Andrea menarik kopernya. Ia tahu tak mungkin bagi keluarganya menerima keadaannya apalagi ayahnya yang ia kenal penuh dengan ambisi. Demi mendapatkan kedudukan dan menjaga reputasinya ia bahkan tega membuang anak kandungnya sendiri.
Andai saja ibunya masih ada, Andrea pasti mendapatkan pembelaan. Tetapi kenyataan ia yang sudah ditinggal ibunya sejak balita kembali mematahkan hatinya.
Sambil berjalan tak tentu arah, Andrea sesekali memegang perutnya dan mengajak bayi di dalam kandungannya itu berdialog.
“Kamu tidak bersalah. Aku akan mempertahankanmu meksipun aku terbuang. Kita akan melalui semua ini bersama. Meskipun lelaki itu adalah ayah biologismu dan aku membencinya, tetapi kamu adalah anakku. Aku mencintaimu, aku akan melindungimu.”
******
Wajah Elov teihat pucat, tubuhnya pun tak lagi memiliki tenaga. Sudah beberapa hari ini ia mengalami sebuah penyakit yang aneh. Ia akan lemas di pagi hari dan memuntahkan sisa makanan yang ia makan semalam.
Tak hanya itu saja, ia pun sensitif terhadap berbagai aroma dan menjadi picky akan makanan bahkan terhadap menu favoritnya pun ia melihatnya dengan tatapan benci.
Kondisinya pun tidak memungkinkan ia untuk mengambil pekerjaan. Syuting ditunda hingga waktu yang tak bisa ditentukan sebab sang bintang tengah terbaring lemah di apartemen mewahnya.
Beberapa kali Finn menemaninya dan membawakan dokter serta menebus resep obat tetapi tak juga membuat keadaan Elov membaik. Sakitnya makin hari makin parah, padahal diagnosis dokter hanyalah kelelahan akibat terlalu sibuk bekerja.
“Apakah aku akan mati? Penyakit ini terlalu langka. Bahkan dokter sekalipun tidak bisa mendiagnosisnya,” gumam Elov dengan suara lirih.
Keadaan Elov pun sudah terdengar oleh keluarganya hingga mereka mendatangkan dokter ahli hari ini. Elov hanya mengizinkan dokter masuk tidak dengan siapapun karena Elov mencegah keadaannya saat ini sampai tersebar ke media.
Dokter pun mulai memeriksa keadaan Elov lalu ia menanyakan keluhan-keluhannya. Dengan lancar Elov menjelaskan apa-apa saja yang terjadi padanya dan yang ia rasakan.
Dokter paruh baya itu pun tersenyum tipis. “Dari hasil pemeriksaan saya, Anda tidak mengidap satu pun penyakit tetapi sebuah sindrom yang dinamakan sindrom couvade atau kehamilan simpatik. Biasanya ini terjadi pada pasangan ketika sang istri tengah mengandung maka suami yang akan mengalami ngidam seperti morning sickness yang Anda alami selama beberapa hari ini,” papar dokter yang membuat Elov tercengang.
“Tetapi saya belum menikah dan saya tidak menghamili siapapun, Dok,” bantah Elov dengan suara yang terdengar parau.
Dokter sendiri sama terkejutnya. “Oh ya? Oh mungkin saya yang salah, maafkan saya. Tetapi apa yang Anda alami saat ini adalah ciri dari kehamilan simpatik. Semoga saja saya yang salah. Sejauh ini tubuh Anda sehat. Jika ingin memastikannya lagi, Anda bisa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan keseluruhan. Tetapi jika dalam dua atau tiga bulan ke depan keadaan Anda kembali normal, maka hasil diagnosis saya itu benar jika saat ini Anda mengalami sindrom couvade.”
Elov terdiam sambil memikirkan ucapan dokter tersebut. Melihat Elov yang diam saja membuat dokter merasa sungkan. Ia sempat berpikir jika lelaki dengan banyak penggemar dan popular seperti Elov ini mungkin meniduri banyak wanita dan menghamili siapa saja sudah menjadi hal biasa. Tetapi melihat ekspresi kebingungan itu membuatnya menepis pemikiran buruk itu.
“Saya sudah menuliskan resep obat untuk Anda. Jika keadaannya belum membaik, saya sarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan keseluruhan di rumah sakit. Saya permisi dulu Tuan Elov, semoga lekas sembuh,” ucap dokter kemudian ia mengemasi peralatannya dan keluar meninggalkan Elov yang terus terdiam.
Elov menatap langit-langit kamarnya. Membayangkan penyakit serius yang sulit dideteksi oleh dokter sebenarnya tidak membuatnya begitu takut. Kehilangan pekerjaan sebagai aktor karena lalai dalam bekerja dan terlalu banyak mengambil cuti pun tidak masalah baginya. Tetapi, dua kata dari hasil pemeriksaan dokter tadi seakan mengguncang dunianya.
Sindrom couvade!
Pemilik mata biru keabu-abuan itu menghela napas panjang. Ia mencoba mengingat, samar-samar adegan panas dirinya melumpuhkan seorang wanita di atas ranjang memenuhi benaknya.
‘Apakah ….”
Kepala Elov yang tadinya pusing kini mendadak sembuh dan yang ada di pikirannya saat ini adalah menemukan siapa wanita yang sedang mengandung anaknya. Ia harus mendapatkannya dan membuat perhitungan. Ia yakin sekali wanita itu ingin mengambil keuntungan darinya, merusak reputasi dan banyak lagi rencana terselubung yang sudah disiapkannya.
Elov mengambil ponselnya untuk menghubungi Finn, meminta asistennya itu untuk menebus obat.
“Oh God! Apa Anda lupa, bukankah Anda pernah meniduri seorang gadis di hotel. Bisa saja dia tengah mengandung anak Anda!” pekik Finn setelah ia mendengar cerita Elov.
Wajah Elov memerah tegang. Bagaimana ia bisa lupa dengan gadis itu. Ingatan Elov kembali lagi pada malam di mana ia meniduri seorang wanita dalam keadaan mabuk, mengira wanita itu adalah Celine hingga amarah bercampur mabuk alkohol itu membuatnya kehilangan akal lalu memperkosa wanita itu.
Setelah kejadian itu Ia telah memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa rekaman juga data gadis itu, tetapi ternyata gadis yang datang ke kamarnya malam itu menggunakan identitas orang lain untuk bisa menembus managernya.
Sebenarnya bukan hal yang sulit untuk mencari tahu, tetapi Elov yang sibuk dan acuh serta gadis itu tak datang untuk meminta pertanggungjawaban atau membocorkan masalah ini ke media, Elov pun melupakan saja.
Elov memaksa mengingat bagaimana ia bisa melakukan kesalahan di malam itu. Semua bermula saat ia mendapatkan rekaman video di mana Celine sedang bergulat dengan seorang pria tanpa busana di atas ranjang. Geram, Elov melampiaskan pada minuman hingga ia mabuk padahal ia harus datang ke hotel untuk mengeksekusi wanita yang sudah membuat berita palsu di sosial media. Namun sayang, ia salah sasaran hingga mengakibatkan seorang gadis kehilangan kesuciannya.
“Tuan, apa jangan-jangan dia sedang ham—”
“Aku tidak mau tahu, kamu harus berhasil menemukan wanita itu dalam waktu dua puluh empat jam! Cari sampai ketemu, pastikan dia tidak hamil anakku!”
“Tetapi wanita itu tidak ditemukan di mana pun, Tuan. Kita telah mencarinya dan hasilnya nihil, Anda pun tahu alasannya, dia memakai identitas orang lain,” tutur Finn, ia sendiri meragu.
Manik kelabu itu menatap Finn dengan tajam. “Cari lagi. Apa kamu mau dia lebih dulu meledakkan masalah ini dan karierku tamat?” hardik Elov.
Finn menggeleng. Ia akan mencari lagi bahkan akan terus mencari meskipun mustahil menemukan satu jarum dalam tumpukan jerami segudang. Jika saja wanita itu tidak melakukan penyamaran dan menutupi wajahnya dengan masker saat masuk ke dalam hotel maka sangat mudah menemukannya.
Masalahnya, identitas yang ia gunakan adalah milik seorang lelaki. Pria bodoh yang mabuk di kelab malam dan tak tahu siapa yang sudah mencuri kartu identitasnya. Sementara Elov hanya ingat jika wanita itu mengatakan ‘wawancara’ padanya.
“Mengapa kamu masih di sini? Segera tebus obat itu lalu kerahkan anak buahmu untuk mencari wanita itu. Dia berbahaya, Finn!” tekan Elov merasa sangat kesal. Finn pun bergegas pergi agar tidak diamuk Elov.
‘Siapa dia?’ tanya Elov dalam hati.
Beberapa hari ini Andrea tinggal di rumah sahabatnya, Sarah. Hari ini ia akan mengambil ijazah dan mulai mencari pekerjaan agar tidak menumpang hidup di rumah Sarah. Meski sahabatnya itu selalu menerima keberadaanya tetapi Andrea tidak ingin menyusahkannya. Sarah pun mengantarnya ke kampus dan akan kembali menjemputnya.Setelah mendapatkan ijazahnya, Andrea pun memutuskan untuk pulang. Baru beberapa langkah keluar dari ruang administrasi, Andrea merasa pusing dan mual. Ia pun bergegas ke toilet dan tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang baru saja kembali dari toilet. ‘Di-dia ada di sini? Untuk apa? Mencariku?’ Andrea merasa tegang. Rasa pusing dan ingin muntah pun seketika lenyap. Andrea merasa takut dan ingin bersembunyi tetapi pria itu berhenti lalu ia menjawab panggilan telepon hingga tak sengaja Andrea mencuri dengar.“Aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan gadis itu. Aku yakin saat ini dia tengah mengandung. Aku ingin kalian menemukannya dan membuatnya keguguran, jik
Andrea kembali teringat saat ia kembali mual saat berada di bandara. Tubuhnya lemas karena ia sendiri belum makan selain satu lembar roti di rumah Sarah. Tak sadar sudah lama berada di kamar mandi, ia ternyata telah ketinggalan pesawatnya.Untuk penerbangan selanjutnya ia harus menunggu sekitar tiga jam. Berada di bandara pun tidak begitu aman menurutnya. Pulang ke rumah Sarah pun bukan pilihan.Dengan tubuh lemas ia terpaksa berjalan ke arah food court yang ada di bandara. Ia perlu mengisi tenaganya. Saat sedang menikmati makanannya, seorang pria dengan setelan jas berwarna navy datang menghampirinya. Andrea langsung tegang, ia berpikir mungkin saja pria ini adalah orang suruhan Elov. Ingin lari tetapi pria itu justru menanyakan ibunya.“Anda mengenal Ibu saya?” Pria itu mengangguk. Matanya melirik ke arah koper Andrea. “Kamu akan pergi?”Andrea mengangguk lemah. Pria itu sepertinya paham apa yang terjadi dengannya. “Pergilah ke negara di mana ibumu berasal. Dia memiliki satu rumah
"Ma, bukankah kita akan menonton bioskop?"Pertanyaan Levin membuat Andrea tersentak. Andrea menjanjikan mereka untuk menonton di bioskop bahkan sudah mengantre untuk memberi popcorn, tetapi pertemuannya hari ini dengan Elov mengacaukan segalanya. Andrea tidak bisa berlama-lama di tempat ini, ia khawatir Elov akan mengejar mereka."Ah, maaf sayang. Mama sedang tidak enak badan. Bagaimana jika menontonnya nanti saja?"Dengan sangat menyesal Andrea terpaksa berbohong dan mengingkari janjinya pada dua bocah yang bak pinang dibelah dua dengan aktor tampan itu. "Mama sakit? Kalau begitu ayo kita segera pulang. Mama terlalu sibuk bekerja hingga lupa beristirahat," ujar Luvina.Andrea membuang napas pendek. Ia tahu kedua anaknya sangat perhatian. Dalam hati ia berdoa agar selalu diberi kesehatan agar bisa terus menjaga kedua anaknya dan memberikan kehidupan yang layak untuk mereka.Sesampainya di rumah, Andrea meminta kedua anaknya untuk beristirahat saja di kamar mereka. Meski Levin dan Lu
Langkah Andrea tergesa-gesa. Ia hampir terlambat, satu menit sebelum waktu bekerja ia baru menempelkan sidik jarinya hingga akhirnya gajinya terselamatkan karena siapapun karyawan yang terlambat maka gaji akan dipotong.Baru saja ia merasa lega, salah satu staf yang bekerja satu divisi dengannya langsung memintanya menemui manager divisi. Ada hal penting yang harus mereka bicarakan, Andrea menebak ini masalah wawancara Elov Graff.Pintu diketuk Andrea dengan perlahan, sebenarnya sangat malas dan berharap hari ini ia pingsan mendadak hingga ada yang menggantikan tugasnya. Namun sayang, ia tidak pernah pingsan sekalipun sehingga akan sangat sulit mewujudkan harapannya."Duduk Rea," ucap William.Andrea duduk di hadapan lelaki bermata minimalis dengan kulitnya yang putih itu. Wajahnya cukup tampan hanya saja sikapnya membekukan siapa saja yang berada di dekatnya saking dinginnya lelaki ini."Kamu sudah tahu apa tugasmu hari ini, bukan?"Andrea mengangguk lemas, biasanya ia sangat antusia
Finn mengerahkan anak buahnya bahkan ia menghubungi beberapa untuk meminta mereka segera datang ke negara ini. Permintaan Elov tidak bisa ia tolak karena ia pun memikirkan aktor itu. Bagaimana pun selama ini ia yang bekerja keras menjaga nama baik Elov dan jika ada yang hendak merusaknya maka ia akan berdiri di barisan terdepan untuk menghalaunya."Kalian periksa CCTV di mulai dari tempat Tuan Elov bertemu dengan anak kecil," titah Finn pada dua anak buahnya.Setelah dua orang itu pergi, Finn menatap pintu kamar Elov. Pertanyaannya tentang tindakan apa yang hendak Elov ambil ketika mereka berhasil menemukan anak-anak itu tak juga bisa dijawab olehnya. Ia kembali masuk, sebentar lagi akan ada pengambilan adegan dan ia tidak ingin Elov dalam keadaan tidak siap apalagi terguncang."Saya telah meminta beberapa anak buah kita untuk mengecek CCTV di mall. Saya juga sudah memanggil bala bantuan. Sekarang saya harap Anda memperbaiki mood Anda karena sebentar lagi kita akan menuju ke lokasi sy
"Andrea kamu tidak apa-apa?"Pertanyaan Ben seolah menarik Andrea yang tadinya sudah masuk pada sebuah dimensi hampa udara mini kembali masuk dalam dunia nyata, di mana ada Elov yang masih menatapnya.Satu anggukan pelan Andrea berikan sebagai pertanda. Ben mengembuskan napas lega, ia pun menarik tangan Andrea untuk segera mendekat."Ben, bisakah kamu saja yang mewawancarai aktor itu? Aku akan menjadi juru kamera. Berhadapan dengannya membuatku gugup," pinta Andrea, dalam hati ia berdoa semoga ide gilanya diterima oleh Ben.Lelaki itu tertawa. "Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, Rea. Anggap saja ini keberuntungan karena kamu bisa bertemu langsung dengan aktor popular itu," ujar Ben yang kini semakin dekat dengan kerumunan wartawan.Beruntung?Hidup Andrea bahkan berubah 360 derajat sejak bertemu dengan Elov. Selain mendapatkan dua anak spesial itu, pertemuannya dengan Elov tidak bisa dikatakan sebagai sebuah keberuntungan.Andrea menggigit bibirnya, Elov kembali memakai kacamata
"Kamu dipecat!" Ucapan tersebut terus terngiang di telinga Andrea. Tidak diizinkan menjelaskan perkaranya, hanya demi seorang Elov Graff yang terlalu mendramatisir keadaan ia bahkan langsung ditendang dari perusahaan. Apakah dedikasinya selama hampir enam tahun itu tidak bisa dipertimbangkan? Sungguh miris, Andrea tersenyum sinis mengingat nasibnya yang kini pengangguran sedangkan dua anaknya memiliki banyak kebutuhan. Untuk bertahan dua sampai tiga bulan ke depan dia mungkin bisa, tabungannya cukup. Bagaimana dengan selanjutnya? Nama Andrea jelas sudah di-black list, meski ia menggunakan ID Hera, wanita itu justru datang membela diri dan memberikan tuduhan pada Andrea. Siapa yang ingin dipecat? Dalam hal ini, semua yang terlihat baik belum tentu baik dan yang jahat belum tentu jahat. "Rea!" Langkah gontai itu berhenti saat namanya dipanggil. Ia menoleh dan tersenyum pedih pada Ben yang entah datang dari mana. "Ada apa Ben?" Napas lelaki itu belum teratur, ia menunduk untuk s
Ketukan pintu semakin lama semakin kuat hingga membuat pemilik rumah terbangun. Wanita itu menguncir asal rambut panjangnya, sesekali menguap, tak lupa dengan sedikit keluhan karena tamu yang datang. Mata itu melirik ke arah jam dinding di ruang tengah. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, entah orang gila dari mana yang datang mengganggunya. "Siapa?" tanya Andrea. Di hadapannya kini berdiri tiga orang pria berjas hitam dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Nona Andrea Sebastian?" tanya salah satu dari mereka. Meski bingung Andrea tetap menganggukkan kepalanya. "Anda ditunggu Tuan kami untuk datang meminta maaf, jika Anda menolak maka detik ini juga nama Anda akan masuk daftar hitam. Yakinlah esok tidak akan ada satu pun yang mau menerima Anda bekerja." Apakah ini sebuah ancaman? Andrea tersenyum kecut. Wajahnya kembali muram teringat kejadian hari ini namun berubah secepat kilat menjadi penuh amarah saat teringat biang masalahnya. "Katakan pada tuanmu, aku ti