"Iya," sahut Caden."Kamu juga nggak berniat melakukan tes DNA lagi?" tanya Naomi."Nggak," jawab Caden.Naomi yang kaget menimpali, "Kenapa kamu tiba-tiba memercayaiku? Jelas-jelas, sore tadi kamu bilang mau melakukan tes DNA."Caden membalas, "Aku lihat kamu baik dan polos. Kamu nggak terlihat seperti berbohong."Naomi tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya, dia tidak terlalu memercayai ucapan Caden. Kemudian, Caden membujuk, "Jangan melamun lagi. Ayo, minum anggur."Naomi mengerutkan bibirnya dan berujar, "Kamu minum sendiri saja. Aku mau tidur."Naomi tidak ingin minum anggur dengan Caden. Mereka bukan teman baik, untuk apa minum-minum bersama? Caden menceletuk, "Malam ini kamu tidur di kamarku."Naomi tertegun sejenak, lalu melihat Caden dan bertanya dengan ekspresi waswas, "Apa maksudmu?"Caden menjawab dengan tenang, "Aku tidur di ruang kerja, kamu tidur di kamarku. Kamu itu wanita, nggak boleh menderita."Naomi yang curiga bertanya, "Kamu memperhatikanku?""Bisa dibilang begitu,"
Naomi menghabiskan segelas anggur lagi. Selesai minum, dia duduk di sofa. Naomi mulai tidak fokus. Dia bukan hanya kenyang, tetapi juga pusing.Caden menyipitkan mata seraya bertanya, "Apa kamu masih bisa minum?"Naomi berujar, "Tentu saja bisa! Aku kuat minum, jangan harap kamu bisa buat aku mabuk. Aku ... masih bisa minum 2 botol anggur! Bukan, 3 botol!"Naomi menantang, "Kalau nggak percaya, kamu boleh coba. Cepat, ambil anggur!"Selesai bicara, kepala Naomi terkulai dan terantuk meja. Dia pun tersadar. Naomi mengusap dahinya sambil mengeluh, "Sakit ...."Caden merasa kasihan pada Naomi, tetapi dia ingin mengkritik saat melihat ekspresi Naomi yang lugu. Ketika hendak bicara, Naomi tiba-tiba menampar Caden dan bertanya, "Kenapa kamu memukulku?"Caden merasa tidak berdaya, sebenarnya siapa yang dipukul? Caden menyergah, "Aku nggak memukulmu."Naomi membentak, "Kalau kamu nggak memukulku, kenapa aku merasa kesakitan?""Kalau kamu kesakitan, itu berarti aku yang memukulmu?" timpal Caden
Naomi membuka matanya lebar-lebar dan berbicara dengan yakin, "Aku tahu. Aku bilang, ayah Rayden itu anjing! Kenapa kamu nggak paham?"Caden mulai tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia bertanya, "Kamu tahu aku siapa?"Naomi menjawab, "Kamu itu ... tampangmu nggak lucu. Tapi, kamu lumayan tampan."Naomi memiringkan kepalanya, lalu mendekati Caden dan bergumam, "Eh, bukannya kamu Rayden? Kamu itu anakku! Rayden, kenapa kamu tiba-tiba membesar? Bukannya kamu baru berusia 5 tahun?"Naomi yang penasaran mencubit pipi Caden. Ekspresi Caden menjadi muram. Dia langsung berdiri sehingga tubuh Naomi terkulai dan kepalanya terantuk meja lagi.Naomi berdiri dan membentak, "Siapa yang memukulku?"Caden memegang dahinya. Dia tidak menyangka ada orang bodoh seperti Naomi. Caden benar-benar tidak mengerti.Sepertinya, sekarang Caden tidak bisa memancing Naomi untuk mengungkap kebenaran lagi. Walaupun tadi Naomi sudah mengaku, Caden tetap tidak memercayainya.Caden berusaha menahan kekesalannya dan me
Pada saat bersamaan, Jessica sedang mengamuk di rumah. Dia membanting barang-barang, lalu duduk di lantai sambil menangis.Clara terbangun karena suara Jessica. Dia menyampirkan jubah tidur dan mencari Jessica. Ekspresinya berubah drastis saat melihat kekacauan di kamar putrinya. Clara bertanya, "Jessica, kamu kenapa?"Jessica memanggil sembari menangis, "Bu ...."Jessica menghambur ke pelukan Clara dan mengeluh, "Caden sudah tinggal bersama wanita sialan itu. Caden nggak menginginkan aku lagi!"Clara yang kaget bertanya, "Hari ini kamu mencari Caden?"Jessica menjelaskan, "Iya, aku lihat Naomi sialan itu turun dari mobil Caden. Dia juga menggendong Rayden masuk ke rumah Caden. Orang lain pasti akan menganggap mereka itu keluarga, aku sakit hati begitu teringat momen kebersamaan mereka! Bu, aku sangat menderita."Clara menegur sambil memelototi Jessica, "Bukannya aku sudah mengingatkanmu jangan cari Caden?"Jessica menyahut, "Aku merindukan Caden! Sudah begitu lama, Caden nggak menjawa
Jessica hanya mencebik dan tidak berbicara lagi. Clara menambahkan, "Coba kamu ceritakan detail kejadian malam ini waktu kamu mencari Caden."Setelah mendengar cerita Jessica, Clara menegur seraya mengernyit, "Sudah kubilang seharusnya kamu nggak mencari Caden. Sekarang, Caden bukan hanya nggak memaafkanmu. Dia malah makin membencimu!""Aku ... jadi apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Jessica.Clara menyahut, "Jangan panik, kamu itu penyelamat Rayden. Apa pun yang terjadi, Caden nggak mungkin mengabaikanmu. Bukannya dia tetap memulihkan kerja sama Grup Pangestu dan Keluarga Senjaya meski marah? Selanjutnya, kamu harus mematuhiku dan cari cara untuk mendekati Naomi."Jessica menimpali dengan ekspresi terkejut, "Kamu menyuruhku mendekati Naomi? Bu, bukannya tadi kamu bilang aku harus fokus pada Caden?"Clara menjelaskan, "Aku menyuruhmu mendekati Naomi demi Caden. Sekarang Naomi bertanggung jawab untuk menjaga Rayden. Kalau kamu akur dengan Naomi, kamu bisa mendekati Rayden dan Cad
Jessica mendesak, "Bu, sebenarnya apa yang kamu khawatirkan? Katakan padaku."Clara tersadar dari lamunannya. Jessica terlalu bodoh, dia pasti tidak paham meskipun Clara menjelaskan kepadanya. Nanti masalahnya malah makin runyam.Clara menyahut, "Nggak apa-apa. Kalau orang itu menghubungimu lagi, kamu harus langsung memberitahuku. Paham?"Jessica berucap, "Oke."Clara berpesan, "Pokoknya kelak kamu nggak boleh bertindak gegabah lagi. Kalau ada masalah, beri tahu aku dulu. Besok kamu harus lebih sabar waktu pergi ke TK, kamu harus buat anak-anak Naomi menyukaimu. Dengan begitu, kamu baru bisa mendekati Naomi."Jessica membalas, "Iya, Bu. Mereka hanya anak-anak, mana mungkin aku nggak bisa menaklukkan mereka? Kamu tenang saja."Sementara itu, Naomi tidak tahu dirinya diincar oleh Jessica dan Clara. Keesokan paginya, Naomi langsung melihat Rayden yang tidur di samping begitu bangun. Mata Naomi berbinar-binar.Naomi membalikkan tubuhnya dan mengamati Rayden. Dia sangat menyukai Rayden, ini
"Oh," sahut Naomi.Rayden mengalihkan perhatian Naomi, "Mama, nanti siang kita makan apa?"Naomi bertanya balik, "Kamu mau makan apa?"Rayden menjawab, "Aku mau makan nasi sapi lada hitam."Naomi membalas, "Nggak masalah. Mama masak sekarang.""Oke," ujar Rayden. Setelah Naomi pergi ke dapur, Rayden segera menghubungi Braden.Di sisi lain, Jessica sudah sampai di TK. Guru sedang mengatur para murid pergi ke lapangan untuk menerima hadiah yang dibawa Jessica.Hayden langsung mengenali Jessica, dia berseru, "Ternyata wanita jelek itu yang datang! Kakak yang baik hati apanya? Jelas-jelas dia itu nenek sihir! Huh, guru menipu kita!"Hari ini, Jessica datang ke TK untuk menyumbang uang dan hadiah. Guru tidak tahu sifat asli Jessica sehingga mereka memberi tahu para murid seorang kakak yang baik hati datang ke TK.Braden juga mengenali Jessica. Dia memandangi Jessica dari jauh sembari mengernyit. Jayden tentu mengenali Jessica. Begitu melihat Jessica, Jayden langsung teringat dirinya ditenda
Namun, sebelumnya mereka meremehkan Jessica. Setelah dipikir-pikir, wanita jahat ini cukup berguna. Saat Braden sedang merenung, guru mereka tiba-tiba datang dan bertanya, "Braden, Hayden, Jayden, kalian belum selesai?"Braden menyahut, "Um ... sebentar lagi."Guru yang berdiri di depan pintu kamar mandi berucap dengan lembut, "Bu Jessica mencari kalian. Aku tunggu kalian di luar, ya.""Oke," ucap Braden. Dia mengernyit, lalu menceletuk, "Ternyata Jessica memang mencari kita."Jayden yang gugup menimpali, "Apa dia sudah tahu kalian mirip dengan Rayden? Jadi, dia datang untuk melihat kalian?"Hayden mengepalkan tangannya dan berseru, "Dia cukup bernyali kalau berani datang! Kak, serahkan dia padaku."Braden menggeleng seraya menjelaskan, "Kalau Jessica datang untuk memastikan karena tahu rahasia kita dan Rayden, dia nggak akan menyumbang uang dan hadiah secara terang-terangan. Dia hanya perlu diam-diam melihat tampang kita. Tindakannya sekarang seperti berniat mendekati kita.""Mendekat