Share

4. Melarikan diri

Beberapa hari ini Andrea tinggal di rumah sahabatnya, Sarah. Hari ini ia akan mengambil ijazah dan mulai mencari pekerjaan agar tidak menumpang hidup di rumah Sarah. Meski sahabatnya itu selalu menerima keberadaanya tetapi Andrea tidak ingin menyusahkannya. Sarah pun mengantarnya ke kampus dan akan kembali menjemputnya.

Setelah mendapatkan ijazahnya, Andrea pun memutuskan untuk pulang. Baru beberapa langkah keluar dari ruang administrasi, Andrea merasa pusing dan mual. Ia pun bergegas ke toilet dan tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang baru saja kembali dari toilet. 

‘Di-dia ada di sini? Untuk apa? Mencariku?’ 

Andrea merasa tegang. Rasa pusing dan ingin muntah pun seketika lenyap. Andrea merasa takut dan ingin bersembunyi tetapi pria itu berhenti lalu ia menjawab panggilan telepon hingga tak sengaja Andrea mencuri dengar.

“Aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan gadis itu. Aku yakin saat ini dia tengah mengandung. Aku ingin kalian menemukannya dan membuatnya keguguran, jika dia melawan … habisi saja. Jangan meninggalkan jejak!” ucap Elov dengan penuh penekanan.

Andrea berpegangan di dinding. Ini lebih mengerikan daripada diusir oleh ayahnya. Ia tidak pernah menyangka Elov akan semengerikan ini. Tubuh Andrea semakin lunglai, fakta ia akan dihabisi karena berhasil mengandung benih aktor tampan dengan sejuta pesona dan mata indah tetapi menyimpan kejahatan dalam jeratnya itu membuat tubuh Andrea lemas dan tak bertenaga lagi. 

“A-aku harus segera pergi dari sini sebelum dia sendiri yang menemukanku. Aku tidak bersalah, dia yang bersalah padaku tetapi mengapa aku yang harus dihabisi?”

Andrea mencoba menguatkan dirinya dan bergegas pergi melewati jalan yang berbeda dengan Elov. Ia harus sampai lebih dulu di gerbang kampus dan mendapatkan taksi sebelum lelaki itu mengenalinya dan hari ini juga ia dan janin yang ia kandung akan berpindah alam.

****

Andrea menatap rumahnya yang kini bukan lagi tempat untuk pulang. Tak tahu harus ke mana justru mengantarnya sampai di depan rumah mewah yang dulunya tempat ia bernaung dan tumbuh besar di sana. Air matanya tumpah mengingat jika sekarang ia sudah tak lagi diinginkan di rumah ini. 

Belum lagi kabar yang ia dengar jika Damian dan Lusiana akan mengadakan pertunangan. Secepat itu, ayahnya bahkan lupa jika ada anak yang membutuhkannya saat ini.

Damian, lelaki itu … meskipun mereka tidak pernah saling mengutarakan perasaan tetapi mereka cukup dekat dan Andrea pernah menyimpan rasa untuknya.

Wajah cantik itu semakin muram, semua harus ia ikhlaskan. Hidupnya harus terus berjalan, ada bayi yang harus ia lindungi dan sayangi.

‘Aku akan pergi. Pergi sejauh mungkin tanpa ada yang mengenaliku dan anak ini. Dia terlalu egois karena hanya menginginkan aku dan dia saja hidup bersama. Aku menerima takdir ini walaupun sulit. Aku harus pergi.’ Andrea membatin.

“Kita ke bandara, Pak,” ucap Andrea pada sopir taksi yang masih setia menemaninya.

Andrea masih memiliki sisa tabungan yang bisa menopang hidupnya untuk beberapa bulan ke depan. Di tempat yang baru nanti ia akan mencari pekerjaan, setidaknya ia bisa bertahan hidup dan merasa aman dari lelaki yang hendak membunuhnya. Pergi sejauh mungkin hingga ia sendiri tak akan ingat jalan untuk kembali.

Lagi pula siapa yang akan menantikan dirinya kembali. Akan lebih baik mengambil langkah ini dan menghilang hingga semua orang menganggapnya telah mati.

‘Apa aku perlu mengubah identitasku dan membuat seolah-olah aku telah tiada? Bukankah seperti ini akan membuat aktor itu berhenti mencariku? Tetapi aku harus bagaimana?’ 

Andrea mencoba mencari cara, dalam kebingungannya sebuah panggilan masuk dari Sarah membuatnya tersentak. Ia bahkan tidak pamit pada sahabatnya dengan baik. Ia hanya mengambil barang-barangnya tanpa meninggalkan sebuah pesan karena saat ia pulang ke rumah Sarah, sahabatnya itu masih berada di kampus dan mungkin mencarinya juga karena tak kunjung bertemu.

Satu helaan napas berat keluar dari mulut Andrea. Ia hanya akan mengirim pesan pada Sarah, tak sanggup mendengar suara sahabatnya itu.

[Maaf Sarah, aku tidak pamit dengan benar padamu. Aku dalam masalah besar dan harus pergi sejauh mungkin. Aku bukan buronan polisi, kok. Aku sengaja tidak memberitahu kamu ke mana aku akan pergi karena aku tidak ingin kamu terlibat jika orang itu sampai nyasar padamu. Nanti aku akan menghubungimu lagi]

Andrea mematikan ponselnya. Ia tidak ingin seseorang mengganggunya. Ia juga tidak ingin terlacak. Wartawan yang dulu ia ambil identitasnya untuk bisa masuk ke kamar Elov dengan bantuan tim Elov pun pasti sudah mendapat ancaman dari mereka. Ia benar-benar dalam bahaya sekarang dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah dengan pergi sejauh mungkin.

****

Beberapa hari ini media sosial, media cetak dan para pemburu berita dihebohkan dengan trending topic yang mengatakan jika aktor dari luar negeri yang sangat popular itu akan mengambil beberapa adegan dalam film terbarunya di negara ini. Semua berbondong-bondong mendapatkan kesempatan mewawancarai atau bahkan sekadar mendapatkan gambar yang bagus untuk dimuat dalam berita mereka.

Tak terkecuali dengan wanita yang saat ini mengenakan kacamata baca sambil mengamati berita teratas hari ini dari meja kerjanya. Ia menghembuskan napas dengan satu tangan memegangi dadanya. Beberapa kali ia memijat pelipisnya berharap satu proyek ini tak akan diberikan padanya.

Namun sayang beribu sayang, sepertinya takdir tak berpihak padanya dan kematian selalu ingin menemuinya. Ia tidak bisa membantah saat tugas berat yang sumpah demi apapun tak ingin ia kerjakan akhirnya dilimpahkan ke pundaknya. 

“Aku merasa deja vu dengan tugas ini. Hah … setelah enam tahun berlalu dan aku terus bersembunyi darinya, kini aku sendiri yang harus mencari berita tentangnya dan maksimal harus bisa mengambil sedikit waktu untuk mewawancarai dia. Setelah enam tahun? Mengapa harus bertemu lagi?”

Rasanya Andrea ingin mati saja saat ini atau setidaknya sekarat selama aktor tampan pemilik bola mata biru didominasi abu-abu itu berada di negara ini agar tugasnya diganti oleh rekannya yang lain.

Enam tahun telah berlalu sejak Andrea meninggalkan negaranya dan memutus segala kontak dengan orang terdekatnya termasuk Sarah untuk menghindari Elov Graff, namun takdir seakan sedang mengajaknya bercanda karena orang yang justru harus hilang dari kehidupannya itu harus ia temui dengan sendirinya.

“Aku harus bagaimana?!” pekik Andrea tertahan. Ia membuka kacamatanya lalu menghembuskan napas dengan kasar. Ia memutar-mutar kurisnya sambil memikirkan solusi untuk masalah antara hidup dan matinya ini.

“Eh tunggu dulu … bukankah semua orang mengira aku telah tiada? Enam tahun yang lalu pesawat yang seharusnya aku tumpangi mengalami kecelakaan dan tak ada penumpang yang selamat. Aku bahkan melihat namaku sendiri berada dalam daftar penumpang hari itu. Seharusnya jika si berengsek itu sudah mengetahui siapa wanita yang mengandung benihnya maka dia pasti mengira aku sudah tiada dan tidak akan mengenaliku. Ya, sepertinya ini tidak begitu susah. Aku hanya perlu sedikit mengubah penampilan ….”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status