‘Bagaimana bisa ini terjadi padaku? Ayah … dia pasti akan sangat marah jika tahu aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik.’
Andrea bergegas pulang. Ia bahkan lupa ayahnya selalu membatasi waktunya untuk keluar malam dan kini ia pulang tepat pukul satu dini hari.
Dengan langkah mengendap-endap Andrea masuk ke dalam rumah. Baru saja ia hendak menapaki anak tangga, dehaman keras membuat langkah itu terhenti.
‘Celaka!’
“Dari mana kamu Andrea?”
Suara lantang Harry Ammann — ayah Andrea membuat tubuh Andrea bergetar hebat. Akan lebih parah lagi jika ayahnya melihat bagaimana penampilannya sekarang.
Dengan gugup Andrea berbalik, ia menundukkan kepalanya tak berani menatap ayahnya.
Harry menahan napas beberapa saat sebelum menghampiri putrinya. Dilihatnya penampilan Andrea dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, lalu tatapan Harry berhenti di satu titik dan detik berikutnya satu tamparan keras mendarat di pipi Andrea.
“Ayah!” Joana memekik saat melihat adegan tersebut. Ia sebenarnya tidak tega tetapi keadaan Laura saat ini benar-benar menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka.
“Menjauh Joana. Aku hanya ingin berurusan dengan putriku saja,” ucap Harry dengan suara berat. “Sekarang jelaskan apa yang baru saja kamu lakukan di luar sana hingga kamu pulang dalam keadaan kacau seperti ini. Kamu menjual tubuhmu, Andrea?” tuding Harry.
Andrea ingin menangis tetapi sayang air mata itu tidak kunjung turun. Tiga kali ia mendapatkan tamparan malam ini, dan bekas tangan ayahnya adalah yang paling menyakitkan.
“Aku tidak—”
“Apakah pakaian sobek, blazer pria dan jejak ciuman di lehermu itu masih kurang membuktikan jika kamu baru saja melakukan itu, Andrea!” pekik Harry, ia memegangi dadanya yang semakin terasa sesak.
“Aku bisa menjelaskannya, Ayah. Aku tidak melakukan seperti yang Ayah tuduhkan. Aku bahkan diperkosa, Yah.” Akhirnya air mata Andrea tumpah, mengingat bagaimana lelaki itu menggagahinya dengan kasar membuat Andrea trauma.
Harry membuang napas panjang. Melihat penampilan putrinya mungkin benar jika ia diperkosa, tetapi mengapa masih bisa mengenakan blazer seorang pria? Apakah pemerkosa itu berbaik hati? Harry tentu tidak percaya.
“Siapa? Siapa lelaki yang sudah memperkosamu itu?” hanya Harry, Joana di sampingnya hanya bisa mengusap bahu sang suami agar bisa sedikit tenang.
Mendengar pertanyaan ayahnya tersebut membuat Andrea terdiam. Mana mungkin ia bisa mengungkapkan siapa lelaki itu sedangkan hanya masalah sepele saja ia justru menjadi korban salah sasaran.
Andrea tidak bisa membayangkan bagaimana ayahnya akan bereaksi setelah mengetahuinya. Ia bukan melindungi Elov tetapi ia khawatir jika lelaki itu berani membuat ancaman balik untuk keluarganya.
Andrea belum lupa bagaimana kekejaman Elov padanya.
“Mengapa diam saja? Kamu berusaha melindunginya?” bentak Harry.
Andrea mengunci mulutnya. Biarlah ia menanggung semua amarah ayahnya daripada harus mengatakan yang sebenarnya. Ayahnya memang seorang pebisnis yang sukses di kota ini, tetapi untuk menentang lelaki popular itu cukup sulit. Mereka hia memberikan pernyataan palsu dan hidupnya pun tidak akan tenang.
Harry menggertakkan giginya, ia tahu jika sudah seperti ini Andrea akan diam saja.
“Sebaiknya kamu diam di rumah dan jangan keluar. Ayah tidak ingin skandalmu ini merusak reputasi keluarga. Berdoalah semoga apa yang terjadi padamu tidak menjadi buah bibir,” ucap Harry, ia mengibaskan tangannya seolah mengusir Andrea untuk segera pergi dari hadapannya.
Hati Andrea lega, ayahnya tidak mengusirnya dan itu sudah lebih baik. Ia juga tidak akan kembali ke perusahaan tempat ia magang. Mendapat nilai C pun tidak masalah baginya.
****
Tiga bulan berlalu dan selama itu Andrea benar hanya diam di rumah. Sekalipun ia keluar itu hanya untuk kepentingan penyelesaian tugas akhir kampus, itu pun ditemani oleh pengawal yang ayahnya siapkan. Andrea cukup beruntung karena tidak satu pun orang yang mengetahui skandal tersebut. Ia juga lega Elov tidak mencarinya.
Setelah prosesi wisuda, keluarga Amman pulang ke rumah. Wajah Harry berseri-seri, ia meminta keluarganya untuk berkumpul lagi setelah mengganti pakaian.
“Ada hal penting yang akan aku bicarakan …,” ucap Harry setelah semuanya kembali berkumpul di ruang keluarga.
Semua diam menanti Harry melanjutkan kalimatnya. Kini tatapan Harry tertuju pada Andrea.
“Tadi aku bertemu dengan Tuan Thompson di kampus, dia berniat menjodohkan Damian dengan Andrea. Bukankah ini sebuah keberuntungan. Kalian tentu tahu siapa keluarga Thompson itu, dan bukankah kamu dan Damian cukup dekat?”
Mata Andrea terbelalak sedangkan Lusiana justru terbatuk karena ucapan ayahnya tersebut.
‘Bagaimana bisa Kak Dam memilih Kak Andrea?’
Lusiana mulai gelisah. Ia yang menyimpan rasa untuk lelaki itu lantas mengapa kakaknya yang menjadi calon istrinya?
“Ayah … bukankah Ayah tahu kalau aku sudah—” Andrea tidak bisa melanjutkan ucapannya, hatinya terasa sakit jika mengingat kejadian itu.
Wajah Harry merah padam. “Tidak ada yang tahu selain kita dan lelaki sialan itu. Selagi kamu tutup mulut maka semua akan mudah,” tegas Harry.
“Tetapi Ayah … aku ….” Andrea menggantung kalimatnya. Kepalanya tertunduk semakin dalam, tak sanggup melanjutkan ucapannya.
“Apa lagi Andrea?” Harry mendesis kesal.
“A-aku hamil, Yah!”
“Apa?!” pekik Harry, Joana dan Lusiana bersamaan.
Andrea tidak berani mengangkat wajahnya. Ia tahu ayahnya pasti akan sangat marah.
Harry berdiri kemudian ia menarik tangan Andrea dengan kasar. Saat putrinya itu berdiri, satu tamparan ia layangkan di pipi Andrea yang sudah dibanjiri air mata.
“Anak sialan! Kamu akan membuat reputasi keluarga ini rusak karena kebodohanmu itu. Ayah tidak mau tahu, sekarang ayo gugurkan kandunganmu itu. Ayah tidak mau dia menghambat keinginan Ayah!”
Harry naik pitam, harusnya hari ini menjadi hari paling bahagia dan penuh dengan keberuntungan hingga Andrea akhirnya membuat sebuah pengakuan yang menghancurkan segalanya.
Dengan kedua tangannya Andrea menutupi perutnya melindungi janin di dalam kandungannya. Ia menggeleng keras dengan air mata tanpa suara tangis.
“Tidak, Yah. Aku tidak akan menggugurkan anak ini. Dia tidak bersalah, hukum aku saja. Anak ini tidak berdosa,” pinta Andrea.
Kembali Harry menampar Andrea, ia memegangi dadanya mencoba mengontrol deru napas yang terus saja memburu.
“Gugurkan anak itu atau kamu keluar dari rumah ini, aku akan mencoret namamu dari daftar keluarga, warisan dan aku akan menganggapmu sudah mati jika kamu memilih kandunganmu itu,” ancam Harry.
Andrea menjatuhkan tubuhnya untuk berlutut pada ayahnya tetapi Harry yang sudah terlewat kesal pun menendang putrinya hingga Andrea terduduk di lantai.
“Joana, Lusiana, keluarkan semua barang-barang milik Andrea. Mulai hari ini dia bukan lagi bagian dari keluarga kita,” ucap Harry final. Ia bahkan tidak iba melihat bagaimana putrinya terisak-isak memohon untuk dimaafkan.
“Sayang jangan seperti ini, jika tidak ada Andrea bukankah kita masih memiliki Lusiana?” bujuk Joana.
“Aku tahu! Aku hanya ingin menyingkirkan aib di rumah ini. Dia harus pergi dan aku tidak ingin melihatnya lagi. Keluarga Thompson akan menolak perjodohan sekalipun itu dengan Lusiana jika tahu Andrea hamil seperti ini,” ucap Harry kemudian ia pergi meninggalkan Andrea yang terus meneriakkan namanya.
‘Mengapa semua ini terjadi padaku? Aku hanya korban. Setelah ini aku akan ke mana?’
Andrea menarik kopernya. Ia tahu tak mungkin bagi keluarganya menerima keadaannya apalagi ayahnya yang ia kenal penuh dengan ambisi. Demi mendapatkan kedudukan dan menjaga reputasinya ia bahkan tega membuang anak kandungnya sendiri.Andai saja ibunya masih ada, Andrea pasti mendapatkan pembelaan. Tetapi kenyataan ia yang sudah ditinggal ibunya sejak balita kembali mematahkan hatinya.Sambil berjalan tak tentu arah, Andrea sesekali memegang perutnya dan mengajak bayi di dalam kandungannya itu berdialog.“Kamu tidak bersalah. Aku akan mempertahankanmu meksipun aku terbuang. Kita akan melalui semua ini bersama. Meskipun lelaki itu adalah ayah biologismu dan aku membencinya, tetapi kamu adalah anakku. Aku mencintaimu, aku akan melindungimu.”******Wajah Elov teihat pucat, tubuhnya pun tak lagi memiliki tenaga. Sudah beberapa hari ini ia mengalami sebuah penyakit yang aneh. Ia akan lemas di pagi hari dan memuntahkan sisa makanan yang ia makan semalam. Tak hanya itu saja, ia pun sensitif
Beberapa hari ini Andrea tinggal di rumah sahabatnya, Sarah. Hari ini ia akan mengambil ijazah dan mulai mencari pekerjaan agar tidak menumpang hidup di rumah Sarah. Meski sahabatnya itu selalu menerima keberadaanya tetapi Andrea tidak ingin menyusahkannya. Sarah pun mengantarnya ke kampus dan akan kembali menjemputnya.Setelah mendapatkan ijazahnya, Andrea pun memutuskan untuk pulang. Baru beberapa langkah keluar dari ruang administrasi, Andrea merasa pusing dan mual. Ia pun bergegas ke toilet dan tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang baru saja kembali dari toilet. ‘Di-dia ada di sini? Untuk apa? Mencariku?’ Andrea merasa tegang. Rasa pusing dan ingin muntah pun seketika lenyap. Andrea merasa takut dan ingin bersembunyi tetapi pria itu berhenti lalu ia menjawab panggilan telepon hingga tak sengaja Andrea mencuri dengar.“Aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan gadis itu. Aku yakin saat ini dia tengah mengandung. Aku ingin kalian menemukannya dan membuatnya keguguran, jik
Andrea kembali teringat saat ia kembali mual saat berada di bandara. Tubuhnya lemas karena ia sendiri belum makan selain satu lembar roti di rumah Sarah. Tak sadar sudah lama berada di kamar mandi, ia ternyata telah ketinggalan pesawatnya.Untuk penerbangan selanjutnya ia harus menunggu sekitar tiga jam. Berada di bandara pun tidak begitu aman menurutnya. Pulang ke rumah Sarah pun bukan pilihan.Dengan tubuh lemas ia terpaksa berjalan ke arah food court yang ada di bandara. Ia perlu mengisi tenaganya. Saat sedang menikmati makanannya, seorang pria dengan setelan jas berwarna navy datang menghampirinya. Andrea langsung tegang, ia berpikir mungkin saja pria ini adalah orang suruhan Elov. Ingin lari tetapi pria itu justru menanyakan ibunya.“Anda mengenal Ibu saya?” Pria itu mengangguk. Matanya melirik ke arah koper Andrea. “Kamu akan pergi?”Andrea mengangguk lemah. Pria itu sepertinya paham apa yang terjadi dengannya. “Pergilah ke negara di mana ibumu berasal. Dia memiliki satu rumah
"Ma, bukankah kita akan menonton bioskop?"Pertanyaan Levin membuat Andrea tersentak. Andrea menjanjikan mereka untuk menonton di bioskop bahkan sudah mengantre untuk memberi popcorn, tetapi pertemuannya hari ini dengan Elov mengacaukan segalanya. Andrea tidak bisa berlama-lama di tempat ini, ia khawatir Elov akan mengejar mereka."Ah, maaf sayang. Mama sedang tidak enak badan. Bagaimana jika menontonnya nanti saja?"Dengan sangat menyesal Andrea terpaksa berbohong dan mengingkari janjinya pada dua bocah yang bak pinang dibelah dua dengan aktor tampan itu. "Mama sakit? Kalau begitu ayo kita segera pulang. Mama terlalu sibuk bekerja hingga lupa beristirahat," ujar Luvina.Andrea membuang napas pendek. Ia tahu kedua anaknya sangat perhatian. Dalam hati ia berdoa agar selalu diberi kesehatan agar bisa terus menjaga kedua anaknya dan memberikan kehidupan yang layak untuk mereka.Sesampainya di rumah, Andrea meminta kedua anaknya untuk beristirahat saja di kamar mereka. Meski Levin dan Lu
Langkah Andrea tergesa-gesa. Ia hampir terlambat, satu menit sebelum waktu bekerja ia baru menempelkan sidik jarinya hingga akhirnya gajinya terselamatkan karena siapapun karyawan yang terlambat maka gaji akan dipotong.Baru saja ia merasa lega, salah satu staf yang bekerja satu divisi dengannya langsung memintanya menemui manager divisi. Ada hal penting yang harus mereka bicarakan, Andrea menebak ini masalah wawancara Elov Graff.Pintu diketuk Andrea dengan perlahan, sebenarnya sangat malas dan berharap hari ini ia pingsan mendadak hingga ada yang menggantikan tugasnya. Namun sayang, ia tidak pernah pingsan sekalipun sehingga akan sangat sulit mewujudkan harapannya."Duduk Rea," ucap William.Andrea duduk di hadapan lelaki bermata minimalis dengan kulitnya yang putih itu. Wajahnya cukup tampan hanya saja sikapnya membekukan siapa saja yang berada di dekatnya saking dinginnya lelaki ini."Kamu sudah tahu apa tugasmu hari ini, bukan?"Andrea mengangguk lemas, biasanya ia sangat antusia
Finn mengerahkan anak buahnya bahkan ia menghubungi beberapa untuk meminta mereka segera datang ke negara ini. Permintaan Elov tidak bisa ia tolak karena ia pun memikirkan aktor itu. Bagaimana pun selama ini ia yang bekerja keras menjaga nama baik Elov dan jika ada yang hendak merusaknya maka ia akan berdiri di barisan terdepan untuk menghalaunya."Kalian periksa CCTV di mulai dari tempat Tuan Elov bertemu dengan anak kecil," titah Finn pada dua anak buahnya.Setelah dua orang itu pergi, Finn menatap pintu kamar Elov. Pertanyaannya tentang tindakan apa yang hendak Elov ambil ketika mereka berhasil menemukan anak-anak itu tak juga bisa dijawab olehnya. Ia kembali masuk, sebentar lagi akan ada pengambilan adegan dan ia tidak ingin Elov dalam keadaan tidak siap apalagi terguncang."Saya telah meminta beberapa anak buah kita untuk mengecek CCTV di mall. Saya juga sudah memanggil bala bantuan. Sekarang saya harap Anda memperbaiki mood Anda karena sebentar lagi kita akan menuju ke lokasi sy
"Andrea kamu tidak apa-apa?"Pertanyaan Ben seolah menarik Andrea yang tadinya sudah masuk pada sebuah dimensi hampa udara mini kembali masuk dalam dunia nyata, di mana ada Elov yang masih menatapnya.Satu anggukan pelan Andrea berikan sebagai pertanda. Ben mengembuskan napas lega, ia pun menarik tangan Andrea untuk segera mendekat."Ben, bisakah kamu saja yang mewawancarai aktor itu? Aku akan menjadi juru kamera. Berhadapan dengannya membuatku gugup," pinta Andrea, dalam hati ia berdoa semoga ide gilanya diterima oleh Ben.Lelaki itu tertawa. "Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, Rea. Anggap saja ini keberuntungan karena kamu bisa bertemu langsung dengan aktor popular itu," ujar Ben yang kini semakin dekat dengan kerumunan wartawan.Beruntung?Hidup Andrea bahkan berubah 360 derajat sejak bertemu dengan Elov. Selain mendapatkan dua anak spesial itu, pertemuannya dengan Elov tidak bisa dikatakan sebagai sebuah keberuntungan.Andrea menggigit bibirnya, Elov kembali memakai kacamata
"Kamu dipecat!" Ucapan tersebut terus terngiang di telinga Andrea. Tidak diizinkan menjelaskan perkaranya, hanya demi seorang Elov Graff yang terlalu mendramatisir keadaan ia bahkan langsung ditendang dari perusahaan. Apakah dedikasinya selama hampir enam tahun itu tidak bisa dipertimbangkan? Sungguh miris, Andrea tersenyum sinis mengingat nasibnya yang kini pengangguran sedangkan dua anaknya memiliki banyak kebutuhan. Untuk bertahan dua sampai tiga bulan ke depan dia mungkin bisa, tabungannya cukup. Bagaimana dengan selanjutnya? Nama Andrea jelas sudah di-black list, meski ia menggunakan ID Hera, wanita itu justru datang membela diri dan memberikan tuduhan pada Andrea. Siapa yang ingin dipecat? Dalam hal ini, semua yang terlihat baik belum tentu baik dan yang jahat belum tentu jahat. "Rea!" Langkah gontai itu berhenti saat namanya dipanggil. Ia menoleh dan tersenyum pedih pada Ben yang entah datang dari mana. "Ada apa Ben?" Napas lelaki itu belum teratur, ia menunduk untuk s