“Hans, bantu aku. Aku tidak tahu kapan lagi aku punya waktu sebelum Saka menghukumku. Aku ingin bertemu dengan Ariana secepatnya.”Hans menghela napas panjang ketika mendengar tuannya berkata seperti itu. Satu-satunya cara membuat Jake tenang adalah dengan melakukan semua yang dimintanya. Jadi, Hans pun mengangguk.“Baiklah, Tuan Jake. Saya akan coba menghubungi Nona Ariana dengan bantuan Tuan Alano. Tapi, jangan sampai Anda ketahuan oleh Tuan Saka, ya? Beliau pasti akan sangat marah pada Anda dan tidak akan pernah memaafkan Anda lagi ke depannya,” ucap Hans khawatir.Mendengar hal itu, Jake pun tersenyum sangat lebar. Hans tidak pernah melihat Jake tersenyum selebar itu sejak ia terbangun dari komanya. Menyadari hal itu, Hans pun ikut senang melihatnya.“Terima kasih banyak, Hans! Kamu satu-satunya yang paling pengertian padaku dari dulu sampai sekarang! Aku juga baru sadar kalau kamu sangat setia padaku. Kalau orang lain, mereka pasti sudah meninggalkanku sejak aku mengambil jalan ya
Ucapan Saka membuat Ariana mengepalkan kedua tangannya. Ia semakin memiliki alasan untuk membenci pria di depannya itu. ‘Mana mungkin aku bisa menyerahkan Felix begitu saja! Mau berapa banyak pun uang yang dia berikan, memangnya bisa membuatku menyerahkan Felix?! Ayah macam apa yang tega memisahkan anak dengan ibu kandungnya sendiri!’“Oke! Aku akan segera keluar dari sini!” balas Ariana dengan berani. “Aku akan pergi sesuai dengan apa yang Anda katakan barusan!”Mendengar Ariana yang mengatakan hal itu dengan lantang dan tanpa ragu-ragu membuat Saka terkejut. Ia tidak menyangka jika Ariana akan seberani itu. Bahkan, saat ini Ariana pun menatap Saka dengan nyalang. Hal itu membuat perasaan Saka menjadi marah.“Oh, baguslah kalau begitu! akan aku berikan uang kompensasinya padamu sekarang! Kamu pasti senang karena tidak perlu lagi mengkhawatirkan anakmu lagi, kan? Kamu bisa hidup berfoya-foya setelah ini!” balas Saka dengan seringai lebar. Meski begitu, sebenarnya Saka sama sekali tid
“Ariana, ayo makan dulu.”Alice mendekati Ariana sembari memberikan sepiring makanan untuk sahabatnya itu. Sejak pagi, Ariana tidak menyentuh makanan yang Alice masak untuknya, sampai matahari naik pun, Ariana belum juga makan.Akhirnya, Ariana mengambil piring yang disodorkan Alice kepadanya meski ia masih belum lapar. Entah mengapa nafsu makannya hilang, padahal ia belum makan sejak semalam.dengan tersenyum kecil, Ariana berkata, “Terima kasih. Maaf sampai repot-repot diambilkan, padahal aku bisa ambil sendiri.”Alice mendengkus dan duduk di sebelah Ariana. “Aku tidak percaya! Kalau tidak diambilkan, kau pasti tidak akan makan, bukan?” Alice merasa lega saat melihat Ariana tertawa dan mulai memakan makanannya. Ia sebenarnya khawatir karena melihat Ariana yang murung dan terus melamun.“Jadi, untuk ke depannya apa yang akan kamu lakukan?” tanya Alice penasaran. Semalam, Ariana tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan bahwa ia berada di depan apartemennya. Dengan mata yang memerah,
“Mama!”“Apa?!” balas Diana. “Ucapan Mama memang benar, kan? Cepat usir wanita itu pergi! Luna adalah wanita yang paling cocok denganmu! Jangan pakai alasan kalau kamu tidak mencintainya! Cinta itu bisa tumbuh perlahan-lahan! Matamu pasti akan terbuka dan menyadari bahwa Luna adalah wanita yang sempurna!”Saka masih saja menganga. ia kehabisan kata-kata dengan ucapan Diana. Wanita itu terus memaksanya untuk segera menikahi Luna.“Ma, aku tidak mau wanita lain mengakui Felix sebagai anaknya!” putus Saka dengan tegas. “Mama kan juga seorang ibu! Masa Mama tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ariana nantinya kalau mendengar hal itu?! Memangnya Mama akan menerima jika ada orang lain yang mengakuiku sebagai anaknya?!”Mendengar Saka yang berseru mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya, Diana berkata, “Saka, Mama hanya ingin melakukan yang terbaik untuk kamu. Mama tidak bermaksud untuk—”“Tidak bermaksud apanya, Ma?” potong Saka dengan cepat. “Saka kan sudah bilang, untuk tidak per
Tok! Tok! Tok!Ting! Tong! Ting! Tong!Tok! Tok! Tok!Alice mengernyit kesal mendengar bunyi ketukan dan bel di pintu apartemennya yang tidak berhenti. Orang yang datang itu terdengar sangat tidak sabaran. Ia berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai menuju pintu depan.“Siapa sih yang datang dengan tidak sopan begitu? Apa dia tidak pernah diajari adab bertamu?!” geruru Alice sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tunggu sebentar!” teriak Alice kesal.Ckrek!Begitu pintu terbuka, napas Alice tiba-tiba tertahan saat melihat siapa orang yang ada di hadapannya. Senyum kaku terpasang di wajah Alice dan rasa kesal yang tadi meluap-luap perlahan mulai menghilang. Namun sedetik kemudian, ia pun langsung sadar tentang apa yang terjadi pada Ariana. Rasa kesalnya itu pun kembali datang, tetapi Alice tidak berusaha untuk menunjukkannya.‘Aku kira siapa yang datang, ternyata si brengsek Saka!’ gerutu Alice dalam hatinya. Melihat wajah pria itu membuatnya teringat akan apa yang dilak
“Saka! Kamu jangan main tuduh sembarangan! Luna tidak mungkin melakukan hal itu!” Nampaknya, Diana masih enggan percaya dengan apa yang anaknya katakan. Saking kesalnya, ia sampai berdiri dan menatap Saka dengan tajam.“Apa Mama lebih percaya dengan Luna daripada anak Mama sendiri?” tanya Saka dengan menatap Diana serius.Diana diam seribu bahasa. Ia tentu saja percaya dengan anaknya sendiri. Orang tua mana yang tidak percaya dengan anaknya? Akan tetapi, rasanya apa yang Diana dengar adalah hal yang sangat sulit dipercaya.“Saka … Mama kenal dia dari lama! Dia anak yang baik!” bantah Diana sekali lagi. “Luna tidak mungkin menuduh keluarga kita, apalagi kamu! Dia kan sangat mencintai kamu!”Saka mendengkus miris. "Mama jangan lupa kalau dia itu seorang aktris. Mudah baginya untuk menipu orang lain dan merebut hati mereka, termasuk Mama. Bisa saja dia baik di luar supaya Mama membelanya seperti sekarang. Apa Mama yakin dia memang mencintaiku? Bagaimana kalau ternyata dia hanya mengingin
Omongan Saka tentu saja membuat Diana terus kepikiran. Ia tidak bisa tidur tenang memikirkan bagaimana teganya Luna terhadap Ariana. Di sisi lain, ia juga tidak mau tinggal diam. Ia harus mencari tahu fakta yang sebenarnya. Maka dari itu, Diana memutuskan untuk bertemu dengan Luna di restoran tempat mereka biasa bertemu. Namun, Diana tidak langsung mengatakan bahwa ia ingin bertemu untuk membahas masalah itu kepada Luna. Ia berusaha untuk bersikap biasa saja.“Tante!!” Luna yang baru saja datang itu berseru dan berlari kecil ke arahnya dengan tersenyum lebar. “Lama tidak bertemu, Luna jadi kangen banget deh sama Tante!”Diana yang sedang melamun itu tersentak dan balas tersenyum ke arah Luna. Namun, ia tidak bisa tersenyum dengan lepas seperti biasanya. “Iya, Luna. Tante juga kangen, makanya pengen ketemu sama kamu.”Sayangnya, Luna langsung tahu jika terjadi sesuatu pada Diana. Keahliannya dalam membaca ekspresi orang bukanlah hal yang bisa diremehkan. “Ada apa, Tante? Tante kok keli
Apartemen mewah yang berada di salah satu lantai di gedung pencakar langit itu diisi oleh seorang pria. Pria itu terlihat melemparkan semua benda-benda yang ada di dekatnya, tidak peduli seberapa mahalnya benda itu. Bawahannya yang berada tak jauh dari pria yang sedang melampiaskan emosinya itu hanya bisa diam. Ia tidak berani mengganggu atasannya. Ia takut jika ia justru menjadi korban dari pelampiasan amarahnya.“Kenapa bisa saham perusahaan kita turun terus begini?!” teriak pria itu dengan wajahnya yang memerah seperti udang rebus. “Bagaimana bisa ada berita yang mengatasnamakan diriku dan juga Luna, hah?!”Beberapa jam yang lalu, keluar satu berita yang menggemparkan media. Berita itu bahkan langsung membuat nama Ariana yang sebelumnya trending turun dan orang-orang kini beralih membicarakan tentang Morgan dan Luna.“Apa kamu sudah mencari pelaku penyebarannya?!” teriak Morgan pada bawahannya. Bawahan Morgan itu tersentak dan membungkuk ketakutan. “Sa-saya sudah menyuruh orang un