“Apa-apaan ini Tuan El–”
Air mata Andrea tumpah membasahi pipinya. Ia tidak tahu apa kesalahannya hingga mendapat perlakuan sekejam ini.
Tadinya, Andrea hanya ingin mewawancarai seorang aktor untuk sebuah artikel dari majalah tempat dirinya magang saat ini.
Elov Graff, aktor tampan yang sudah mendulang begitu banyak piagam penghargaan selama hampir lima tahun berkarier di industri perfilman ini, yang akan menjadi narasumbernya.
Ketika Elov muncul di kamar hotel tempat mereka janjian untuk bertemu, Andrea sempat terpesona. Meskipun sang aktor hanya mengenakan kaos oblong putih dibalut dengan blazer hitam serta celana jeans hitam, pria itu tetap terlihat maskulin.
Dia memang sangat tampan dan mapan, hanya melihat ia berjalan saja dunia para wanita yang ada di sekitarnya seakan berhenti berputar.
Namun, pikiran Andrea tentang Elov berubah total ketika pria itu justru tiba-tiba menamparnya.
“Sakit? Itu belum seberapa dibandingkan perbuatan kamu padaku! Aku tidak menyangka saking inginnya kamu memanjat ranjangku dan menjadi kekasihku kamu nekat menyebar fitnah di sosial media.” Elov membuang napas pendek dan menyeringai dengan suara pelan, “Dasar murahan!”
Andrea kini tahu, Elov salah paham padanya. Ia sudah mendengar berita itu, ia sendiri sangat tidak terima karena sedikit banyak postingan di sosial media itu mempengaruhi karier Elov.
“Anda salah paham, Tuan. Saya –”
“Diam, Wanita Jalang!” umpat Elov.
Andrea gemetar, saat ini wajah Elov seakan siap membinasakannya. Akankah ia berakhir di sini? Ia hanya seorang mahasiswi yang sedang magang di sebuah perusahaan penerbitan dan ditugaskan membuat artikel tentang selebriti papan atas untuk mendapatkan nilai A sebelum masa magangnya berakhir.
Elov memegangi kepalanya. Sebenarnya sebelum datang ke hotel tadi sore ia sempat menghabiskan beberapa botol wine. Bukan sebuah kebiasaan, hanya saja ada masalah yang lebih besar dari postingan di sosial media itu melandanya. Alhasil minuman beralkohol itu menjadi pelampiasan.
Begitu banyak amarah yang bercampur dengan rasa pusing dari minuman itu membuat pandangan Elov mengabur. Ia meringis memegangi kepalanya.
Andrea yang melihat itu langsung panik namun lega dalam waktu yang bersamaan, karena dengan begitu, Andrea bisa pergi dari kamar hotel ini.
“Tuan, apa Anda sedang sakit? Kalau begitu, kita tunda saja wawancaranya. Aku permisi dulu,” ucap Andrea, cepat-cepat ia beranjak dari sana.
Namun, tangannya lebihi dulu dicekal Elov lalu lelaki itu menghempaskannya ke sofa. Andrea meringis, ia kembali menangis saat melihat Elov memegangi kepalanya sambil mengerang kesakitan.
“Jangan pikir kamu bisa lari semudah itu sebelum aku membalas semua perbuatanmu!” desis Elov.
Elov menatap wanita di hadapannya. Dalam pandangan buramnya, Elov meyakini wanita di hadapannya ini adalah Celine, kekasihnya. Ia mengusap kedua matanya berharap ia hanya berhalusinasi, tetapi ia kembali menemukan Celine di sana.
Elov menjauhkan tangan dari kepalanya. Namun, alkohol benar-benar telah menguasainya dan melihat kekasihnya ada di sana membuat gejolak dari dalam dirinya meningkat.
“Jalang sialan! Aku akan membuatmu membayar semua pengkhianatan ini!” umpat Elov.
Andrea ketakutan saat Elov terus memaksa menciumnya bahkan menyentuh setiap inci tubuhnya. Ia berusaha melawan tetapi tenaganya terlalu lemah untuk membebaskan diri dari kungkungan Elov.
“Tolong, jangan, Tuan. Saya mohon jangan perlakukan saya seperti ini. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Jika Anda merasa saya mengganggu Anda dengan wawancara ini maka saya akan pamit pulang. Saya juga tidak akan mengatakan apa pun pada siapa pun –”
Satu tamparan kembali mendarat di pipi Andrea. Elov tidak peduli dengan ucapan gadis malang itu, yang ia tahu ia harus menuntaskan segalanya, demi membalas dendam dan melampiaskan amarahnya.
Pakaian Andrea telah berhasil ditanggalkan secara paksa. Keduanya bahkan sudah berada di atas ranjang dengan Elov yang sudah menindihnya.
Teriakan Andrea yang terdengar begitu kesakitan menggema di kamar hotel itu.
Elov sempat menghentikan apa yang ia lakukan pada Andrea selama sesaat. Teriakan wanita itu membuatnya dilema, tetapi ia tidak peduli. Elov meneruskan kembali keinginannya.
Elov masih sempat mendengar suara lirih yang memintanya untuk berhenti meski tak dipungkiri gadis di bawah kungkungannya ini mendesah menikmati setiap sentuhan yang ia berikan. Namun melihat gadis yang ia gagahi ini adalah kekasihnya yang berkhianat, Elov tidak peduli.
Hingga setengah jam berlalu, Elov terkapar dan langsung tertidur di samping Andrea. Gadis malang yang tak lagi gadis itu menangis dan berusaha turun dari ranjang lalu memakai pakaiannya yang tak layak pakai. Ia terpaksa mencuri blazer Elov untuk menutupi tubuhnya.
Dengan keadaan menyedihkan ia berjalan tertatih keluar dari kamar sambil sesekali merintih kesakitan terutama pada area kewanitaannya. Ia bahkan menebalkan muka saat orang-orang yang berlalu-lalang di hotel mulai menggunjingnya sebab pakaian yang ia kenakan kini benar-benar mirip seperti jalang yang baru saja digarap habis oleh pria yang menyewanya.
‘Aku tidak berharga lagi,’ isak Andrea dalam hati.
***
Elov memegangi kepalanya yang terasa pusing, ia terpaksa membuka matanya karena asistennya terus saja mengguncang tubuhnya dengan keras.
“Ada apa, Finn?” tanya Elov dengan suara serak.
“Ada apa? Apa yang Anda lakukan, Tuan? Siapa yang baru saja Anda perkosa?” pekik Finn yang sedari tadi tak sabar ingin memarahi Elov.
Lelaki itu belum sadar sepenuhnya namun karena pekikan Finn ia pun terperanjat. “Perkosa?” ulangnya, kemudian ia melihat tubuhnya dan juga menyibak selimut, memperlihatkan noda darah di tempat tidurnya. “Oh, sial!”
Walaupun masih marah, Finn tetap membantu Elov mengenakan pakaiannya. Elov sedang mengingat peristiwa beberapa jam sebelumnya. Ia kemudian menatap Finn sambil menyeringai.
Samar-samar diingatan Elov mulai terbayang adegan semalam, bagaimana ia merudapaksa seorang gadis. Terlihat sorot penuh kepuasan dari manik biru didominasi abu-abu itu.
“Aku sudah memberikan pelajaran pada wanita yang sudah merusak reputasiku. Juga pada Celine yang sudah mengkhianatiku,” ucap Elov dengan bangga.
Finn yang mendengarnya justru terkejut. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.
“Apa yang Anda katakan?” Kembali Finn memekik. “Wanita mana? Apa Anda sedang mabuk? Saya belum membawa wanita itu karena dia tadi berusaha kabur dan melompat dari mobil hingga tubuhnya luka-luka dan harus dirawat di rumah sakit. Sedangkan Celine, dia bahkan sedang melakukan pemotretan di luar kota. Oh astaga!”
Elov menaikkan satu alisnya. Meski samar-samar ia ingat jika semalam yang ada di kamar ini adalah wanita yang sudah merusak reputasinya lalu tak lama kemudian berganti dengan kehadiran Celine. Mengingat itu kepala Elov kembali terasa pusing.
Finn membuang napas pendek. “Hancur sudah. Jika wanita semalam membeberkan masalah ini pada awak media maka karier Anda akan semakin hancur. Sekali lagi aku katakan, dia bukan wanita yang Anda maksud juga bukan Celine kekasih Anda. Jika dia Celine, tentu saja saat ini dia masih berada di sini, bukan?”
Elov jelas terbelalak kaget. Membenarkan apa yang baru saja Finn katakan.
Kalau begitu, siapa wanita yang ia tiduri semalam?
“Cari wanita itu. Dia pasti berada di sekitar sini. Periksa CCTV dan segera temukan dia.”
‘Bagaimana bisa ini terjadi padaku? Ayah … dia pasti akan sangat marah jika tahu aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik.’Andrea bergegas pulang. Ia bahkan lupa ayahnya selalu membatasi waktunya untuk keluar malam dan kini ia pulang tepat pukul satu dini hari.Dengan langkah mengendap-endap Andrea masuk ke dalam rumah. Baru saja ia hendak menapaki anak tangga, dehaman keras membuat langkah itu terhenti.‘Celaka!’ “Dari mana kamu Andrea?” Suara lantang Harry Ammann — ayah Andrea membuat tubuh Andrea bergetar hebat. Akan lebih parah lagi jika ayahnya melihat bagaimana penampilannya sekarang.Dengan gugup Andrea berbalik, ia menundukkan kepalanya tak berani menatap ayahnya.Harry menahan napas beberapa saat sebelum menghampiri putrinya. Dilihatnya penampilan Andrea dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, lalu tatapan Harry berhenti di satu titik dan detik berikutnya satu tamparan keras mendarat di pipi Andrea.“Ayah!” Joana memekik saat melihat adegan tersebut. Ia sebenarnya tidak t
Andrea menarik kopernya. Ia tahu tak mungkin bagi keluarganya menerima keadaannya apalagi ayahnya yang ia kenal penuh dengan ambisi. Demi mendapatkan kedudukan dan menjaga reputasinya ia bahkan tega membuang anak kandungnya sendiri.Andai saja ibunya masih ada, Andrea pasti mendapatkan pembelaan. Tetapi kenyataan ia yang sudah ditinggal ibunya sejak balita kembali mematahkan hatinya.Sambil berjalan tak tentu arah, Andrea sesekali memegang perutnya dan mengajak bayi di dalam kandungannya itu berdialog.“Kamu tidak bersalah. Aku akan mempertahankanmu meksipun aku terbuang. Kita akan melalui semua ini bersama. Meskipun lelaki itu adalah ayah biologismu dan aku membencinya, tetapi kamu adalah anakku. Aku mencintaimu, aku akan melindungimu.”******Wajah Elov teihat pucat, tubuhnya pun tak lagi memiliki tenaga. Sudah beberapa hari ini ia mengalami sebuah penyakit yang aneh. Ia akan lemas di pagi hari dan memuntahkan sisa makanan yang ia makan semalam. Tak hanya itu saja, ia pun sensitif
Beberapa hari ini Andrea tinggal di rumah sahabatnya, Sarah. Hari ini ia akan mengambil ijazah dan mulai mencari pekerjaan agar tidak menumpang hidup di rumah Sarah. Meski sahabatnya itu selalu menerima keberadaanya tetapi Andrea tidak ingin menyusahkannya. Sarah pun mengantarnya ke kampus dan akan kembali menjemputnya.Setelah mendapatkan ijazahnya, Andrea pun memutuskan untuk pulang. Baru beberapa langkah keluar dari ruang administrasi, Andrea merasa pusing dan mual. Ia pun bergegas ke toilet dan tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang baru saja kembali dari toilet. ‘Di-dia ada di sini? Untuk apa? Mencariku?’ Andrea merasa tegang. Rasa pusing dan ingin muntah pun seketika lenyap. Andrea merasa takut dan ingin bersembunyi tetapi pria itu berhenti lalu ia menjawab panggilan telepon hingga tak sengaja Andrea mencuri dengar.“Aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan gadis itu. Aku yakin saat ini dia tengah mengandung. Aku ingin kalian menemukannya dan membuatnya keguguran, jik
Andrea kembali teringat saat ia kembali mual saat berada di bandara. Tubuhnya lemas karena ia sendiri belum makan selain satu lembar roti di rumah Sarah. Tak sadar sudah lama berada di kamar mandi, ia ternyata telah ketinggalan pesawatnya.Untuk penerbangan selanjutnya ia harus menunggu sekitar tiga jam. Berada di bandara pun tidak begitu aman menurutnya. Pulang ke rumah Sarah pun bukan pilihan.Dengan tubuh lemas ia terpaksa berjalan ke arah food court yang ada di bandara. Ia perlu mengisi tenaganya. Saat sedang menikmati makanannya, seorang pria dengan setelan jas berwarna navy datang menghampirinya. Andrea langsung tegang, ia berpikir mungkin saja pria ini adalah orang suruhan Elov. Ingin lari tetapi pria itu justru menanyakan ibunya.“Anda mengenal Ibu saya?” Pria itu mengangguk. Matanya melirik ke arah koper Andrea. “Kamu akan pergi?”Andrea mengangguk lemah. Pria itu sepertinya paham apa yang terjadi dengannya. “Pergilah ke negara di mana ibumu berasal. Dia memiliki satu rumah
"Ma, bukankah kita akan menonton bioskop?"Pertanyaan Levin membuat Andrea tersentak. Andrea menjanjikan mereka untuk menonton di bioskop bahkan sudah mengantre untuk memberi popcorn, tetapi pertemuannya hari ini dengan Elov mengacaukan segalanya. Andrea tidak bisa berlama-lama di tempat ini, ia khawatir Elov akan mengejar mereka."Ah, maaf sayang. Mama sedang tidak enak badan. Bagaimana jika menontonnya nanti saja?"Dengan sangat menyesal Andrea terpaksa berbohong dan mengingkari janjinya pada dua bocah yang bak pinang dibelah dua dengan aktor tampan itu. "Mama sakit? Kalau begitu ayo kita segera pulang. Mama terlalu sibuk bekerja hingga lupa beristirahat," ujar Luvina.Andrea membuang napas pendek. Ia tahu kedua anaknya sangat perhatian. Dalam hati ia berdoa agar selalu diberi kesehatan agar bisa terus menjaga kedua anaknya dan memberikan kehidupan yang layak untuk mereka.Sesampainya di rumah, Andrea meminta kedua anaknya untuk beristirahat saja di kamar mereka. Meski Levin dan Lu
Langkah Andrea tergesa-gesa. Ia hampir terlambat, satu menit sebelum waktu bekerja ia baru menempelkan sidik jarinya hingga akhirnya gajinya terselamatkan karena siapapun karyawan yang terlambat maka gaji akan dipotong.Baru saja ia merasa lega, salah satu staf yang bekerja satu divisi dengannya langsung memintanya menemui manager divisi. Ada hal penting yang harus mereka bicarakan, Andrea menebak ini masalah wawancara Elov Graff.Pintu diketuk Andrea dengan perlahan, sebenarnya sangat malas dan berharap hari ini ia pingsan mendadak hingga ada yang menggantikan tugasnya. Namun sayang, ia tidak pernah pingsan sekalipun sehingga akan sangat sulit mewujudkan harapannya."Duduk Rea," ucap William.Andrea duduk di hadapan lelaki bermata minimalis dengan kulitnya yang putih itu. Wajahnya cukup tampan hanya saja sikapnya membekukan siapa saja yang berada di dekatnya saking dinginnya lelaki ini."Kamu sudah tahu apa tugasmu hari ini, bukan?"Andrea mengangguk lemas, biasanya ia sangat antusia
Finn mengerahkan anak buahnya bahkan ia menghubungi beberapa untuk meminta mereka segera datang ke negara ini. Permintaan Elov tidak bisa ia tolak karena ia pun memikirkan aktor itu. Bagaimana pun selama ini ia yang bekerja keras menjaga nama baik Elov dan jika ada yang hendak merusaknya maka ia akan berdiri di barisan terdepan untuk menghalaunya."Kalian periksa CCTV di mulai dari tempat Tuan Elov bertemu dengan anak kecil," titah Finn pada dua anak buahnya.Setelah dua orang itu pergi, Finn menatap pintu kamar Elov. Pertanyaannya tentang tindakan apa yang hendak Elov ambil ketika mereka berhasil menemukan anak-anak itu tak juga bisa dijawab olehnya. Ia kembali masuk, sebentar lagi akan ada pengambilan adegan dan ia tidak ingin Elov dalam keadaan tidak siap apalagi terguncang."Saya telah meminta beberapa anak buah kita untuk mengecek CCTV di mall. Saya juga sudah memanggil bala bantuan. Sekarang saya harap Anda memperbaiki mood Anda karena sebentar lagi kita akan menuju ke lokasi sy
"Andrea kamu tidak apa-apa?"Pertanyaan Ben seolah menarik Andrea yang tadinya sudah masuk pada sebuah dimensi hampa udara mini kembali masuk dalam dunia nyata, di mana ada Elov yang masih menatapnya.Satu anggukan pelan Andrea berikan sebagai pertanda. Ben mengembuskan napas lega, ia pun menarik tangan Andrea untuk segera mendekat."Ben, bisakah kamu saja yang mewawancarai aktor itu? Aku akan menjadi juru kamera. Berhadapan dengannya membuatku gugup," pinta Andrea, dalam hati ia berdoa semoga ide gilanya diterima oleh Ben.Lelaki itu tertawa. "Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, Rea. Anggap saja ini keberuntungan karena kamu bisa bertemu langsung dengan aktor popular itu," ujar Ben yang kini semakin dekat dengan kerumunan wartawan.Beruntung?Hidup Andrea bahkan berubah 360 derajat sejak bertemu dengan Elov. Selain mendapatkan dua anak spesial itu, pertemuannya dengan Elov tidak bisa dikatakan sebagai sebuah keberuntungan.Andrea menggigit bibirnya, Elov kembali memakai kacamata
Iring-iringan mobil Alvons yang diikuti anak buahnya sampai di sebuah mansion mewah yang tak pernah si kembar kunjungi sebelumnya. Levin dan Luvina saling berpandangan dengan tanya yang tersirat dari kedua manik indah nan langka itu. Saat mobil berhenti, pintu langsung dibuka oleh salah satu pengawal lalu pria berwajah kaku itu mempersilakan dua tuan dan nona kecil untuk turun. "Grandpa, ini rumah siapa?" tanya Luvina dengan begitu polos. "Rumah milik Grandpa. Ayo kita masuk, ada banyak hal yang ingin Grandpa tanyakan pada kalian berdua," ajak Alvons. Tiba-tiba Luvina menguap. Levin mendengkus, dia tahu saudara kembarnya ini hanya sedang berpura-pura mengantuk saja. "Entah mengapa aku mendadak mengantuk, Grandpa. Aku tidak akan sanggup berjalan ke dalam rumahmu yang begitu besar. Bisakah Grandpa menggendongku?" Alvons tertawa. Dia berbalik dan langsung menggendong kelinci kecil yang manja ini. "Apakah Tuan Muda Levin juga ingin digendong?" Meskipun Alvons tahu Levin aka
Reyna tidak tahu jika ucapannya tersebut didengar oleh si kembar yang diam-diam menguping obrolannya dengan Serena di ruang tamu. Reyna berkata lagi, "Kamu tidak perlu mengajukan protes apapun kepadaku, karena sesuai dengan kesepakatan awal bahwa Geez adalah calon menantu di keluarga Graff. Kami hanya menginginkan cucu kami, tidak dengan ibunya." Serena tersenyum penuh kepuasan, ini yang ingin dia buktikan dengan datang ke rumah ini. Serena lalu berkata, "Aku bukan ingin menuntut kalian, tetapi putriku sudah terlanjur berharap pada Elov. Akan jadi seperti apa nanti jika kelak Eliv justru menolaknya dan kalian mematahkan hatinya? Putriku yang malang itu pasti akan mengalami kesedihan dan akan sangat terguncang." Reyna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tenang saja Sere, aku yang akan memastikan bahwa Geez yang akan menjadi menantuku nanti. Bukan ibu dari kedua cucuku." Si kembar saling menatap, wajah keduanya kini benar-benar tidak sedap dipandang. Entah hilang ke mana ke
Andrea menatap malas pada sosok Harry yang kembali datang menjenguknya. Dia tahu jika ayahnya ini sengaja datang hanya untuk mencari muka di hadapan Elov, jika saja kemarin dia tidak mengetahui tentang hubungannya bersama Elov maka Andrea yakin ayahnya tidak akan bersikap sepeduli ini padanya. Harry begitu angkuh dan Andrea tidak lagi percaya padanya."Jadi Rea, apakah benar kamu dan Elov sudah menikah?"Andrea tidak menjawab, dia hanya menatap ayahnya dengan datar.Harry sebenarnya inging marah melihat ekspresi Andrea yang sangat angkuh. Padahal dia sudah datang dan berada di sini sebagai sosok Ayah yang sangat peduli terhadap anaknya, tetapi Andrea masih saja bersikap dingin."Rea, maaf jika dulu Ayah bersikap keterlaluan padamu bahkan sampai mengusirmu ketika kamu hamil. Seandainya kamu mengatakan siapa pria itu, Ayah nggak akan mungkin menyuruhmu pergi bahkan nggak akan menghapus namamu dari daftar kartu keluarga."Andrea menatap Harry dengan sinis. Dia enggan mengatakan apapun pa
Malam hampir larut ketika Reyna, Brandon dan si kembar sampai di kediaman utama. Sepanjang perjalanan tadi Levin dan Luvina sempat tertidur dan begitu Brandon menggendong Levin, cucunya lakinya itu terbangun begitupun dengan Luvina yang berada di gendongan Reyna. Padahal tadinya Brandon dan Reyna berharap keduanya tidak terbangun sehingga mereka tidak akan bertanya mengapa dibawa pulang ke rumah ini bukan dikembalikan kepada Ibu mereka. Reyna belum cukup puas dan tidak akan pernah puas bermain dengan kedua cucunya yang sangat menggemaskan, begitu cantik dan tampan hingga dia ia tidak rela melepaskannya barang sedetik pun. "Kita sudah sampai ya? Kita di mana? Di mana Mama?" tanya Luvina sambil menggosok-gosok kedua matanya. "Kita berada di rumah Kakek dan Nenek," jawab Levin yang lebih dulu menyadari keberadaan mereka. Brandon dan Reyna saling menatap. Keduanya sama-sama khawatir jika Luvina merengek untuk bertemu dengan ibunya. "Kakek, Nenek,.mengapa tidak mengembalik
Si kembar sudah puas bermain di pantai ketika Brandon sampai. Dia tersenyum saat melihat bagaimana istrinya dan kedua cucunya terlihat sangat akrab, mereka bahkan menggandeng tangan Reyna dengan begitu posesif. Sepertinya Reyna menuruti perkataannya sehingga dia berhasil memenangkan hati kedua cucunya. Tidak ingin mengganggu, Brandon pun memutuskan untuk pergi ke kafe yang tak jauh dari resortnya. Dia ingin memberikan waktu untuk Reyna bersama kedua cucunya sebelum nanti akhirnya si kembar menyadari bahwa mereka hanya sedang memainkan sandiwara. "Sebaiknya kalian tidur setelah Nenek bersihkan," ucap Reyna."Iya Nek. Rasanya sangat lelah dan aku sudah sangat mengantuk," ucap Luvina yang menurut begitu dia dibawa masuk ke kamar mandi. Reyna menoleh kepada Levin yang enggan untuk masuk bersama. "Levin, apa kamu nggak mau membersihkan tubuhmu? Ayo cepat masuk, biar Nenek yang bilaskan tubuhmu."Levin menggeleng. "Kakak nggak pernah mau dibantu oleh siapapun kalau mandi, Nek. Katanya d
Suara teriakan Damian yang terus-menerus disiksa oleh anak buah Harry Ammann menggema di dalam ruangan. Sesekali dia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu, namun ketika dia tak mampu menahannya maka suara teriakan memilukan yang memekakan telinga lolos dari mulutnya.Lusiana terus membujuk orang-orang ayahnya untuk menghentikan penyiksaan tersebut, dia tidak sanggup melihat lelaki yang sangat dicintainya disiksa di depan matanya. "Apa kalian nggak mendengar ucapanku? Aku ini adalah Nona Muda, anak dari Harry Ammann, kalian harus menuruti ucapanku!' teriak Lusiana."Sebaiknya Nona Muda kembali karena yang memberi perintah hanyalah Tuan Harry, kami tidak mendengar perintah dari siapapun."Lusiana terbelalak, dia menggelengkan kepalanya lalu menetap Damian yang sudah terlihat sangat lemah dengan darah bekas cambukan mengucur dari tubuhnya."Sudahlah Kak Dami, mengalah saja. Aku nggak sanggup melihatmu disiksa seperti ini. Mari kita ulangi lagi rumah tangga kita, aku berjanji a
Harry sudah yakin jika Elov pasti akan segera menyanjungnya, mengucapkan terima kasih lalu memperkenalkan dirinya sebagai pria putrinya. Dalam benak Harry, dia sudah sangat senang dan memikirkan ada begitu banyak keuntungan jika saja benar Elov Graff adalah menantunya. Membayangkan begitu banyak kebaikan dan berkat yang akan datang padanya secara bertubi-tubi, dia tidak kuasa untuk menahan senyumannya. "Keluarga Ammann? Siapa itu? Bukankah yang lebih pantas mendapatkan hadiah adalah kamu, karena kamu yang sudah membawa Andrea ke rumah sakit dan kamu juga mengirim anak buahmu untuk menyampaikan kepadaku. Kamu barulah yang paling pantas mendapatkan hadiah. Aku akan berinvestasi di kebun anggur mu." Mata Harry langsung melotot, dia tidak percaya Elov bahkan tidak mengenal siapa keluarga Ammann. Lantas bagaimana dia bisa bersama dengan Andrea, bukankah identitas Andrea adalah bermarga Ammann? Andrea sendiri tidak menanggapi, dia hanya melihat dengan daftar wajah kebingungan ayahn
Jimmy menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya. Dia tidak mengenalinya tetapi sejak tadi dua orang ini terus memaksa masuk bahkan rela beradu kekuatan dengan penjaga di luar. Tadi Jimmy menerima laporan dari orang yang menjaga pintu gerbang, kedua orang itu terus berteriak ingin bertemu dengan Elov, mereka tidak peduli meskipun para penjaga mengatakan Elov sedang tidak berada di tempat. Mereka meminta izin untuk bertemu dengan orang kepercayaan Elov tetapi para penjaga justru mengatakan mereka adalah orangnya. Jimmy yang mendapat laporan pun langsung meminta penjaga gerbang mempersilakan mereka masuk. "Siapa kalian?" tanya Jimmy penuh intimidasi. "Kami adalah orang suruhan Tuan Ayden. Tuan meminta kami menyampaikan pesan ini secara langsung pada Tuan Elov atau pada orang kepercayaannya," ucap salah satu anak buah Ayden. Ayden? Jimmy tidak mengetahui nama itu tetapi sepertinya tidak asing di telinganya. "Aku adalah kepala pelayan serta pengasuh Tuan Elov. Jika meman
Andrea masih berusaha tenang meskipun Damian sudah berbicara tentang kematian. Lagi pula siapa yang ingin mati bersama, lebih baik Damian melukainya dibandingkan harus ikut dalam rencana gila tersebut. Andrea sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi terhadap Damian, sudah lama dia kubur dan dia juga sudah memiliki Elov yang berhasil mengisi hatinya. Belum lagi ada si kembar yang harus dia besarkan. Dalam hati Andrea terus berharap semoga saja ada yang datang menyelamatkannya seperti yang dikatakan oleh Lusiana. "Damian tolong jangan seperti ini. Siapa yang ingin mati, kita bisa menyelesaikan semuanya ini dengan baik-baik," bujuk Andrea. "Nggak bisa. Jika sudah melibatkan keluargamu maka semua pasti akan berakhir dengan buruk. Mana mungkin mereka mau menyelesaikan secara baik-baik. Lusiana itu sudah gila, dia sangat terobsesi padaku dan dia pasti akan menyakiti kita berdua, jadi lebih baik aku menyakiti diri kita berdua lebih dulu."Apakah lelaki ini tidak sadar jika dia pun