Sesuai dengan rencana Saka kemarin, Saka berkunjung ke tempat di mana ia menyekap Maria dan David. Demi itu, Saka rela menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar bisa keluar dari kantornya sebelum sore.Nichole mengantarkan Saka ke tempat itu. Tempatnya tidak jauh berbeda dengan sebuah hunian normal yang terlihat kosong tetapi masih rapi, hanya terlihat tidak berpenghuni saja.Namun, ketika Saka masuk dan turun ke sebuah tangga rahasia, mulailah suasana terasa berbeda. Ruangan bawah tanah yang Saka gunakan untuk menyekap Maria dan David itu tampak gelap dan dingin. Lampu di sana remang-remang dan membuatnya terasa mencekam.“Silakan lewat sini, Presdir,” ucap Nichole yang memimpin jalan.Beberapa pengawal yang melihat kedatangan Saka langsung menunduk hormat dan memberikan jalan bagi Saka untuk lewat. Saka memang menugaskan beberapa penjaga untuk memantau Maria dan David meski tidak terlalu banyak.Nichole menghentikan langkahnya begitu sampai di dua penjara kosong yang ada di ujung
Ariana hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia bangkit dari tidurnya sembari menatap ponsel di tangannya. Hanya ada satu orang yang ada dalam pikirannya saat ini.Tok! Tok! Tok!“Masuklah.”Ariana membuka pintu ruangan Saka dengan perlahan. Terlihat Saka dengan pakaian santainya sedang duduk dan memeriksa beberapa pekerjaannya untuk besok. Ketika melihat Ariana datang, ia segera menutup laptopnya dan bangkit.“Duduklah dengan nyaman,” ucap Saka sembari menunjuk sofa dengan arah pandang matanya. “Katakan apa yang ingin kamu ketahui.” Ariana pun duduk di sana meski dengan canggung. Ia selalu merasa sedikit tidak nyaman dengan ruangan Saka yang kaku. Namun, ia berusaha untuk bersikap santai dan biasa saja.“Ada yang ingin aku tanyakan …,” ucap Ariana. “Sebelumnya, aku minta maaf karena tidak sengaja mendengarkan percakapanmu … tentang Jake.”Saka menghela napas panjang. Ia sudah menduga jika Ariana pasti akan menanyakan hal itu padanya cepat atau lambat. “Apa yang sudah kamu
Saka datang tiba-tiba dan langsung berteriak ke arah Ariana. Ariana tentu saja terkejut bukan main melihat Saka yang mendadak marah kepada dirinya. Karena tidak terima, Ariana pun melangkah maju.“Apa maksud Anda? Jangan bicara sembarangan kalau tidak tahu apa alasanku kemari! Aku hanya ingin tahu bagaimana kondisi Jake saja! Tidak lebih dari itu!” Ariana berusaha membela dirinya sendiri.Namun, nampaknya Saka tidak peduli. Ia menarik salah satu sudut bibirnya dan memutar bola mata. “Memastikan keadaannya saja? Bukannya itu sama saja dengan kamu peduli padanya? Apa kamu tidak ingat apa yang sudah aku katakan padamu tadi malam?!”Ariana meneguk ludahnya. Saka tampaknya memang sangat marah saat ini. Dia maju dan menunjuk ke arah Jake yang terbaring tidak sadarkan diri. Wajah Saka memerah karena amarahnya, tetapi Ariana seperti tidak peduli akan hal itu. Padahal, Nichole sampai pucat saat melihat Saka marah seperti itu.“Dia adalah pria yang menculik anakmu! Dia juga yang menyewa pembunu
“Ariana! Ke mana saja kamu seharian ini?!”Ariana yang baru saja masuk ke mansion itu dikejutkan dengan suara keras dari Saka. Dengan badan gemetar karena terkejut, ia menatap Saka yang terlihat sangat marah kepadanya.Ariana menghela napas panjang dan berusaha menenangkan dirinya. Ia berusaha untuk bersabar dan tidak terhasut amarah Saka.‘Apalagi yang dia inginkan, sih? Kenapa Tuan Saka suka sekali mencari gara-gara denganku?’’ batin Ariana.Saka yang melihat Ariana hanya diam dan melemparkan pandangan matanya itu semakin tidak suka. “Ariana! Kenapa kamu diam saja?! Jawab pertanyaanku!” seru Saka.“Aku cuma dari apartemennya Alice saja, kok! Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku!” balas Ariana. Kejadian di rumah sakit tadi pagi membuatnya harus jauh-jauh dari Saka agar emosinya tidak semakin kalut.Sayangnya, Saka sepertinya tidak menerima alasan Ariana. "Lalu kenapa kamu baru pulang? Apa kamu lupa kalau kamu punya anak? Apa kamu tidak kasihan padanya yang tidak bisa tidur karena
Di kediaman yang mewah itu, terlihat seorang wanita paruh baya sedang sibuk merangkai bunga-bunga. Sesekali ia memperhatikan layar televisi yang menunjukkan seseorang tengah memperagakan cara merangkai bunga ala Jepang.Dengan wajah cerah, Diana mengikuti setiap langkah yang ditunjukkan oleh wanita di layar televisi itu. Namun, kegiatannya terhenti saat menyadari bahwa bunga berwarna merah tidak ada di sebelahnya.“Grace!!” teriak Diana memanggil asistennya. “Tolong ambilkan bunga Poppy yang ada di sana!” pintanya.“Baik, Nyonya Diana.”Setelah Bunga Poppy merah itu berada di tangannya, Diana melanjutkan kegiatannya. Sesekali ia bersenandung dengan lantunan halus. Akhir-akhir ini ia merasa sangat senang dan tenang. Sebenarnya, ia sendiri juga berusaha mengalihkan pikirannya dari Ariana.Diana tahu jika dia terlalu memikirkan wanita itu, maka hanya akan membuatnya merasa rugi sendiri. Untuk sementara ia ingin melupakannya sejenak dan menikmati hari liburnya seperti yang dikatakan oleh
Selama Jake koma, tidak banyak yang Hans lakukan. Ia hanya berada di sisi Jake selama 24 jam. Ia makan dan tidur di ruangan yang sama dengan Jake. Hans sama sekali tidak pergi dari sisi Jake dan setia menunggu pria itu sadar.Selama itu pula, yang Hans lakukan adalah melakukan pekerjaan kecil, juga beberapa kali menggantikan pekerjaan Jake yang tertunda. Untungnya ayah Jake tidak terlalu keras pada Jake dan hanya memberikan beberapa pekerjaan kecil. Hans berusaha menggantikan Jake dan menyembunyikan keadaan Jake saat ini.Di saat yang sama, tiba-tiba terdengar suara sayup-sayup orang memanggil namanya. Seketika, Hans membeku. Ia berusaha mencari asal suaranya. Matanya terbelalak saat menyadari siapa yang memanggilnya tadi. Hans dengan cepat berdiri dan berjalan ke arah Jake yang menggerakkan kepalanya dengan lemas. “Tuan Jake?! Tuan Jake?!” seru Hans tidak percaya. Ia hampir saja menangis saat melihat adanya pergerakan dari tuannya.“Di … mana ini?” tanya Jake dengan lemah dan suara
“Ariana, ayo kita menikah!”Ucapan singkat itu membuat Ariana menganga sepenuhnya. Dalam beberapa detik, ia membeku seperti ada yang rusak dalam pikirannya. Ariana pun mengerjap beberapa kali dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah dengar.“... apa? Me ... nikah?”Saka mengangguk mantap. “Iya, menikah. Tapi hanya pernikahan pura-pura,” sambung Saka.Mendengar kata terakhir itu, Ariana menghela napas panjang. “Oh … pura-pura,” gumamnya. Hampir saja ia mati karena terkejut, ternyata itulah yang diingankan Saka sebenarnya.“Tidak ada jalan lain lagi untuk membersihkan namaku dan namamu selain dengan jalan pernikahan. Ini juga untuk kebaikan Felix” jelas Saka sekali lagi. “Jika aku membuat konferensi pers dan membantah berita itu, yang ada Felix akan tersakiti dan akan susah untuk mengumumkannya sebagai pewaris di masa depan nanti.”Saka melanjutkan, “Dengan pernikahan ini, kita bisa mengumumkan bahwa Felix bukanlah anak haram. Nama Felix akan bersih dan tidak ada lagi omonga
Langit malam terasa tenang dan nampak indah untuk dipandang. Meski susah dilihat, tetapi bintang-bintang terlihat berusaha untuk memancarkan cahayanya. Ariana ingat bagaimana dulu bintang terlihat lebih banyak daripada hari ini. Ada suatu masa di mana Ariana menikmati pemandangan malam di atas bukit bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka bertiga saling bercerita satu sama lain dan bertukar candaan. Saat itu Ariana masih sangat kecil dan membuatnya samar-samar mengingat wajah ibunya. Namun, ingatan itu selalu memberikan kesan hangat dalam hati Ariana. Bahkan saat ini, ia pun tengah tersenyum ketika memikirkannya.‘Rasanya saat itu aku tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Pekerjaanku hanya main, makan, dan tidur,’ batin Ariana. Perlahan senyuman Ariana menghilang. ‘Sekarang Papa dan Mama sudah tidak ada di sini, kuharap mereka bahagia di surga sana.’Ariana berdoa seperti itu meski ia merasakan bahwa kepergian kedua orang tuanya membuat dunianya tidak lagi terasa indah. Sejak merek