Tok! Tok! Tok!Ting! Tong! Ting! Tong!Tok! Tok! Tok!Alice mengernyit kesal mendengar bunyi ketukan dan bel di pintu apartemennya yang tidak berhenti. Orang yang datang itu terdengar sangat tidak sabaran. Ia berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai menuju pintu depan.“Siapa sih yang datang dengan tidak sopan begitu? Apa dia tidak pernah diajari adab bertamu?!” geruru Alice sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tunggu sebentar!” teriak Alice kesal.Ckrek!Begitu pintu terbuka, napas Alice tiba-tiba tertahan saat melihat siapa orang yang ada di hadapannya. Senyum kaku terpasang di wajah Alice dan rasa kesal yang tadi meluap-luap perlahan mulai menghilang. Namun sedetik kemudian, ia pun langsung sadar tentang apa yang terjadi pada Ariana. Rasa kesalnya itu pun kembali datang, tetapi Alice tidak berusaha untuk menunjukkannya.‘Aku kira siapa yang datang, ternyata si brengsek Saka!’ gerutu Alice dalam hatinya. Melihat wajah pria itu membuatnya teringat akan apa yang dilak
“Saka! Kamu jangan main tuduh sembarangan! Luna tidak mungkin melakukan hal itu!” Nampaknya, Diana masih enggan percaya dengan apa yang anaknya katakan. Saking kesalnya, ia sampai berdiri dan menatap Saka dengan tajam.“Apa Mama lebih percaya dengan Luna daripada anak Mama sendiri?” tanya Saka dengan menatap Diana serius.Diana diam seribu bahasa. Ia tentu saja percaya dengan anaknya sendiri. Orang tua mana yang tidak percaya dengan anaknya? Akan tetapi, rasanya apa yang Diana dengar adalah hal yang sangat sulit dipercaya.“Saka … Mama kenal dia dari lama! Dia anak yang baik!” bantah Diana sekali lagi. “Luna tidak mungkin menuduh keluarga kita, apalagi kamu! Dia kan sangat mencintai kamu!”Saka mendengkus miris. "Mama jangan lupa kalau dia itu seorang aktris. Mudah baginya untuk menipu orang lain dan merebut hati mereka, termasuk Mama. Bisa saja dia baik di luar supaya Mama membelanya seperti sekarang. Apa Mama yakin dia memang mencintaiku? Bagaimana kalau ternyata dia hanya mengingin
Omongan Saka tentu saja membuat Diana terus kepikiran. Ia tidak bisa tidur tenang memikirkan bagaimana teganya Luna terhadap Ariana. Di sisi lain, ia juga tidak mau tinggal diam. Ia harus mencari tahu fakta yang sebenarnya. Maka dari itu, Diana memutuskan untuk bertemu dengan Luna di restoran tempat mereka biasa bertemu. Namun, Diana tidak langsung mengatakan bahwa ia ingin bertemu untuk membahas masalah itu kepada Luna. Ia berusaha untuk bersikap biasa saja.“Tante!!” Luna yang baru saja datang itu berseru dan berlari kecil ke arahnya dengan tersenyum lebar. “Lama tidak bertemu, Luna jadi kangen banget deh sama Tante!”Diana yang sedang melamun itu tersentak dan balas tersenyum ke arah Luna. Namun, ia tidak bisa tersenyum dengan lepas seperti biasanya. “Iya, Luna. Tante juga kangen, makanya pengen ketemu sama kamu.”Sayangnya, Luna langsung tahu jika terjadi sesuatu pada Diana. Keahliannya dalam membaca ekspresi orang bukanlah hal yang bisa diremehkan. “Ada apa, Tante? Tante kok keli
Apartemen mewah yang berada di salah satu lantai di gedung pencakar langit itu diisi oleh seorang pria. Pria itu terlihat melemparkan semua benda-benda yang ada di dekatnya, tidak peduli seberapa mahalnya benda itu. Bawahannya yang berada tak jauh dari pria yang sedang melampiaskan emosinya itu hanya bisa diam. Ia tidak berani mengganggu atasannya. Ia takut jika ia justru menjadi korban dari pelampiasan amarahnya.“Kenapa bisa saham perusahaan kita turun terus begini?!” teriak pria itu dengan wajahnya yang memerah seperti udang rebus. “Bagaimana bisa ada berita yang mengatasnamakan diriku dan juga Luna, hah?!”Beberapa jam yang lalu, keluar satu berita yang menggemparkan media. Berita itu bahkan langsung membuat nama Ariana yang sebelumnya trending turun dan orang-orang kini beralih membicarakan tentang Morgan dan Luna.“Apa kamu sudah mencari pelaku penyebarannya?!” teriak Morgan pada bawahannya. Bawahan Morgan itu tersentak dan membungkuk ketakutan. “Sa-saya sudah menyuruh orang un
Hari ini adalah hari pertemuan Ariana dengan Jake. Karena namanya masih belum pulih sepenuhnya dari netizen, Alano memesankan tempat khusus di restoran itu agar ia bisa berbincang dengan Jake dengan tenang. Namun, tentu saja Ariana tetap memakai penyamaran khusus agar tidak menarik perhatian orang-orang yang mengenal wajahnya.Tak butuh waktu lama bagi Ariana berangkat dari mansion Alice ke restoran itu. Dia hanya butuh waktu 15 menit saja dengan berangkat menggunakan mobil. Begitu sampai, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha melihat apakah ada seseorang yang mengikutinya.‘Sepertinya aman,’ batin Ariana sembari memegang kunci pintu mobil. Ia pun segera membukanya dan keluar dari sana.Baru saja Ariana keluar dan menoleh ke arah pintu restoran, terlihat seorang pria sedang berdiri di sana. ia tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Ariana.Wanita itu terdiam memandang Jake yang menatapnya. Sudah lama sekali sejak ia melihat Jake di luar seperti ini. Melihat pria itu sehat dan
“Arrgh!”“Tidak! Jake!”Beruntungnya, Ariana selamat dari percobaan pembunuhan itu. Namun, sayangnya harus ada orang yang menjadi korban. Jake yang berada di dekat Ariana pun menyadari adanya wanita aneh yang berusaha mendekati Ariana. Ketika ia tahu bahwa wanita itu membawa pisau, Jake dengan cepat bergerak menarik Ariana dalam pelukannya.“Jake! Jake!”Punggung Jake nampak basah dengan cairan berwarna merah. Pria itu jatuh dalam pelukan Ariana yang terlihat masih sangat syok. Beberapa kali pria itu mengerang kesakitan sembari memuntahkan darah dari mulutnya. Sementara itu, wanita yang membawa pisau itu diam di tempatnya.“Tidak! Tidak mungkin! Kenapa bukan kamu yang mati, Ariana!” teriak Luna yang sudah hilang kewarasannya. “Arrghh!” Sementara itu, Jake berteriak kesakitan sebelum akhirnya hampir kehilangan kesadarannya.Sambil berteriak kencang, Luna berusaha untuk kabur dari sana. Namun, tentu saja tidak semudah itu. Nichole yang ada di dekat pintu dengan cepat menghentikan langk
Kematian Jake yang tiba-tiba mengejutkan semua orang yang mengenalnya, termasuk Alano dan Alice. Jenazah Jake dikembalikan ke keluarganya, keluarga Leonardo. Berita itu pun juga membuat ayah dan ibu Jake terpukul. Mereka tidak pernah membayangkan jika anaknya akan pergi di usia muda.“Tidak … Jake … kenapa kamu pergi meninggalkan, Mama?! Jake!! Mama minta maaf karena tidak pernah menunjukkan kasih sayang Mama ke kamu! Jake … bangunlah ... Mama tahu kamu cuma tidur!”Seorang wanita meraung-raung di atas pusara yang menjadi tempat peristirahatan Jake untuk yang terakhir kali. Wanita itu adalah ibu Jake. Ia sempat pingsan beberapa kali di hari kematian anaknya itu. Sementara itu, pria yang berdiri di sebelahnya sama sekali tidak menangis, tetapi ia memiliki tatapan mata yang kosong.Selama ini, Ariana mendengar bahwa kedua orang tua Jake sama sekali tidak pernah memberikan perhatiannya pada Jake. Makanya Jake sempat jadi anak nakal selama beberapa waktu demi menarik perhatian kedua orang
“Alice! Alice!”Begitu mendapatkan panggilan dari Saka yang mengatakan bahwa Felix tengah sakit, Ariana langsung bangkit menuju Alice yang sedang bersantai di kamarnya.“Ada apa, Ariana? Kenapa panik begitu?” tanya Alice keheranan.Ariana melompat ke atas kasur Alice sambil menjawab, “Felix sakit, Alice! Kita harus pergi ke mansion Tuan Saka sekarang!” Alice berseru mendengarnya, “Hah? Felix sakit? Kalau begitu kita harus cepat ke sana!”. Dengan cepat ia pun mengambil kunci mobilnya dan menarik lengan Ariana untuk berlari bersama menuju basemant apartemennya.Alice tentu saja dengan senang hati membantu Ariana untuk bertemu dengan Felix. Alice tahu betapa rindunya Ariana pada anaknya itu, apalagi akhir-akhir ini mereka juga merasakan duka mendalam setelah kepergian Jake. Dengan adanya kesempatan untuk bertemu dengan Felix, maka Alice tidak akan menyia-nyiakannya.“Terima kasih banyak sudah mengantarkanku kemari, Alice,” ucap Ariana ketika mereka sudah berada di depan gerbang mansion