Begitu Susan bersuara, air mata langsung mengalir. Hatinya sungguh terasa penat.Dylan segera berlari ke sisi Susan. Hanya saja … belum sempat dia berjalan ke sisi Susan, langkah kakinya dihentikan oleh jeritan Fiona. “Berhenti!”Kali ini, Dylan baru menyadari kakak kandungnya juga sedang berada di tempat. Dia terbengong sejenak, lalu segera tersenyum padanya.“Kak, kenapa kamu juga ada di sini?”“Kamu jelaskan dulu sama aku. Ada apa dengan wanita ini?”Dylan langsung mengakuinya. “Dia kekasihku.”“Kekasihmu? Apa otakmu rusak? Atau kamu sudah menyumbang bola matamu? Kamu malah menerima sembarang wanita sebagai pacarmu? Memangnya kamu itu tempat penampungan sampah?”“Ergh … ada apa ini? Kita bisa bicarakan baik-baik. Kenapa malah emosi? Jangan marah-marah, nggak bagus buat kesehatan. Nanti Kakak malah cepat tua.”“Tutup mulutmu! Kalau Papa dan Mama ada di sini, aku jamin mereka pasti akan mati dibuat emosi olehmu! Kriteria untuk menjadi menantu Keluarga Hermanto bukan dilihat dari latar
Dylan memalingkan kepalanya melihat ke sisi Susan dan yang lain. Dia masih menyipitkan matanya, menunjukkan sikap lugu dan temperamen bagusnya. Namun, aura di sekitarnya mulai terasa dingin!Susan dan teman-temannya merasa sangat kaget dan takut hingga tubuh mereka terasa gemetar.Tatapan Dylan tertuju pada diri Susan. Nada bicaranya tergolong lembut. “Coba kamu jelaskan. Kalau kamu nggak bersalah, meskipun aku dipukul kakakku sampai mati, aku pasti akan melindungimu. Tapi, jangan sampai kamu berbohong.”Susan tetap tidak mengakui perbuatannya. “Dia yang lagi berbohong. Jelas-jelas anaknya yang dorong anak kakakku. Dia nggak bersedia untuk minta maaf, makanya aku minta penjelasan dari dia. Aku juga nggak sangka dia bakal segalak ini. Dia ….”“Pasti ada kamera CCTV di sini. Kita lihat rekaman CCTV saja,” sela Naomi lantaran tidak ingin melihat sandiwaranya lagi.Usai mendengar, Susan seketika merasa gemetar. Dia pun berkata “Aku juga dengar semua ini dari kakakku. Kak, coba kamu jelaska
Di lantai bawah, Fiona menyuruh orang untuk membubarkan orang-orang yang berkerumun. Kemudian, dia mencari tempat yang lebih sepi untuk mengobrol dengan Naomi. Dia benar-benar menganggap Naomi sebagai penyelamat dan juga sahabatnya!“Keluarga Hermanto dan Keluarga Himawan tergolong berkedudukan di Kota Jawhar. Kelak kalau kamu bertemu masalah lagi, kamu bisa beri tahu aku. Aku akan bantu kamu untuk selesaikan masalahmu!”“Baik, terima kasih, ya.”“Kamu nggak usah bersikap sungkan sama aku. Kamu sudah berkali-kali membantu Calvin, bahkan nggak bersedia untuk menerima imbalan. Kami akan merasa lebih nyaman jika bisa membantumu.”Ketika mengungkit masalah ini, Naomi juga merasa sangat tidak berdaya. Dia membantu Calvin benar-benar bukan demi imbalan. Waktu itu, Rowen malah memberinya selembar cek yang bernilai 2 miliar. Nominal itu sungguh mengejutkan Naomi!Seandainya mereka memberi uang 5 atau 10 juta sebagai tanda terima kasih, mungkin Naomi masih akan menerimanya lantaran memikirkan k
Jayden hilang!“Jayden?” Ketika tidak bisa melihat batang hidung anaknya, hati Naomi seketika terasa copot. “Jayden? Jayden! Jayden! Jayden!”Tidak ada sahutan dari setiap panggilan Naomi. Dia segera bertanya ke sekitar. “Permisi, apa kamu melihat ada seorang anak laki-laki, setinggi ini, baru berumur 5 tahun. Dia pakai pakaian rajut berwarna krim dengan celana olahraga warna hitam.” Sambil mendeskripsikan, Naomi sambil menunjukkan foto Jadyen kepada orang-orang di mal.“Begini penampilannya. Tadi dia lagi menungguku di depan toilet.” “Nggak nampak.”“Nggak nampak.”Setelah mencari di sekeliling, pencarian masih tidak membuahkan hasil. Naomi pun merasa kaget hingga menangis. “Jayden, di mana kamu? Jayden, huhu ….”Naomi mengeluarkan ponselnya untuk lapor polisi. Respons pertama Naomi adalah pasti wanita-wanita itu sedang balas dendam terhadapnya. Pasti Jayden telah diculik mereka. Selain itu, terlintas juga kemungkinan Jayden telah diculik oleh penjual anak!Belum sempat Naomi lapor p
Tiba-tiba Caden kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Kamu nggak mendekati pria itu? Bagaimana dengan Rayden? Apa kamu mendekati Calvin demi mendekati Rayden?”Naomi menggeleng dengan kuat. “Aku bisa menolong Calvin juga karena kebetulan! Saat aku di jalan, kebetulan penyakit Calvin lagi kambuh. Aku hanya refleks untuk membantunya saja. Kemudian, Keluarga Himawan mengunggah iklan pencarian orang. Aku khawatir dengan kondisi Calvin, makanya aku bisa ke rumah sakit.”“Sejak saat itu, aku jadi berhubungan sama mereka. Sebelumnya, aku juga nggak tahu siapa si Rayden itu! Kemudian, ayahnya Rayden bersikeras membawaku untuk bertemu dengan Rayden.”“Kalau bukan karena dia mengambil inisiatif duluan, aku juga nggak akan tahu keberadaan Rayden, apalagi bertemu dengannya. Semua yang aku katakan ini kenyataan. Aku nggak lagi bohong. Kamu bisa selidiki masalah ini!”Caden menatap Naomi dengan tatapan muram. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan tidak sabar, “Suruh dia jemput anaknya di lantai at
Naomi terdiam membisu.Saat ini, Dylan kembali melanjutkan ucapannya. “Aku itu orang baik.”Ujung bibir Naomi seketika berkedut. Apa orang baik akan berbicara seperti ini? Orang baik-baik pasti tidak akan berbicara seperti ini. Ucapannya malah membuat orang-orang merasa dia tidak seperti orang baik saja.Naomi tidak bersedia untuk bicara terlalu banyak terhadapnya. “Masalah tadi sudah berlalu. Apa kamu masih ada masalah lain lagi?”Kalau tidak ada, ya sampai jumpa! Eh, jangan berjumpa lagi!“Emm, masih ada sedikit urusan.”“Apa?”“Tadi temanku hanya lagi bercanda sama kamu. Papanya Rayden nggak lagi culik anakmu. Kamu nggak usah takut dan nggak usah berpikir kebanyakan. Kamu juga nggak usah lapor polisi.”Naomi berkata, “Apa maksudmu?”“Maksudku seperti yang aku katakan tadi. Anakmu bukan diculik. Dia hanya lagi bercanda saja.”Napas Naomi sangat kacau sekarang. “Kenapa kamu bisa tahu?”“Dari tadi aku lagi bersamanya. Tapi aku sempat peringatkan dia untuk jangan takuti kamu lagi. Tapi
Caden melebarkan matanya, lalu segera meraih pergelangan tangan Naomi! Hanya saja, berhubung tangan Caden yang satu lagi sedang memegang rokok, dia khawatir rokok itu akan mengenai Naomi. Jadi, dia spontan menggeser tangannya yang satu lagi.Namun, tujuan Naomi malah kesampaian! Satu tangannya memang ditahan Caden. Dia pun menggunakan tangannya yang satu lagi untuk memukul dan mencakar Caden. Dia bahkan menggigit pria itu juga! Steven dan Dylan sungguh tidak menyangka akan melihat gambaran seperti ini. Mereka berdua pun terbengong di tempat.Beberapa saat kemudian, Steven baru tersadar dari bengongnya, lalu melerai mereka berdua.“Bu Naomi, tenangkan dirimu. Semuanya bisa dibicarakan baik-baik ….”“Jangan ikut campur! Nggak ada urusanmu di sini.” Dylan langsung menarik Steven keluar ruangan.“Pak Dylan, kamu lagi ngapain? Kak Caden dan Bu Naomi ….”“Itu urusan pribadi mereka berdua. Kamu jangan ikut campur.”Steven terdiam membisu.Setelah Dylan menarik Steven meninggalkan ruangan, di
Lantaran tidak bisa memukul Caden, Naomi pun menggigitnya!Gigitan Naomi membuat Caden kesakitan hingga raut wajahnya berubah muram. Dia pun membalikkan Naomi menindihnya di atas sofa. Caden menahan kedua pergelangan tangan Naomi di atas kepala dengan satu tangannya. Kemudian, tangan yang satu lagi mencubit dagu Naomi, menghentikan gigitannya.“Kamu itu anjing?”“Iya, khusus untuk gigit orang jahat!”Caden memelototi Naomi dengan gusar. Sepertinya wanita ini terlalu lancang!Sepertinya ini pertama kalinya Caden dipukul habis-habisan oleh seorang wanita! Hanya saja, Caden juga tidak tahu bagaimana mengatasi sikap lancang wanita ini. Dia hanya bisa marah saja. Dia juga sadar tidak seharusnya dia menyandera anak kecil untuk mengancam wanita ini.Namun, jika Caden tidak berbuat seperti ini. Bagaimana dia bisa menyingkirkan rasa curiga di diri wanita ini?Kondisi penyakit Rayden semakin memburuk. Caden sangat membutuhkan bantuannya. Hanya saja, Caden juga takut wanita ini akan mencelakai pu
Leon melangkah maju dengan garang. Alhasil ....Sebelum Leon sempat mendekati Caden, Caden sudah menendangnya hingga dia terpental sangat jauh. Setelah berkelahi secara langsung, Leon baru menyadari seberapa besar perbedaannya dengan Caden.Gerakan Caden sangat lincah, juga bertenaga dan tepat sasaran. Jangankan memukul Caden, Leon bahkan tidak sempat menghindari serangan Caden. Setelah meninju wajah Leon beberapa kali, Caden menendang lututnya sehingga Leon langsung jatuh berlutut di lantai. Kemudian, Caden yang berekspresi dingin berdiri di belakang Leon dan membidik tepat pergelangan kakinya sebelum menginjaknya dengan kuat.Seiring dengan suara tulang patah yang nyaring, Leon pun berteriak kesakitan, “Ah!”Namun, Caden masih belum mengampuni Leon. Dia menendang tulang rusuk Leon sehingga Leon terpental sangat jauh. Tulang rusuk Leon pun patah akibat tendangan itu.Caden berjalan mendekati Leon dengan ekspresi suram. Kali ini, tidak ada lagi kearoganan dan ejekan dalam mata Leon sa
Leon berseru dengan marah, “Aku orang picik, sedangkan dia pria sejati? Kalau dia itu pria sejati, dia nggak akan bilang mencintaimu, tapi malah bawa kamu datang untuk meneliti virus baru dan obat penawarnya!”“Kamu tahu seberapa berbahaya virus ini? Begitu nggak hati-hati, kamu akan langsung terinfeksi! Setelah terinfeksi, kamu akan sangat menderita! Ini nggak ada bedanya dengan mau celakai kamu, juga nggak peduli sama hidup dan matimu!”Begitu mendengar ucapan Leon, Naomi makin murka dan menyahut sambil menggertakkan gigi, “Caden nggak membujukku untuk meneliti virus ini! Aku sendiri yang mau melakukannya! Dia setuju aku datang kemari bukan karena nggak peduli sama hidup dan matiku, tapi karena tahu dia nggak akan bisa menghentikanku!”“Sebaliknya kamu. Kamu juga tahu seberapa berbahaya virus ini? Kamu tahu betapa menderitanya orang yang terinfeksi virus ini? Tapi, kamu malah mau gunakan virus ini untuk celakai orang? Kenapa kamu bisa sekejam itu!”Leon berseru, “Ini semua demi kamu!
Leon awalnya mengira Naomi tidak akan peduli padanya dalam waktu dekat. Jadi, saat melihat Naomi berjalan mendekatinya, dia merasa sangat gembira. Setelah berjarak dekat dengan Naomi, dia menyapa, “Naomi.”“Plak!” Begitu mendengar sahutan Leon, Naomi langsung menamparnya. Kepala Leon terkulai ke samping akibat tamparan itu. Di pipinya, terlihat bekas telapak tangan yang sangat jelas.Leon menoleh ke arah Naomi dan menatapnya dengan perasaan campur aduk. “Naomi ....”Naomi menggertakkan gigi dan berseru dengan tubuh gemetar, “Aku bukan cuma salah menilaimu, juga terlalu meremehkanmu. Leon, kamu benar-benar hebat! Kamu sudah sepenuhnya mengubah pengertianku terhadap sampah masyarakat!”“Aku pernah ketemu banyak sampah masyarakat, tapi nggak pernah ketemu sama yang separah kamu! Selain mau celakai Camila, Paman Herbert, dan Keluarga Nandara, kamu juga berniat untuk celakai rakyat jelata? Leon, kamu benar-benar nggak layak jadi manusia!”Leon yang ditampar tidak sedih, malah berkata dengan
Setelah menerima data-data yang bersangkutan dengan virus itu, Naomi pun memusatkan semua perhatiannya pada hal ini hingga lupa makan dan tidur. Meskipun sudah membaca sampai jam 3 dini hari, dia masih menolak untuk tidur. Jika bukan karena dipaksa Caden, dia mungkin akan bergadang.Setelah tidur tidak sampai 4 jam, Naomi bangun pagi-pagi keesokan harinya dan lanjut meneliti hal ini seharian. Saat menjelang malam, dia tiba-tiba berkata, “Aku mau pergi ke rumah sakit.”Melihat ekspresi Naomi yang serius, Caden bertanya, “Nggak bisa ditunda?”“Nggak bisa! Aku harus pergi sekarang!”Caden tahu tidak ada gunanya dia menghentikan Naomi. Jadi, dia pun menemani Naomi. Joseph dan anak-anak tahu Naomi sedang menyibukkan hal serius. Mereka menyuruhnya untuk bekerja dengan tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan urusan rumah.Selama perjalanan, Naomi tidak berhenti mengerutkan keningnya. Caden menggenggam tangannya dan berkata, “Yang penting kamu sudah berusaha yang terbaik. Untuk sisanya, kita se
Caden pulang di malam hari. Begitu dia mendekati Naomi, Naomi langsung berkata, “Kamu sudah merokok, juga pergi ke rumah sakit. Ada apa? Apa ada masalah?”Indera penciuman Naomi sangat sensitif, terutama dalam mencium bau obat dan rokok. Caden pun tertegun setelah mendengar ucapan Naomi.Naomi lanjut berkata, “Jujurlah padaku. Kalau kamu menutupinya dariku, aku akan makin khawatir.”Caden akhirnya menjawab jujur, “Aku pergi ke rumah sakit untuk ketemu Robbin.”“Karena masalah obat penawar?”“Emm.”“Ada apa dengan obat penawarnya? Hari ini, Camila juga meneleponku untuk tanya masalah obat penawar dan virus itu. Leon sudah menghubunginya.”Caden bertanya dengan kening berkerut, “Apa yang dikatakan Leon?”“Dia masih mau pakai Paman Herbert buat ancam Camila supaya bisa rebut harta Keluarga Nandara. Dia bilang cuma dia yang bisa tolong Paman Herbert.”“Suruh Camila abaikan dia.”“Emm. Apa yang kamu dan Robbin gusarkan? Bukannya Paman Herbert nggak terinfeksi virus?”Naomi tidak mengetahui
Seusai sarapan, Caden tiba-tiba menerima telepon dari Robbin. Keadaan putra haram Zaskia sudah bertambah parah dan nyawanya juga terancam. Ini adalah kabar buruk. Jika virus ini bukan hanya membuat orang sakit, tetapi juga bisa merenggut nyawa, itu berarti masalahnya jauh lebih serius dari yang diperkirakan mereka.Caden mengernyit dan menyimpan kembali ponselnya. Kemudian, dia berpesan pada Naomi, “Kamu istirahat saja yang baik di rumah. Kalau ada apa-apa, telepon aku. Aku mau keluar dulu.”Naomi yang menyadari keanehan caden bertanya, “Ada masalah apa?”“Masalah kerja. Kamu nggak usah khawatir soal aku maupun Ayah. Aku akan tangani semuanya. Kamu cuma perlu istirahat yang tenang.”Seusai berbicara, Caden mengecup dahi Naomi dan menyelimutinya sebelum berjalan keluar. Setelah turun ke lantai bawah, dia menanyakan rencana Joseph untuk hari ini. Joseph khawatir mereka akan mengganggu istirahat Naomi. Jadi, dia ingin membawa Maria dan anak-anak jalan-jalan. Caden langsung mengaturkan or
“Dia mau buka studio yang khusus menangani anak-anak dengan gangguan psikologis,” jawab Caden.Joseph bertanya dengan heran, “Dia kan bukan belajar psikologi waktu kuliah. Kenapa dia bisa berpikir untuk kerja di bidang itu?”“Dia pernah hidup di daerah pegunungan selama beberapa tahun dan belajar ilmu medis waktu senggang. Sekarang, dia sangat tertarik dalam bidang ini.”Begitu mengungkit tentang kehidupan Naomi di gunung, Joseph menyahut dengan bersemangat, “Aku baru mau tanya sama kamu. Waktu Celine kena masalah sebelumnya, dengar-dengar ada yang menolongnya, lalu bawa dia dan anak-anak hidup di gunung selama 5 tahun. Kamu tahu siapa yang menolongnya?”“Nggak tahu.”Joseph bertanya dengan terkejut, “Bahkan kamu juga nggak tahu?”“Emm. Naomi bilang, sebelum turun gunung, dia sudah pernah janji pada penyelamatnya untuk nggak cerita soal kehidupan mereka selama di gunung atau ungkapkan informasi tentang penyelamatnya.”Joseph merasa makin terkejut. “Hal ini perlu dirahasiakan sampai seg
Sebelum masuk ke kamar mandi, Naomi berusaha untuk mencari kembali sedikit akal sehatnya. Dia memperingati Caden, “Cu ... cuma boleh sekali, ya!”Caden menarik napas berat dan buru-buru menyetujuinya. “Oke!”Malam ini, Naomi dan Caden melewati malam penuh gairah. Sesuai dugaan, Caden sudah berjanji hanya akan melakukannya sekali, tetapi akhirnya malah melakukannya berulang kali.Keesokan harinya, Naomi pun merasa sangat lemas. Dia berusaha untuk turun dari tempat tidur beberapa kali, tetapi malah gagal. Kedua kakinya sangat lemas hingga tidak sanggup menahan berat tubuhnya, sedangkan tubuhnya juga terasa sangat berat seperti ditimpa oleh batu yang besar.Naomi sama sekali tidak bisa turun dari tempat tidur. Begitu berdiri, kakinya langsung gemetar. Dia pun memelototi pria yang tidur di sampingnya dan mengumpat, “Caden! Dasar bajingan!”Caden tahu dirinya yang tidak dapat mengendalikan diri dan sudah menyiksa Naomi semalaman. Dia pun tidak berani melawan karena khawatir istrinya marah d
Naomi langsung merinding, lalu hendak mendorong Caden. “Siapa yang mau mandi bareng kamu!”“Aku sudah mabuk, nggak bisa mandi sendiri, cuma bisa mandi bareng kamu.”Naomi tahu apa yang ingin dilakukan Caden. Dia pun membalas dengan malu, “Kalau nggak bisa mandi, kamu nggak usah mandi malam ini!”“Nggak bisa, kotor!”“Aku nggak merasa kamu kotor. Cepat pergi tidur sana!”Naomi hendak mendorong Caden, tetapi Caden malah berjalan mendekat dan menekan tubuh Naomi ke arah pintu. Tubuh mereka menempel dengan erat tanpa ada sedikit celah pun.Meskipun terhalang pakaian, Naomi bisa merasakan detak jantung Caden yang kuat dan seluruh tubuhnya yang panas. Jantung Naomi pun secara refleks berdetak makin kencang dan napasnya mulai memburu. Suasana di dalam kamar langsung berubah dan terasa sangat intim. Naomi diam-diam menelan ludah, lalu mengancam dengan suara rendah, “Caden! Cepat minggir! Kalau nggak, aku akan mulai maki orang, lho!”Naomi menolak permintaan Caden karena memiliki alasan kuat.