Braden langsung menarik Hayden. Bahkan kaki Hayden juga belum menyentuh sisi pintu. “Coba lihat!” Braden membawa mereka buru-buru ke depan meja baca untuk melihat rekaman CCTV.Ternyata ada penyelamat!Caden telah kembali!Hati Braden gemetar ketika melihat sosok Caden dari dalam layar CCTV. Saat ini, Caden bagai seorang pahlawan yang dipenuhi dengan aura membunuh!Salah satu tangannya memeluk Naomi yang sedang terluka. Kemudian, tangan yang satu lagi menahan pergelangan tangan Hendry. Tatapannya tertuju pada diri Tony. Raut wajahnya sangatlah dingin. Aura membunuh terpancar di dalamnya!Para pengawal di lantai juga sudah terluka. Semuanya sedang berbaring di atas lantai dengan kesakitan. Hanya saja, tidak ada yang berani bersuara.Keheningan seketika memenuhi ruang tamu. Satu detik kemudian, terdengar suara derakan tulang.Pergelangan tangan Hendry dipatahkan. Suara jerit kesakitan terdengar di seluruh gedung. Caden menahan belakang kepala Naomi, lalu mendekapkan Naomi ke dalam pelu
Braden melepaskan Hayden dan jayden, lalu memeluk Rayden berusaha untuk menenangkannya. “Rayden, tenangkan dirimu. Semuanya sudah berakhir. Kalau terjadi sesuatu sama kamu nanti, Mama pasti akan lebih panik lagi. Dia pasti akan segera pulang untuk melihatmu. Kalau kamu ingin Mama mengobati lukanya dengan tenang, kamu tenangkan dirimu dulu. Yang patuh, ya ….”Saat ini, Hayden dan Jayden baru menyadari ada yang berbeda dengan Rayden. Mereka segera menyeka air mata Rayden, lalu mulai menghiburnya, “Rayden, kamu jangan pikirkan orang jahat itu. Kamu cukup pikirkan Mama saja. Kamu pikirkan senyuman dan keinginan Mama saja ….”Rayden memiliki penyakit mental. Kondisinya memang sudah membaik, tetapi masih belum pulih sebelumnya. Seandainya penyakit Rayden kambuh pada kondisi seperti ini, masalah akan semakin buruk lagi.Untung saja Rayden mewarisi sikap tenang Caden. Dia memejamkan matanya bersandar di pundak Braden, memaksa dirinya untuk tetap bersikap tenang. Rayden diam-diam meneteskan air
Caden sungguh tidak berdaya. Demi menenangkan hati Naomi, dia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Gilbert. Ucapannya sangat singkat. “Ada yang curiga aku kabur dari kantor polisi. Mohon bantuan Pak Gilbert untuk jelaskan masalah ini.”Begitu mendengar Caden sedang menghubungi polisi, Naomi spontan menegakkan tubuhnya. “Pak Gilbert.”Setelah mendengar ucapan Caden, Gilbert dapat menebak apa yang terjadi. Dia pun tersenyum. “Bu Naomi harap tenang. Kasus sudah selesai diselidiki. Orang itu meninggal karena bunuh diri, bukan didorong kekasihmu. Dia juga bukan dipaksa oleh kekasihmu. Kekasihmu nggak bersalah. Sebentar lagi pihak kepolisian akan mengeluarkan pengumuman.”Sepertinya Naomi sudah terbiasa dengan panggilan “kekasih” yang dilontarkan Gilbert. “Emm, oke, terima kasih.”Setelah panggilan diakhiri, Caden bertanya, “Apa kamu percaya sekarang?”Naomi mengangguk. “Emm.”Tadi Caden baru saja ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba Naomi malah menangis dengan histeris.Caden merasa syok.
Namun hari ini, Caden merasa Naomi semakin berat saja. Setelah Naomi pergi, hati Caden tiba-tiba terasa hampa!“Hei, cepat turun!” Naomi yang berdiri beberapa meter dari sisi mobil memanggilnya.Setelah Naomi berjalan beberapa langkah, dia baru menyadari Caden tidak menuruni mobil. Jadi, Naomi pun berhenti menunggunya di tempat.Berhubung tadi Naomi keluar dengan buru-buru, dia juga tidak mengenakan jaket. Saat ini, Naomi hanya mengenakan sweter berwarna putih dengan celana panjang ketat berwarna hitam.Naomi merasa agak dingin. Dia menggosok-gosok kedua tangannya sembari mengentakkan kakinya. Rambut sepanjang pinggang itu terasa sangat berantakan. Terlihat bekas luka di bagian keningnya. Apalagi Naomi baru saja menangis, matanya sangat bengkak.Dalam sekilas mata, kelihatan bahwa dia bagai seorang wanita biasa-biasa saja. Hanya saja, dia malah menarik perhatian banyak orang. Mungkin karena Naomi memiliki wajah yang sangat tidak biasa. Dia kelihatan sangatlah cantik.Zaman sekarang ini
Mereka berdua berjalan ke jalur VIP. Setelah berjalan beberapa saat, Naomi baru menyadari tangannya masih ditarik oleh Caden.Pantas saja Naomi merasa tangannya sangat hangat. Ketika Naomi hendak menurunkan tangannya, Caden malah menggenggam dengan semakin erat lagi.Jantung Naomi berdetak kencang. Dia mengingatkan Caden. “Hei, kamu … masih menggandeng tanganku!”Caden tidak melihatnya. “Aku tahu.”“Kamu, kamu, kamu … kamu tahu kamu lagi gandeng tanganku? Kalau begitu, lepaskan! Jangan sampai orang-orang salah paham sama kita.”Caden menggerakkan bibirnya, lalu membalas, “Hanya orang yang punya pemikiran seperti itu, baru peduli dengan hal seperti itu!”“Aku nggak ada pemikiran seperti itu!”“Jadi, kenapa kamu mengatakannya?”Naomi mencemberutkan bibirnya. “Aku hanya nggak terbiasa saja. Aku juga bisa jalan sendiri, nggak usah digandeng sama kamu. Lepaskan.”Caden tidak menatapnya, juga tidak melepaskannya. “Jalanmu terlalu lambat. Nggak bisa mengikutiku.”“Emm? Sejak kapan jalanku lam
Caden berkata dengan terus terang, “Aku ingin memanfaatkan kesempatan kali ini untuk menarik semua orang yang ingin mencelakaiku. Mengenai masalah kedatangan Tony, semua itu karena aku kurang dalam pertimbangan. Aku minta maaf. Setelah Naomi keluar nanti, aku juga akan minta maaf sama dia.”Anak-anak masih mencemberutkan bibir mereka dan tidak melanjutkan omongan mereka. Setelah pemeriksaan berakhir, Naomi pun keluar. Anak-anak segera berlari ke sisinya. “Mama!”Saat ini, hati Naomi sudah terasa tenang. Hanya ada masalah biaya pengobatan di dalam benaknya. Ketika melihat anak-anak, Naomi merasa sangat gembira.“Braden, Hayden, Jayden, Rayden, kenapa kalian ke sini?”“Kami nggak tenang sama Mama, makanya kami ke sini. Mama, gimana kondisi Mama sekarang? Apa Mama sudah membaik?”Raut wajah Naomi sangat lembut. “Mama baik-baik saja. Jangan khawatir, hanya luka ringan saja.”Keempat anak-anak mengangkat kepalanya, lalu mengerutkan keningnya. Mereka menatap Naomi dengan ekspresi kasihan.
Kaus kaki merah, celana dalam merah, celana panjang merah, dan kemeja merah …. Semuanya berwarna merah.Caden tidak suka dengan warna merah. Biasanya dia selalu mengenakan pakaian berwarna gelap. Biasanya, pakaian berwarna muda yang dia kenakan hanyalah warna putih.Kemudian, Caden melihat ukuran celana dalam yang dibelikan Naomi untuknya … ukuran yang paling kecil!Apa Naomi telah salah paham dengan ukurannya? Untung saja, Naomi tidak pilih kasih, dia juga membelikan 3 set pakaian untuk Caden!Caden memilih pakaian berwarna agak gelap. Dia tidak mengenakan celana dalam yang dibelikan Naomi. Ukurannya terlalu kecil. Caden tidak bisa mengenakannya!Caden duluan memilihnya, lalu duduk di depan ruang tamu untuk menunggu mereka. Saat ini, dia menerima daftar nama yang dikirim Steven. Semuanya adalah orang luar. Selama 2 hari tinggal di kantor polisi, Caden sengaja menyebar kabar pembuatan wasiat juga demi daftar nama ini.Dalam daftar nama ini, ada yang berusaha untuk melenyapkan Caden, ad
Naomi yang sedang berdiri di sana bagai seorang ratu yang memancarkan pesonanya saja. Dia yang gemulai itu kelihatan sangat cantik! Saat ini, Naomi berputar di tempat. “Gimana?”“Mama cantik sekali!”“Mama bagai Ratu saja!”Anak-anak mulai memuji. Ketika melihat Caden tidak berbicara, Rayden diam-diam menendang kakinya, lalu memberi isyarat mata. ‘Ngomong! Sekarang saatnya untuk beraksi!’Caden diam-diam melakukan gerakan menelan air liur. Dia kelihatannya sedang mengikuti kemauan Rayden, tetapi sebenarnya dia sedang memuji dengan tulus, “Cantik sekali.”Naomi mengangkat sedikit dagunya, merasa sangat bangga. “Iya, dong! Namanya aku itu Ratu! Ini kostum perang yang dipilih langsung oleh Jayden!”Caden spontan melihat ke sisi Jayden. Dia tahu Braden pintar dalam mencari nafkah dan soal komputer, sedangkan Hayden pintar dalam seni bela diri. Hanya saja, dia tidak tahu dengan kemampuan Jayden.Sebelumnya Caden mengira Jayden sama seperti Naomi yang biasa-biasa, lembek, dan tidak bisa apa
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj