampasnya dari pelukan Ariana. Ia seperti tidak membiarkan ibu dari anak itu untuk menyentuh cucunya.Ariana yang merasakan anaknya diambil oleh Diana langsung kehilangan senyumnya. Kebahagiaannya belum selesai dengan tuntas, tetapi sudah dirampas begitu saja. Akan tetapi, Ariana tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya diam dan tersenyum canggung, berusaha untuk tidak terlihat sakit hati agar Diana tidak semakin menjadi-jadi.‘Aku tidak mau disudutkan dan dipermalukan lagi, apalagi sekarang ada banyak orang yang melihat,’ batin Ariana. Ia sudah lelah diperlakukan seperti wanita yang hina dan tidak punya harga diri oleh Diana.“Akhirnya cucuku pulang! Nenek sangat takut terjadi sesuatu padamu, Sayang!” seru Diana dengan dramatis. Ia melirik ke arah Ariana. “Memang, ya! Seharusnya kamu dengan Nenek saja, bukan dengan mamamu! Jaga anak saja t
Luna nampaknya tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Diana. Namun, ia tetap berusaha untuk terlihat tenang dan terus memasang senyum palsunya. Tapi, dalam hatinya, ia sangat tidak terima. Tentu saja Luna akan merasa sangat cemburu setelah tahu Saka bermalam dengan wanita lain. Ia kesal dengan Saka yang sama sekali tidak mau melihatnya, tetapi mau membayar wanita untuk melahirkan anaknya.‘Kenapa tidak aku saja, sih! Padahal Kak Saka juga tidak perlu mengeluarkan uang banyak kalau mau aku melahirkan anaknya!’ batin Luna kesal. Tangannya mengepal sangat erat di bawah meja.‘Kira-kira siapa wanita itu, ya? Memangnya sehebat apa dia sampai Kak Saka mau menyewanya?!’Di tengah-tengah pikiran Luna yang berkelut, Diana melanjutkan curhatnya, “Sebenarnya tante tidak masalah jika Saka mau menyewa rahim atau tidak! Tapi yang buat tante kesal itu, kenapa Saka harus memilih wanita iblis itu!”“Wanita iblis? Apa dia benar-benar wanita yang kejam, Tante?” Luna semakin penasaran dengan
Ariana sedang berjalan untuk menuju kamarnya ketika tidak sengaja Ariana menutup mulutnya tidak percaya. Ia rasanya mendengar sesuatu yang sangat mustahil untuk terjadi. ‘Jake … dia tidak mungkin melakukan hal itu, kan? Tidak mungkin dia berbuat seperti itu!’Dengan langkah lemas, Ariana berjalan menuju kamarnya. ia seperti orang yang tidak punya tenaga. Ketika berada di kamarnya, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Saking tidak percayanya dia, bahkan ujung-ujung jarinya sampai bergetar.Semalaman Ariana tidak bisa tidur. Ia terus menyanggah apa yang tadi dia dengar ketika lewat di depan kamar Saka. Pikirannya dipenuhi oleh Jake. Karena tidak tahan lagi, akhirnya wanita itu mencoba untuk mencari tahu kebenarannya dengan menghubungi Jake.Sayangnya, meski Ariana sudah terus menekan tombol panggilan, tetapi tidak ada jawaban sama sekali.Ariana pun mencoba untuk mengirim pesan, tetapi tentu saja tidak ada jawaban sama sekali. Bahkan keterangan di sana tertulis bahwa Jake sed
“Ariana!”Begitu sampai di mansion Saka dan melihat Ariana berdiri menunggu kedatangannya, Alice segera berlari keluar dari mobil dan memeluk Ariana. Ariana sendiri langsung membuka tangannya lebar-lebar dan menyambut pelukan Alice.Alano yang menyetir keluar dengan perlahan dan tersenyum melihat dua orang temannya itu. Ia melambaikan tangannya untuk menyapa Ariana.“Selamat datang kalian berdua! Ayo, masuk!” ajak Ariana sambil menggandeng lengan Alice.“Wah … mansion ini sudah seperti rumahmu sendiri, ya, Ariana?” goda Alice yang membuat Ariana tertawa lebar.“Ah, kamu ini! Rasanya seperti mimpi kalau aku memang punya rumah sebesar ini!” ucap Ariana sembari mendongak untuk melihat dekorasi mansion yang mewah dan seperti tidak bisa ia gapai meski dengan usahanya menjadi seorang aktris.Alano dan Alice saling menatap, lalu tersenyum seolah tahu isi pikiran masing-masing.“Bagaimana kabar Felix? Kejadian kemarin bisa membuat anak kecil trauma. Aku harap Felix baik-baik saja,” ucap Alano
Sesuai dengan rencana Saka kemarin, Saka berkunjung ke tempat di mana ia menyekap Maria dan David. Demi itu, Saka rela menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar bisa keluar dari kantornya sebelum sore.Nichole mengantarkan Saka ke tempat itu. Tempatnya tidak jauh berbeda dengan sebuah hunian normal yang terlihat kosong tetapi masih rapi, hanya terlihat tidak berpenghuni saja.Namun, ketika Saka masuk dan turun ke sebuah tangga rahasia, mulailah suasana terasa berbeda. Ruangan bawah tanah yang Saka gunakan untuk menyekap Maria dan David itu tampak gelap dan dingin. Lampu di sana remang-remang dan membuatnya terasa mencekam.“Silakan lewat sini, Presdir,” ucap Nichole yang memimpin jalan.Beberapa pengawal yang melihat kedatangan Saka langsung menunduk hormat dan memberikan jalan bagi Saka untuk lewat. Saka memang menugaskan beberapa penjaga untuk memantau Maria dan David meski tidak terlalu banyak.Nichole menghentikan langkahnya begitu sampai di dua penjara kosong yang ada di ujung
Ariana hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia bangkit dari tidurnya sembari menatap ponsel di tangannya. Hanya ada satu orang yang ada dalam pikirannya saat ini.Tok! Tok! Tok!“Masuklah.”Ariana membuka pintu ruangan Saka dengan perlahan. Terlihat Saka dengan pakaian santainya sedang duduk dan memeriksa beberapa pekerjaannya untuk besok. Ketika melihat Ariana datang, ia segera menutup laptopnya dan bangkit.“Duduklah dengan nyaman,” ucap Saka sembari menunjuk sofa dengan arah pandang matanya. “Katakan apa yang ingin kamu ketahui.” Ariana pun duduk di sana meski dengan canggung. Ia selalu merasa sedikit tidak nyaman dengan ruangan Saka yang kaku. Namun, ia berusaha untuk bersikap santai dan biasa saja.“Ada yang ingin aku tanyakan …,” ucap Ariana. “Sebelumnya, aku minta maaf karena tidak sengaja mendengarkan percakapanmu … tentang Jake.”Saka menghela napas panjang. Ia sudah menduga jika Ariana pasti akan menanyakan hal itu padanya cepat atau lambat. “Apa yang sudah kamu