Langkah Andrea tergesa-gesa. Ia hampir terlambat, satu menit sebelum waktu bekerja ia baru menempelkan sidik jarinya hingga akhirnya gajinya terselamatkan karena siapapun karyawan yang terlambat maka gaji akan dipotong.
Baru saja ia merasa lega, salah satu staf yang bekerja satu divisi dengannya langsung memintanya menemui manager divisi. Ada hal penting yang harus mereka bicarakan, Andrea menebak ini masalah wawancara Elov Graff.Pintu diketuk Andrea dengan perlahan, sebenarnya sangat malas dan berharap hari ini ia pingsan mendadak hingga ada yang menggantikan tugasnya. Namun sayang, ia tidak pernah pingsan sekalipun sehingga akan sangat sulit mewujudkan harapannya."Duduk Rea," ucap William.Andrea duduk di hadapan lelaki bermata minimalis dengan kulitnya yang putih itu. Wajahnya cukup tampan hanya saja sikapnya membekukan siapa saja yang berada di dekatnya saking dinginnya lelaki ini."Kamu sudah tahu apa tugasmu hari ini, bukan?"Andrea mengangguk lemas, biasanya ia sangat antusias memburu berita dan menulisnya sendiri."Aku tidak ingin kamu membuat perusahaan kita kecewa, Rea. Aku mengharapkanmu semaksimal mungkin hari ini. Aku mendengar kabar bahwa ini adalah film terakhir Elov Graff. Digadang-gadangkan akan menjadi film dengan jumlah penonton yang sangat meledak. Aktor itu akan pensiun dini dan kamu harus mendapatkan alasannya sedikit saja atau apapun itu. Kamu mengerti bukan jika kamu harus bisa mewawancarainya secara langsung."Tutur kata William yang penuh dengan penegasan itu sama sekali tidak terdengar di telinga Andrea yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri.William memperhatikan Andrea yang tidak fokus pada arahnya. Dahi lelaki itu mengeriput melihat ekspresi wajah Andrea yang berubah-ubah."Kamu mendengar saja, Andrea?"Andrea tersentak mendengar suara lantang William. Ia gelapanan lantas mengangguk sebagai jawaban tetapi William jelas tidak percaya. Lelaki itu menggertakkan giginya menahan kekesalan."Aku tidak mau tahu kamu memiliki masalah apa tetapi profesional lah dalam bekerja. Aku tidak ingin hasil yang buruk. Aku ingin kamu mendapatkan semua yang terbaik untuk perusahaan kita," tandas William, ia menggerakkan tangannya sebagai isyarat ia meminta Andrea untuk keluar.Wajah Andrea memerah, ia malu karena kedapatan tidak fokus. Memang benar, ia harus profesional tetapi masalahnya itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lelaki itu adalah sosok yang membuatnya pergi sejauh mungkin meninggalkan negaranya. Membuat semua orang terdekatnya mengira jika ia telah lama tiada.***Finn mengernyitkan dahinya, sejak pulang dari mall sikap Elov jelas berubah. Lelaki tampan di usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun itu biasanya banyak bertanya berbagai hal di tempat baru.Beberapa kali Finn hendak membuka suara tetapi ia urungkan melihat kerutan di dahi Elov yang menandakan ia sedang berpikir keras."Ada yang aneh, Finn."Akhirnya Elov membuka suara. Sejauh ini ia paling tahu jika lelaki di sampingnya yang selalu bersamanya mengurus segala hal adalah sosok yang paling tepat membeberkan segala rahasia hatinya."Aneh? Anda memang sedang aneh, Tuan," celetuk Finn yang membuatnya mendapat tatapan tajam dari Elov."Aku sedang serius. Aku kemarin bertemu dengan dua anak kecil yang wajahnya cukup mirip denganku. Bukan hanya itu, bocah lelaki itu memiliki warna bola mata yang sama persis denganku," ucap Elov kemudian ia berdecak kesal karena kesulitan menemukan jawaban dari ribuan tanda tanya yang bersarang di benaknya.Wajah Finn terlihat tegang. Kebingungan dan keanehan Elov seakan berpindah padanya. Jika benar apa yang dikatakan Elov maka akan ada masalah besar jika ada yang mengetahui dan menyama-nyamakan mereka. Bukankah itu akan berpengaruh dengan karier Elov yang sebentar lagi akan ia akhiri.Finn tidak ingin di penghujung karier Elov justru menuai kontroversi. Siapa saja pasti akan membuat berita sesuka hati mereka apabila mendapati sosok anak yang dimaksud Elov secara tidak sengaja."Wanita itu ... dia telah meninggal bersama dengan semua penumpang pesawat enam tahun yang lalu. Andrea Ammann ... aku bahkan masih mengingat namanya. Mustahil dia selamat sedangkan namanya tercatat dalam penumpang pesawat tersebut," ucap Elov sambil menerawang bagaimana dulu ia berhasil mendapatkan identitas Andrea setelah seminggu mencarinya.Saat mengetahui dari CCTV pemilik kelab malam di mana wartawan yang dicuri identitasnya oleh Andrea itu, orang-orang Elov akhirnya mengetahui jika Andrea adalah seorang mahasiswi magang. Mereka bahkan mendatangi perusahaan tempat Andrea bekerja. Mendatangi sahabatnya, memeriksa di kampus, bahkan keluarga Andrea pun tak luput dari pemeriksaan."Andrea telah mati. Dia mengalami kecelakaan pesawat. Jika tidak percaya maka periksalah di bandara atau cari di berita," ucap Lusiana kala itu.Elov bahkan memeriksanya sendiri setelah mendapat kabar dari keluarga Ammann. Saat itu hingga kemarin ia merasa lega karena dosanya telah ditutupi oleh Tuhan, tetapi tidak dengan saat ini."Cari tahu orang itu, Finn. Aku mencurigainya," ucap Elov dengan suara yang terdengar lirih.Finn memeluk dahinya keras. "Mencari tahu seseorang di negara ini tanpa informasi sedikit saja itu sama saja Anda menyuruh saya mencari jarum dalam segudang tumpukan jerami. Setidaknya Anda kemarin menanyakan namanya, Tuan. Saya harus mulai dari mana?" keluh Finn.Elov mendengus. "Kamu bisa memulainya dari mana saja. Cari di mall kemarin. Mungkin saja dia kembali lagi. Atau periksa CCTV di mall tempat aku bertemu dengan mereka, kamu bisa terus mengikuti ke mana dia pergi, bukan?"Ini gila! Mereka baru mendarat tiga hari di negara orang lantas langsung membuat kehebohan. Finn rasanya tidak sanggup tetapi reputasi Elov pun sedang terancam."Jika aku menemukan mereka, Anda ingin melakukan apa?" tanya Finn.Elov terdiam.Finn mengerahkan anak buahnya bahkan ia menghubungi beberapa untuk meminta mereka segera datang ke negara ini. Permintaan Elov tidak bisa ia tolak karena ia pun memikirkan aktor itu. Bagaimana pun selama ini ia yang bekerja keras menjaga nama baik Elov dan jika ada yang hendak merusaknya maka ia akan berdiri di barisan terdepan untuk menghalaunya."Kalian periksa CCTV di mulai dari tempat Tuan Elov bertemu dengan anak kecil," titah Finn pada dua anak buahnya.Setelah dua orang itu pergi, Finn menatap pintu kamar Elov. Pertanyaannya tentang tindakan apa yang hendak Elov ambil ketika mereka berhasil menemukan anak-anak itu tak juga bisa dijawab olehnya. Ia kembali masuk, sebentar lagi akan ada pengambilan adegan dan ia tidak ingin Elov dalam keadaan tidak siap apalagi terguncang."Saya telah meminta beberapa anak buah kita untuk mengecek CCTV di mall. Saya juga sudah memanggil bala bantuan. Sekarang saya harap Anda memperbaiki mood Anda karena sebentar lagi kita akan menuju ke lokasi sy
"Andrea kamu tidak apa-apa?"Pertanyaan Ben seolah menarik Andrea yang tadinya sudah masuk pada sebuah dimensi hampa udara mini kembali masuk dalam dunia nyata, di mana ada Elov yang masih menatapnya.Satu anggukan pelan Andrea berikan sebagai pertanda. Ben mengembuskan napas lega, ia pun menarik tangan Andrea untuk segera mendekat."Ben, bisakah kamu saja yang mewawancarai aktor itu? Aku akan menjadi juru kamera. Berhadapan dengannya membuatku gugup," pinta Andrea, dalam hati ia berdoa semoga ide gilanya diterima oleh Ben.Lelaki itu tertawa. "Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, Rea. Anggap saja ini keberuntungan karena kamu bisa bertemu langsung dengan aktor popular itu," ujar Ben yang kini semakin dekat dengan kerumunan wartawan.Beruntung?Hidup Andrea bahkan berubah 360 derajat sejak bertemu dengan Elov. Selain mendapatkan dua anak spesial itu, pertemuannya dengan Elov tidak bisa dikatakan sebagai sebuah keberuntungan.Andrea menggigit bibirnya, Elov kembali memakai kacamata
"Kamu dipecat!" Ucapan tersebut terus terngiang di telinga Andrea. Tidak diizinkan menjelaskan perkaranya, hanya demi seorang Elov Graff yang terlalu mendramatisir keadaan ia bahkan langsung ditendang dari perusahaan. Apakah dedikasinya selama hampir enam tahun itu tidak bisa dipertimbangkan? Sungguh miris, Andrea tersenyum sinis mengingat nasibnya yang kini pengangguran sedangkan dua anaknya memiliki banyak kebutuhan. Untuk bertahan dua sampai tiga bulan ke depan dia mungkin bisa, tabungannya cukup. Bagaimana dengan selanjutnya? Nama Andrea jelas sudah di-black list, meski ia menggunakan ID Hera, wanita itu justru datang membela diri dan memberikan tuduhan pada Andrea. Siapa yang ingin dipecat? Dalam hal ini, semua yang terlihat baik belum tentu baik dan yang jahat belum tentu jahat. "Rea!" Langkah gontai itu berhenti saat namanya dipanggil. Ia menoleh dan tersenyum pedih pada Ben yang entah datang dari mana. "Ada apa Ben?" Napas lelaki itu belum teratur, ia menunduk untuk s
Ketukan pintu semakin lama semakin kuat hingga membuat pemilik rumah terbangun. Wanita itu menguncir asal rambut panjangnya, sesekali menguap, tak lupa dengan sedikit keluhan karena tamu yang datang. Mata itu melirik ke arah jam dinding di ruang tengah. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, entah orang gila dari mana yang datang mengganggunya. "Siapa?" tanya Andrea. Di hadapannya kini berdiri tiga orang pria berjas hitam dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Nona Andrea Sebastian?" tanya salah satu dari mereka. Meski bingung Andrea tetap menganggukkan kepalanya. "Anda ditunggu Tuan kami untuk datang meminta maaf, jika Anda menolak maka detik ini juga nama Anda akan masuk daftar hitam. Yakinlah esok tidak akan ada satu pun yang mau menerima Anda bekerja." Apakah ini sebuah ancaman? Andrea tersenyum kecut. Wajahnya kembali muram teringat kejadian hari ini namun berubah secepat kilat menjadi penuh amarah saat teringat biang masalahnya. "Katakan pada tuanmu, aku ti
Andrea menghitung pengeluaran bulanan dan mencocokkan dengan keuangannya saat ini. Ada beberapa hal yang harus ia kurangi selagi ia belum mendapatkan pekerjaan tetap. Ingin rasanya ia sekali lagi menerima bantuan pria paruh baya itu tetapi ia merasa tidak enak karena selama ini Paman Alvons selalu melindunginya di balik layar.Sesekali wanita itu menghela napas pendek, sesekali juga melirik ke arah pintu kamar anaknya yang sedang tidur siang. Hari menjelang sore dan kedua bocah itu masih asyik di alam mimpi mereka."Sepertinya si kembar tidak akan masuk sekolah internasional. Sangat disayangkan tetapi aku tidak bisa berbuat banyak. Mengikuti Paman Alvons pun aku harus kembali pindah negara. Ini cukup rumit!"Andrea meminta pelipisnya. Bayangkan, seorang Elov Graff selalu mampu memporak-porandakan kehidupannya. Mengapa lelaki itu kembali datang? Apakah karena merasakan benihnya telah tumbuh dengan baik di negara ini?Sungguh menggelikan!Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Andrea
"Mama, mengapa mengemasi banyak barang?“Pertanyaan Luvina membuat gerakan tangan Andrea yang sedang mengepak pakaian anak-anaknya terhenti. Ia menghela napas, ia juga yang harus menjelaskan semuanya meski tidak semuanya."Mama dipindahkan ke luar negara. Kita akan pergi dua hari lagi," jawab Andrea sekenanya."Bagiamana dengan sekolah?" tanya Levin.Satu napas pendek Andrea buang seakan teras begitu berat. Mengapa bukan Elov yang menjelaskan segalanya. Ia bahkan tidak tahu akan menjadi budak seperti apa oleh lelaki itu. Ia hanya asal menerima dan Elov berkata akan menjemputnya dua hari lagi."Mama akan mengurus semuanya besok. Kalian bisa melanjutkan sekolah di sekolah baru nanti. Tenang saja, sekarang kalian tidur lebih cepat biar Mama yang menyelesaikannya," ucap Andrea. Setelah selesai membereskan barang-barang anaknya, Andrea kembali ke kamarnya. Dua anaknya sudah pulas, ia pun harus mengistirahatkan diri.Ingin tidur tetapi kantuk enggan mendekat. Pikirannya tidak mau berhenti m
"Ak—"Andrea menarik Luvina dan mendekapnya hingga kepala putrinya itu membentur perutnya."Mengapa kamu berada di sini? Bukankah seharusnya lusa?"Mata tajam Andrea terus menatap Elov yang baginya sangat menyebalkan. Lelaki ini bahkan seperti tidak punya malu karena memilih duduk di sofa dan memangku satu kakinya.Sekali lagi, rasanya Andrea ingin membenturkan kepala Elov di meja."Aku mengubah rencana. Penerbangan dimajukan pukul tujuh pagi. Aku lupa mengabarimu jadi aku datang secara langsung. Harusnya kamu menyambutku dengan suka cita, aku sudah berbaik hati padamu."Berbaik hati?Berterima kasih?Andrea tidak membutuhkan itu semua, justru ia mengharapkan kebalikannya.Atau tunggu dulu, apakah Elov memata-matai dirinya? Lelaki yang sedang memainkan kakinya di sofa itu mungkin tahu rencana pelariannya."Terima kasih Tuan Elov Graff yang terhormat. Tetapi maaf karena saya memiliki jadwal lain hari ini maka saya tidak bisa ikut denganmu. Biar saya menyusul saja. Anda boleh meninggalk
Finn menatap Elov yang masih terlihat suram bahkan hingga mereka berada di bandara. Dia tidak tahu mengapa Andrea begitu nekat untuk tidak ikut bersama mereka padahal Elov sudah berbaik hati meski sebenarnya Finn akui Andrea akan tamat di tangan Elov dan itu bukanlah sebuah kebaikan hati. Hampir satu jam mereka menunggu tanpa kepastian dari Andrea dan ketika masuk mereka justru tidak menemukan seorang pun. Hanya sebuah surat yang ditinggalkan Andrea dengan mengatakan ia akan datang menyusul dan akan mencari tahu keberadaan Elov lewat internet. Tatapan Elov dengan mata biru keabu-abuan itu justru terlihat sekelam malam. Finn tidak berani bersuara sejak mereka masuk ke dalam pesawat. Ia tahu dirinya turut andil membuat kesalahan karena tidak memeriksa jika rumah itu memiliki pintu belakang yang terhubung ke sebuah jalan kecil menuju jalan raya. "Tuan kita ak—" Tangan Elov terangkat tinggi. "Jika wanita itu datang berikan dia pekerjaan yang berat bahkan kalau perlu tolak dan suruh di
Iring-iringan mobil Alvons yang diikuti anak buahnya sampai di sebuah mansion mewah yang tak pernah si kembar kunjungi sebelumnya. Levin dan Luvina saling berpandangan dengan tanya yang tersirat dari kedua manik indah nan langka itu. Saat mobil berhenti, pintu langsung dibuka oleh salah satu pengawal lalu pria berwajah kaku itu mempersilakan dua tuan dan nona kecil untuk turun. "Grandpa, ini rumah siapa?" tanya Luvina dengan begitu polos. "Rumah milik Grandpa. Ayo kita masuk, ada banyak hal yang ingin Grandpa tanyakan pada kalian berdua," ajak Alvons. Tiba-tiba Luvina menguap. Levin mendengkus, dia tahu saudara kembarnya ini hanya sedang berpura-pura mengantuk saja. "Entah mengapa aku mendadak mengantuk, Grandpa. Aku tidak akan sanggup berjalan ke dalam rumahmu yang begitu besar. Bisakah Grandpa menggendongku?" Alvons tertawa. Dia berbalik dan langsung menggendong kelinci kecil yang manja ini. "Apakah Tuan Muda Levin juga ingin digendong?" Meskipun Alvons tahu Levin aka
Reyna tidak tahu jika ucapannya tersebut didengar oleh si kembar yang diam-diam menguping obrolannya dengan Serena di ruang tamu. Reyna berkata lagi, "Kamu tidak perlu mengajukan protes apapun kepadaku, karena sesuai dengan kesepakatan awal bahwa Geez adalah calon menantu di keluarga Graff. Kami hanya menginginkan cucu kami, tidak dengan ibunya." Serena tersenyum penuh kepuasan, ini yang ingin dia buktikan dengan datang ke rumah ini. Serena lalu berkata, "Aku bukan ingin menuntut kalian, tetapi putriku sudah terlanjur berharap pada Elov. Akan jadi seperti apa nanti jika kelak Eliv justru menolaknya dan kalian mematahkan hatinya? Putriku yang malang itu pasti akan mengalami kesedihan dan akan sangat terguncang." Reyna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tenang saja Sere, aku yang akan memastikan bahwa Geez yang akan menjadi menantuku nanti. Bukan ibu dari kedua cucuku." Si kembar saling menatap, wajah keduanya kini benar-benar tidak sedap dipandang. Entah hilang ke mana ke
Andrea menatap malas pada sosok Harry yang kembali datang menjenguknya. Dia tahu jika ayahnya ini sengaja datang hanya untuk mencari muka di hadapan Elov, jika saja kemarin dia tidak mengetahui tentang hubungannya bersama Elov maka Andrea yakin ayahnya tidak akan bersikap sepeduli ini padanya. Harry begitu angkuh dan Andrea tidak lagi percaya padanya."Jadi Rea, apakah benar kamu dan Elov sudah menikah?"Andrea tidak menjawab, dia hanya menatap ayahnya dengan datar.Harry sebenarnya inging marah melihat ekspresi Andrea yang sangat angkuh. Padahal dia sudah datang dan berada di sini sebagai sosok Ayah yang sangat peduli terhadap anaknya, tetapi Andrea masih saja bersikap dingin."Rea, maaf jika dulu Ayah bersikap keterlaluan padamu bahkan sampai mengusirmu ketika kamu hamil. Seandainya kamu mengatakan siapa pria itu, Ayah nggak akan mungkin menyuruhmu pergi bahkan nggak akan menghapus namamu dari daftar kartu keluarga."Andrea menatap Harry dengan sinis. Dia enggan mengatakan apapun pa
Malam hampir larut ketika Reyna, Brandon dan si kembar sampai di kediaman utama. Sepanjang perjalanan tadi Levin dan Luvina sempat tertidur dan begitu Brandon menggendong Levin, cucunya lakinya itu terbangun begitupun dengan Luvina yang berada di gendongan Reyna. Padahal tadinya Brandon dan Reyna berharap keduanya tidak terbangun sehingga mereka tidak akan bertanya mengapa dibawa pulang ke rumah ini bukan dikembalikan kepada Ibu mereka. Reyna belum cukup puas dan tidak akan pernah puas bermain dengan kedua cucunya yang sangat menggemaskan, begitu cantik dan tampan hingga dia ia tidak rela melepaskannya barang sedetik pun. "Kita sudah sampai ya? Kita di mana? Di mana Mama?" tanya Luvina sambil menggosok-gosok kedua matanya. "Kita berada di rumah Kakek dan Nenek," jawab Levin yang lebih dulu menyadari keberadaan mereka. Brandon dan Reyna saling menatap. Keduanya sama-sama khawatir jika Luvina merengek untuk bertemu dengan ibunya. "Kakek, Nenek,.mengapa tidak mengembalik
Si kembar sudah puas bermain di pantai ketika Brandon sampai. Dia tersenyum saat melihat bagaimana istrinya dan kedua cucunya terlihat sangat akrab, mereka bahkan menggandeng tangan Reyna dengan begitu posesif. Sepertinya Reyna menuruti perkataannya sehingga dia berhasil memenangkan hati kedua cucunya. Tidak ingin mengganggu, Brandon pun memutuskan untuk pergi ke kafe yang tak jauh dari resortnya. Dia ingin memberikan waktu untuk Reyna bersama kedua cucunya sebelum nanti akhirnya si kembar menyadari bahwa mereka hanya sedang memainkan sandiwara. "Sebaiknya kalian tidur setelah Nenek bersihkan," ucap Reyna."Iya Nek. Rasanya sangat lelah dan aku sudah sangat mengantuk," ucap Luvina yang menurut begitu dia dibawa masuk ke kamar mandi. Reyna menoleh kepada Levin yang enggan untuk masuk bersama. "Levin, apa kamu nggak mau membersihkan tubuhmu? Ayo cepat masuk, biar Nenek yang bilaskan tubuhmu."Levin menggeleng. "Kakak nggak pernah mau dibantu oleh siapapun kalau mandi, Nek. Katanya d
Suara teriakan Damian yang terus-menerus disiksa oleh anak buah Harry Ammann menggema di dalam ruangan. Sesekali dia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu, namun ketika dia tak mampu menahannya maka suara teriakan memilukan yang memekakan telinga lolos dari mulutnya.Lusiana terus membujuk orang-orang ayahnya untuk menghentikan penyiksaan tersebut, dia tidak sanggup melihat lelaki yang sangat dicintainya disiksa di depan matanya. "Apa kalian nggak mendengar ucapanku? Aku ini adalah Nona Muda, anak dari Harry Ammann, kalian harus menuruti ucapanku!' teriak Lusiana."Sebaiknya Nona Muda kembali karena yang memberi perintah hanyalah Tuan Harry, kami tidak mendengar perintah dari siapapun."Lusiana terbelalak, dia menggelengkan kepalanya lalu menetap Damian yang sudah terlihat sangat lemah dengan darah bekas cambukan mengucur dari tubuhnya."Sudahlah Kak Dami, mengalah saja. Aku nggak sanggup melihatmu disiksa seperti ini. Mari kita ulangi lagi rumah tangga kita, aku berjanji a
Harry sudah yakin jika Elov pasti akan segera menyanjungnya, mengucapkan terima kasih lalu memperkenalkan dirinya sebagai pria putrinya. Dalam benak Harry, dia sudah sangat senang dan memikirkan ada begitu banyak keuntungan jika saja benar Elov Graff adalah menantunya. Membayangkan begitu banyak kebaikan dan berkat yang akan datang padanya secara bertubi-tubi, dia tidak kuasa untuk menahan senyumannya. "Keluarga Ammann? Siapa itu? Bukankah yang lebih pantas mendapatkan hadiah adalah kamu, karena kamu yang sudah membawa Andrea ke rumah sakit dan kamu juga mengirim anak buahmu untuk menyampaikan kepadaku. Kamu barulah yang paling pantas mendapatkan hadiah. Aku akan berinvestasi di kebun anggur mu." Mata Harry langsung melotot, dia tidak percaya Elov bahkan tidak mengenal siapa keluarga Ammann. Lantas bagaimana dia bisa bersama dengan Andrea, bukankah identitas Andrea adalah bermarga Ammann? Andrea sendiri tidak menanggapi, dia hanya melihat dengan daftar wajah kebingungan ayahn
Jimmy menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya. Dia tidak mengenalinya tetapi sejak tadi dua orang ini terus memaksa masuk bahkan rela beradu kekuatan dengan penjaga di luar. Tadi Jimmy menerima laporan dari orang yang menjaga pintu gerbang, kedua orang itu terus berteriak ingin bertemu dengan Elov, mereka tidak peduli meskipun para penjaga mengatakan Elov sedang tidak berada di tempat. Mereka meminta izin untuk bertemu dengan orang kepercayaan Elov tetapi para penjaga justru mengatakan mereka adalah orangnya. Jimmy yang mendapat laporan pun langsung meminta penjaga gerbang mempersilakan mereka masuk. "Siapa kalian?" tanya Jimmy penuh intimidasi. "Kami adalah orang suruhan Tuan Ayden. Tuan meminta kami menyampaikan pesan ini secara langsung pada Tuan Elov atau pada orang kepercayaannya," ucap salah satu anak buah Ayden. Ayden? Jimmy tidak mengetahui nama itu tetapi sepertinya tidak asing di telinganya. "Aku adalah kepala pelayan serta pengasuh Tuan Elov. Jika meman
Andrea masih berusaha tenang meskipun Damian sudah berbicara tentang kematian. Lagi pula siapa yang ingin mati bersama, lebih baik Damian melukainya dibandingkan harus ikut dalam rencana gila tersebut. Andrea sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi terhadap Damian, sudah lama dia kubur dan dia juga sudah memiliki Elov yang berhasil mengisi hatinya. Belum lagi ada si kembar yang harus dia besarkan. Dalam hati Andrea terus berharap semoga saja ada yang datang menyelamatkannya seperti yang dikatakan oleh Lusiana. "Damian tolong jangan seperti ini. Siapa yang ingin mati, kita bisa menyelesaikan semuanya ini dengan baik-baik," bujuk Andrea. "Nggak bisa. Jika sudah melibatkan keluargamu maka semua pasti akan berakhir dengan buruk. Mana mungkin mereka mau menyelesaikan secara baik-baik. Lusiana itu sudah gila, dia sangat terobsesi padaku dan dia pasti akan menyakiti kita berdua, jadi lebih baik aku menyakiti diri kita berdua lebih dulu."Apakah lelaki ini tidak sadar jika dia pun