Caden berkata dengan terus terang, “Aku ingin memanfaatkan kesempatan kali ini untuk menarik semua orang yang ingin mencelakaiku. Mengenai masalah kedatangan Tony, semua itu karena aku kurang dalam pertimbangan. Aku minta maaf. Setelah Naomi keluar nanti, aku juga akan minta maaf sama dia.”Anak-anak masih mencemberutkan bibir mereka dan tidak melanjutkan omongan mereka. Setelah pemeriksaan berakhir, Naomi pun keluar. Anak-anak segera berlari ke sisinya. “Mama!”Saat ini, hati Naomi sudah terasa tenang. Hanya ada masalah biaya pengobatan di dalam benaknya. Ketika melihat anak-anak, Naomi merasa sangat gembira.“Braden, Hayden, Jayden, Rayden, kenapa kalian ke sini?”“Kami nggak tenang sama Mama, makanya kami ke sini. Mama, gimana kondisi Mama sekarang? Apa Mama sudah membaik?”Raut wajah Naomi sangat lembut. “Mama baik-baik saja. Jangan khawatir, hanya luka ringan saja.”Keempat anak-anak mengangkat kepalanya, lalu mengerutkan keningnya. Mereka menatap Naomi dengan ekspresi kasihan.
Kaus kaki merah, celana dalam merah, celana panjang merah, dan kemeja merah …. Semuanya berwarna merah.Caden tidak suka dengan warna merah. Biasanya dia selalu mengenakan pakaian berwarna gelap. Biasanya, pakaian berwarna muda yang dia kenakan hanyalah warna putih.Kemudian, Caden melihat ukuran celana dalam yang dibelikan Naomi untuknya … ukuran yang paling kecil!Apa Naomi telah salah paham dengan ukurannya? Untung saja, Naomi tidak pilih kasih, dia juga membelikan 3 set pakaian untuk Caden!Caden memilih pakaian berwarna agak gelap. Dia tidak mengenakan celana dalam yang dibelikan Naomi. Ukurannya terlalu kecil. Caden tidak bisa mengenakannya!Caden duluan memilihnya, lalu duduk di depan ruang tamu untuk menunggu mereka. Saat ini, dia menerima daftar nama yang dikirim Steven. Semuanya adalah orang luar. Selama 2 hari tinggal di kantor polisi, Caden sengaja menyebar kabar pembuatan wasiat juga demi daftar nama ini.Dalam daftar nama ini, ada yang berusaha untuk melenyapkan Caden, ad
Naomi yang sedang berdiri di sana bagai seorang ratu yang memancarkan pesonanya saja. Dia yang gemulai itu kelihatan sangat cantik! Saat ini, Naomi berputar di tempat. “Gimana?”“Mama cantik sekali!”“Mama bagai Ratu saja!”Anak-anak mulai memuji. Ketika melihat Caden tidak berbicara, Rayden diam-diam menendang kakinya, lalu memberi isyarat mata. ‘Ngomong! Sekarang saatnya untuk beraksi!’Caden diam-diam melakukan gerakan menelan air liur. Dia kelihatannya sedang mengikuti kemauan Rayden, tetapi sebenarnya dia sedang memuji dengan tulus, “Cantik sekali.”Naomi mengangkat sedikit dagunya, merasa sangat bangga. “Iya, dong! Namanya aku itu Ratu! Ini kostum perang yang dipilih langsung oleh Jayden!”Caden spontan melihat ke sisi Jayden. Dia tahu Braden pintar dalam mencari nafkah dan soal komputer, sedangkan Hayden pintar dalam seni bela diri. Hanya saja, dia tidak tahu dengan kemampuan Jayden.Sebelumnya Caden mengira Jayden sama seperti Naomi yang biasa-biasa, lembek, dan tidak bisa apa
Ucapan itu terdengar sangat hangat. Naomi segera menunjukkan sikapnya. “Kamu tenang saja. Kalau mereka nggak cari masalah sama aku, aku pasti nggak akan cari masalah sama mereka. Aku juga bukan ke sana khusus buat cari masalah. Tujuanku ke sana, agar mereka tahu Rayden sudah punya mama! Mereka nggak bisa mentertawakan, apalagi menindas Rayden-ku lagi!”Rayden menatap Naomi dengan terharu. Kedua matanya kelihatan merah. Akhirnya dia sudah memiliki ibu!Ibu yang didambakan Rayden selama ini akhirnya kembali juga! Apalagi, ibunya adalah Naomi, ibu terbaik di dunia ini!Rayden tidak pernah segembira sekarang. Dia juga tidak pernah menantikan Tahun Baru. Dia ingin membawa Naomi ke hadapan orang-orang itu. Lihatlah! Inilah mamanya Rayden! Mama kandung!Caden juga terdiam menatap Naomi dalam beberapa detik. Di mata Caden, Naomi bukanlah ibu kandung Rayden. Hanya saja, setelah mendengar ucapan Naomi, dia pun merasa berterima kasih dan juga terharu.Naomi mengusap wajah Rayden dengan penuh kasi
Ketika mendapat persetujuan dari Caden, Steven baru membalas dengan tersenyum, “Oke.”Kemudian, keenam orang itu pergi dulu ke Kompleks Sunia.Hiasan Tahun Baru sudah dibeli Naomi pagi hari tadi. Semuanya adalah model terbaru tahun ini dengan model magnet, tidak perlu diberi lem lagi, sangatlah praktis.Pembagian tugas mereka berenam sangat jelas. Braden, Hayden, dan Rayden bertugas untuk mengeluarkan hiasan dari bungkusannya. Sementara, Jayden bertugas untuk menyerahkan hiasan kepada Naomi.Naomi dan Caden bertugas untuk menempel. Caden berdiri sambil mendengar instruksi Naomi dari belakang. “Miring. Agak ke kiri. Astaga! Terlalu kiri. Geser sedikit ke kanan.”Caden mengatakan, “Padahal kamu sudah beli dari tadi, kenapa kamu nggak menempelnya?”Naomi bergumam, “Kamu saja belum pulang, gimana cara aku menempelnya?”“Memangnya nggak bisa tempel kalau nggak ada aku? Apa kamu bodoh sampai nggak bisa menempel hiasan ini?”Naomi menjulingkan matanya dengan risi. “Kamu yang bodoh! Konon kata
Di bawah suara takjub Hayden dan Jayden, Naomi melihat ke sisi Caden. “Ini … ini rumah kalian?”“Emm.”Naomi melihat lapangan golf di luar jendela. “Ru … rumah kalian semewah ini?”Caden tahu apa yang sedang dipikirkan Naomi. Dia pun berkata, “Kamu kampungan sekali. Gimana kalau kamu pergi ke rumah keluarga terkaya di Kota Jawhar? Bukannya kamu akan jantungan.”Naomi diam-diam menghela napas. “Mengagetkanku saja. Aku kira kalian itu keluarga terkaya di Kota Jawhar.”Caden merasa bingung. “Apa yang kamu takuti?”Naomi mencemberutkan bibirnya. Dia adalah istri dari anak Keluarga Pangestu, yang mana merupakan keluarga terkaya di Kota Jawhar. Dia adalah istri sah di mata hukum! Sekarang, mereka masih belum bercerai!Jika hari ini Cayden bertemu dengan Caden, itu berarti hari ini adalah hari pertemuan “pria simpanan” dengan suami sah. Kedua pria itu memang tidak mencintai Naomi. Hanya saja, ketika membayangkan gambaran itu, Naomi pun merasa takut!Naomi menjelaskan, “Aku takut. Dengar-denga
“Ada, dong. Sekarang kamu hanya punya beberapa ratus ribu saja. Uang itu juga hanya cukup untuk beberapa hari saja, ‘kan? Begini saja, kalau masih lama untuk bisa diuangkan, kamu cari aku saja. Aku akan beri kamu kapan saja kamu mau.”Caden menatap Naomi dengan tatapan kalut. “Emm ….”Keempat bocah cilik mencemberutkan bibir mereka. Mereka melihat Caden dengan tatapan meremehkan. Bohong! Ayo, karang lagi! Lihat saja bagaimana Caden mengarang kebohongan selanjutnya. Kemudian, tatapan keempat anak-anak tertuju ke sisi Naomi. IQ mama mereka memang cukup mengkhawatirkan.Naomi malah percaya dengan semua ucapan Caden. Untung saja ada mereka yang mengikuti Naomi. Jika tidak, dia pasti akan dikelabui habis-habisan.Mobil berhenti dengan stabil.Pengurus dan pelayan rumah datang membukakan pintu. “Pak.”Berhubung sudah dipesan Caden sebelumnya, mereka semua tidak memanggil nama Caden.Caden menuruni mobil dengan wajah tak berekspresi. Kemudian, dia menggendong keempat bocah cilik untuk menuru
Ini pertama kalinya Naomi masuk ke aula persembahan leluhur keluarga besar. Dia sungguh takjub ketika melihat gambaran di depan mata.Aula sangatlah luas dan sangat tinggi. Begitu memasuki aula, Naomi merasa dirinya sangatlah kecil, bagai seekor semut yang sedang memasuki gedung tinggi saja.Di atas dinding digantung foto portrait mendiang Keluarga Pangestu. Di bagian bawah setiap foto dituliskan riwayat hidup mereka. Dari kejauhan, Naomi hanya bisa melihat foto saja, tidak bisa membaca tulisan di sebelah bawah. Saat ini, ada yang sedang melantunkan doa. Secara keseluruhan, suasana terasa sangat khidmat dan sakral. Keluarga Pangestu berdiri di depan melakukan penghormatan bersama, kemudian mereka maju satu per satu secara bergilir untuk memberi penghormatan. Saat ini, Tony merupakan anggota keluarga tertua dalam Keluarga Pangestu. Dia duluan maju untuk memberi penghormatan, kemudian selanjutnya giliran Caden dan Rayden. Usia bibinya Caden memang lebih tua daripada Caden. Hanya saja,
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj