Braden segera melacak titik posisi orang bertopeng hantu. Dia menyadari jarak Braden dengannya sangatlah dekat, hanya sekitar belasan meter saja. Orang bertopeng hantu sedang berada di dalam gedung ini!Tiba-tiba Braden meningkatkan kewaspadaannya. Dia mengerutkan keningnya berpikir sejenak, lalu mengirim pesan kepada Naomi.[ Mama, kamu bawa Rayden ke kamar lain dulu. Aku ingin keluar. ]Naomi langsung membalas dalam hitungan detik.[ Apa kamu yakin? Bukannya akan sangat berisiko? ][ Tenang saja, papanya Rayden sudah pergi. Sekarang adalah kesempatan bagus untuk aku melarikan diri. ]Sebenarnya, tanpa bantuan orang bertopeng hantu, Braden juga bisa meninggalkan tempat. Sekarang Braden buru-buru hendak meninggalkan ruangan juga demi menemukan orang bertopeng hantu![ Oke. ]Tak lama kemudian, Naomi mengajak Rayden ke ruang baca.Setelah mendengar suara pintu, Braden keluar dari bawah ranjang. Dia mengenakan masker, lalu diam-diam meninggalkan rumah. Dia mengusap saku pakaiannya, lalu
Si orang bertopeng hantu itu kerjaannya hanya ingin membunuh saja!Berhubung mengungkit soal Naomi, ekspresi Braden menjadi dingin.“Aku nggak pernah kepikiran untuk membunuh Caden. Aku juga nggak akan mengizinkan kamu untuk menjadi papaku. Tentu saja, kalau ada dendam di antara kamu dengan Caden, aku juga nggak bakal ikut campur. Tapi, kalau kamu berani menargetkan mamaku, aku pasti nggak akan melepaskanmu!”“Hebat juga! Hehe! Kamu hebat juga.” Usai berbicara, sepertinya orang bertopeng hantu menyadari sesuatu, tiba-tiba dia meloncat ke luar jendela.Braden berlari ke depan jendela. Namun, dia tidak bisa menemukan bayangan orang bertopeng hantu itu lagi. Dia memang bagai hantu saja, datang dan pergi dengan cepatnya.Satu detik kemudian, terdengar suara Steven dari luar pintu. “Rumah ini nggak ada penghuninya. Gimana kalau kita ke dalam? Bisa jadi dia bersembunyi di dalam.”“Dobrak pintunya!”Kening Braden berkerut. Dia segera memanjat keluar jendela, lalu turun ke lantai 1, bergegas m
Caden terbengong. “Sudah tadi.”“Tadi?”“Iya, kamu juga pergi. Kamu pergi bersamaku. Apa kamu lupa?”Kening Rayden berkerut. “Seingatku … dari tadi kerjaanku cuma tidur saja.”Kali ini, giliran kening Caden berkerut. Dia menatap Rayden dengan sangat kaget!Rayden bertanya lagi, “Selain kamu dan Bibi Naomi, siapa lagi yang masuk ke kamarku?”“Nggak ada. Kenapa?”Rayden semakin bingung. Dia melihat Caden sekilas tanpa mengatakan apa pun. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya berjalan pergi.Caden kelihatan semakin gugup! Dia menatap ke sisi pintu sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Naomi.Pada saat ini, Naomi sedang mengobrol dengan Hayden mengenai masalah Putih.“Hayden, apa kamu tahu Putih itu jantan atau betina?”“Tahu, dong. Putih sama sepertiku, sama-sama anak cowok.”“Berarti sudah saatnya buat cari pacar?”Wajah Hayden seketika merona. Dia merasa tersipu malu. “Mama, aku masih kecil. Bukannya kata Mama, aku baru boleh punya pacar setelah dewasa nanti?”Naomi tersen
“Emm.” Raut wajah Robbin berubah serius.“Semakin banyak jumlah kepribadian, semakin besar pengaruhnya terhadap kepribadian utama. Selain itu, peralihan antar kepribadian biasanya terjadi di bawah tekanan atau rangsangan yang sangat kuat. Jika dalam 1 hari dia beralih di antara 3 kepribadian yang berbeda, itu berarti kondisi Rayden sangat nggak bagus saat ini.”Caden menyalakan rokoknya, lalu mengisapnya dalam-dalam. Dia kelihatan sangat gelisah.Mereka berdua saling menimpali. Sementara, Naomi hanya berdiri di samping tidak berani berbicara sama sekali. Dia tidak tahu Hayden juga pergi ke makam semalam. Hanya saja, dia tahu bahwa Rayden tidak memiliki gangguan kepribadian.Caden bisa merasa seperti itu juga karena Braden menyamar sebagai Rayden! Meskipun Naomi mengetahuinya, dia juga tidak berani mengatakannya.Sekarang Naomi ingin memberi tahu mereka bahwa Rayden tidak memiliki gangguan kepribadian, tapi bagaimana cara dia menjelaskannya? Caden pasti akan menelusuri masalah ini hingg
Kening Rayden berkerut. Dia kelihatan bingung dan waspada.Braden berkata, “Kalau aku nggak salah tebak, seharusnya kita itu saudara.”Hayden menimpali, “Tapi beda mama.”Kedua mata Rayden seketika terbuka lebar. Dia sungguh merasa syok.Suara Braden kedengaran lembut. “Aku pernah mendengarmu dari Mama. Aku juga tahu mamaku lagi menjagamu. Seharusnya kita itu anak-anaknya Caden, makanya wajah kita bisa sama.”Rayden menghela napas. “Papaku pernah bilang kalau dia hanya punya 1 wanita saja, yaitu mamaku!”Ujung bibir Braden berkedut. Naomi dan Caden barulah pasangan suami istri yang sah. Tak peduli betapa mesranya hubungan ibunya Rayden dengan Caden, dia hanyalah seorang pihak ketiga. Mengenai Rayden, sebenarnya dia hanyalah seorang anak haram.Braden merasa sebenarnya hubungannya dengan Rayden cukup sensitif. Hanya saja, berhubung Naomi berharap yang terbaik untuk Rayden, dia juga akan mendoakan yang terbaik untuk Rayden!Braden tidak ingin “kenyataan” itu melukai hati kecil Rayden, ja
“Aku baik-baik saja.”Robbin berucap, “Sepertinya Rayden memang memiliki banyak kepribadian. Tapi kamu jangan panik. Aku akan cari dia untuk memastikan kondisinya dulu.”Setelah berbicara, Robbin berjalan keluar ruang baca, hendak pergi mencari Rayden. Alhasil, baru saja dia melangkah ke depan pintu kamar Rayden, malah terdengar suara Rayden.“Dia bukan cowok berengsek. Dia orangnya baik sekali!”“Bagaimana ceritanya dia bukan cowok berengsek? Semua yang dia lakukan itu adalah tanda-tanda dari seorang cowok berengsek. Aku setuju kalau kamu bilang dia itu ayah yang baik. Tapi aku nggak setuju kalau kamu bilang dia itu bukan cowok berengsek.”“Dia … nggak pernah melukai mamamu. Dia hanya nggak suka sama mamamu saja.”“Dia sudah memaksa mamaku untuk bercerai tanpa mendapatkan sepeser pun. Apa itu namanya bukan melukai? Lagi pula, kakakku juga sudah menyelidikinya. Waktu itu, dia mengira mamaku selingkuh. Dia bukan hanya membuat mamaku nggak mendapatkan apa pun, dia bahkan merusak reputasi
“Aku mau tidur. Kalian keluar sana!”Tanpa menunggu balasan dari mereka, Rayden pun duluan mengusir. Pintu ditutup, kemudian dikunci dari dalam.Setelah tidak terdengar suara dan memastikan mereka bertiga telah meninggalkan tempat, Rayden baru berbisik, “Keluarlah.”Braden dan Hayden keluar dari bawah ranjang. Begitu Hayden keluar, dia segera berkata, “Pokoknya di hatiku, mamaku adalah mama terbaik di dunia ini! Siapa pun nggak bisa dibandingkan sama Mama!”Raut wajah Rayden menjadi muram. “Mamaku yang terbaik!”Braden sungguh kehabisan kata-kata. Dia segera berkata, “Kalian berdua jangan bertengkar lagi. Nggak masalah siapa yang terbaik di hati kalian. Kalian nggak perlu bertengkar demi masalah ini.”Rayden dan Hayden mengerutkan keningnya, tidak berbicara lagi. Di dalam hati mereka, ibu mereka adalah yang terbaik.Braden melihat Rayden, lalu bertanya dengan lembut, “Rayden, apa kamu tahu sebenarnya mamaku sangat mencintaimu.”“Emm ….”“Baguslah kalau kamu mengetahuinya. Jadi, aku be
Baru saja mereka keluar kompleks, Braden pun berkata, “Ada telepon dari Mama. Seharusnya Rayden mengatakan sesuatu tentang masalah menyembah leluhur. Jadi, Mama merasa panik lagi.”“Gimana sekarang? Kalau Mama tahu kita pergi menemui Rayden, dia pasti akan semakin panik lagi!”“Jangan sampai Mama tahu masalah ini. Mama kita bodoh, gampang untuk dibohongi.”Braden mencari tempat yang lebih sunyi untuk mengangkat telepon. Dia mengatakan dirinya sedang berada di rumah.Naomi bertanya dengan gugup, “Kamu lagi di rumah? Tapi, Rayden, dia ….”“Ada apa dengan Rayden?”Naomi berkata dengan suara kecil, “Papanya Rayden nggak ungkit masalah menyembah leluhur, tapi Rayden malah bisa mengetahui detailnya. Mama ingin tanya apa kamu yang beri tahu dia?”Braden membalas dengan sangat tenang, “Bukan aku. Tapi ada banyak orang yang menghadiri penyembahan leluhur tadi. Bisa jadi ada orang lain yang membahas masalah itu dengan Rayden.”“Orang lain?”“Emm, misalnya Paman Steven. Dia terus mengikuti aku da
Dylan terpaksa menekan rasa bingung di hati, lalu mendengar dengan tenang. Ketika melihat uban di samping telinga Kevin, dia merasa sedikit bersedih.Dalam persoalan pernikahan, Dylan memang memiliki perbedaan pendapat dengan Kevin. Dia tidak ingin mengalah, jadi dia terpaksa membuat orang tuanya bersedih.Mereka berdua berjalan ke sisi aula persembahan. Kevin melihat papan nama para leluhur, lalu menghela napas panjang lagi. “Semuanya sudah berlalu. Sebenarnya Papa sangat mencintaimu.”Tentu saja Dylan mengetahuinya. Dia tersenyum untuk meredakan situasi. “Pak Kevin, tolong jaga sikapmu. Kalau kamu bersikap melow lagi, nanti aku pun akan menangis. Kamu saja sudah bilang kamu mencintaiku. Kelak jangan menghukumku dengan aturan keluarga lagi. Kalau kamu merasa nggak senang, kamu bisa tampar aku beberapa kali atau tendang aku saja. Jangan gerakkan aturan keluarga!”Kevin berkata dengan tersenyum, “Tadi aku sudah menunjukkan sikapku di hadapan leluhur. Kelak aku nggak akan memukulmu lagi,
Kevin tersenyum lebar. “Nggak menghukumnya. Camila, kamu jangan gugup. Aku nggak menggunakan aturan keluarga.”Kevin melihat ke sisi Dylan. “Kamu ikut aku keluar!”Dylan mewaspadainya. “Mau ngapain?”Kevin berkata, “Ke aula persembahan.”Kedua mata Dylan terbelalak lebar. “Bukannya kamu bilang nggak menggerakkan aturan keluarga?”Kevin terbengong sejenak, baru berkata, “Apa pergi ke aula persembahan pasti harus menggerakkan aturan keluarga? Apa aku nggak boleh memujimu?”Dylan merasa bingung. “Untuk apa kamu memujiku?”Bibir Kevin bergerak. Berhubung ada Camila, dia tidak enak hati untuk langsung mengatakannya. Dia hanya berkata, “Anak baik! Ayo, keluar!”Anak baik?Dylan merasa dimanjakan saja!Selama ini, ayahnya selalu menganggap Dylan sebagai anak bandel, pembangkang, durhaka, dan berengsek! Kenapa tiba-tiba menjadi anak baik?Dylan semakin bingung lagi. “Kamu nggak pukul, ‘kan?”Kevin berkata dengan tersenyum, “Aku sudah bilang, aku nggak pukul! Camila juga sudah mendengarnya. Apa
Lyana mengangguk dengan tersenyum. “Sudah baca, sudah. Untung ada Pak Morris! Respons Dylan kali ini juga bagus. Dia tahu juga mencari Pak Morris untuk membantumu. Tapi, Dylan, kelak jangan lagi sengaja membuat gosip! Furla itu yang terakhir!”Lyana mengira Furla adalah wanita yang sengaja dicari Dylan untuk merahasiakan hubungannya dengan Camila.Camila tidak mengerti, tetapi Dylan mengerti! Dia takut ibu kandungnya akan melanjutkan omongannya, jadi dia segera berkata, “Aku mengerti, kamu tenang saja. Aku akan mendengar kata mama kandungku.”Lyana tersenyum. Suasana hatinya sangat bagus. Beberapa kali dia kepikiran untuk bertanya masalah kehamilan Camila. Namun, berhubung Camila dan Dylan tidak mengungkitnya, dia pun terpaksa menahan rasa penasarannya.Mereka bertiga mengobrol sebentar. Dylan bertanya, “Di mana papaku?”Lyana menjawab, “Di aula persembahan.”Dylan merasa syok. Dia langsung duduk tegak. “Aula persembahan? Apa dia mau menghukumku lagi?”Camila juga merasa kaget. Dia tah
Camila tidak tahu ternyata statusnya di Keluarga Hermanto begitu agung? Seperti level barang berharga di negara dan juga level leluhur!Setelah menyapa semua orang, Camila dan Dylan sama-sama berjalan ke gedung utama.Lyana mengenakan terusan batik berwarna merah terang duduk di ruang tamu untuk menunggu kedatangan mereka. Ketika melihat kedatangan Dylan dan Camila, dia segera melangkah maju untuk menyambut.Hanya ada Camila di dalam mata Lyana, tidak ada putranya!Lyana menggenggam tangan Camila, lalu berkata dengan sakit hati, “Sudah semalam ini, kenapa kamu mengenakan pakaian sesedikit ini? Apa kamu merasa dingin?”Camila menggeleng dengan tersenyum. “Bibi Lyana, aku nggak dingin.”Dylan berusaha untuk menonjolkan keberadaannya. “Mama, aku dingin.”Lyana meliriknya sekilas. “Biar membeku saja!”Dylan juga tidak marah. Dia menyipitkan matanya, lalu bertanya dengan tersenyum, “Ma, kamu terus terang sama aku, sebenarnya aku itu anak pungut atau bukan?”Lyana menjulingkan bola matanya.
Lyana berkata dengan tersenyum, “Pergilah, pergi, laporkan kabar gembira ini.”Kevin pergi melaporkan kabar gembira ini ke aula persembahan dengan riang. Baru saja berjalan ke sisi pintu, dia malah kembali lagi.“Dengar-dengar sekarang banyak gadis muda nggak bersedia untuk melahirkan. Kalau putramu nggak menginginkan anak, kami bisa memberi pelajaran kepadanya. Tapi, kalau masalah itu kehendak Camila, kita juga nggak bisa ikut campur.”“Kita mesti membuat Camila melihat ketulusan hati Keluarga Hermanto kita. Kamu persiapkan aset properti atau saham dulu. Nanti malaman kita ajak Camila untuk ketemuan.”Lyana tahu apa maksud Kevin. Dia pun sangat memberi dukungan penuh. “Oke!”Kali ini, Kevin baru meninggalkan tempat dengan gembira. Dia pergi mencari leluhur!Putranya bisa diandalkan. Sekarang Kevin juga bisa merasa bangga di hadapan para leluhur!Lyana mengusap air matanya, lalu tersenyum dan membalas pesan Joana dengan riang.[ Bukan kami sengaja menyembunyikannya, hanya saja mereka b
Joana masih mengira Lyana sedang merahasiakannya. Dia pun berkata, “Aku sudah melihatnya. Putramu membawa seorang gadis cantik untuk beli kue di toko khusus ibu hamil. Perut wanita itu masih belum kelihatan. Sepertinya dia baru saja hamil.”Kevin sungguh merasa gembira. Dia ingin merebut ponsel untuk berbicara! Namun, dia malah dipelototi oleh Lyana. Kemudian, dia bertanya pada Joana dengan tersenyum, “Jangan-jangan kue itu buat kakaknya. Fiona lagi hamil anak kedua. Sekarang sudah hamil bulan keempat.”“Bukan, tadi saat pelayan toko memanggil dengan sebutan “istrimu”, mereka berdua juga tidak membantah. Saat mengatakan usia kehamilannya masih trimester awal, mereka berdua juga nggak membantah.”Kevin tidak bisa menahan dirinya, lalu bertanya dengan suara keras, “Serius?”Joana terbengong sejenak, kemudian berkata dengan tersenyum, “Pak Kevin juga lagi di rumah, ya. Serius! Kalian tunggu saja. Aku sudah merekam video. Aku akan kirimkan kepada kalian.”Joana mengakhiri panggilan, lalu m
Dylan berkata dengan tersenyum, “Aku nggak melakukan apa-apa. Pandangan Paman dan Bibi itu memang bagus. Dalam sekilas mata, mereka bisa menyadari keunggulanku!”Camila tersenyum sinis. “Apa kamu nggak malu ketika mengatakannya? Apa kamu nggak sadar dengan perilakumu?”Dylan berkata, “Berwajah tampan, beretika bagus, disukai wanita!”Camila menjulingkan bola matanya. Dia malah menyindir Dylan lagi. Pada saat ini, Camila kepikiran sesuatu, lalu membuka aplikasi navigasi di dalam ponselnya. “Kita ke sini dulu.”Dylan melihat sekilas. “Ngapain?”“Kak Fiona juga lagi di rumahmu. Aku mau beliin sedikit makanan buat dia. Toko camilan itu dibuka khusus untuk ibu hamil. Makanannya enak, aman, dan bergizi.”Dylan menyipitkan matanya. “Ngapain kamu menyenangkan kakakku?”Camila kembali menjulingkan matanya. “Aku bukan lagi menyenangkannya. Aku dan Kak Fiona itu teman baik.”Dylan bergumam, “Nanti dikira orang kamu suka sama aku, makanya kamu sengaja ingin menyenangkan anggota keluargaku.”Camila
Camila merias wajahnya sembari berkata, “Aku dan Dylan cuma berteman saja. Hubungan kami cukup bagus. Mengenai masalah terlibat, anggap saja aku lagi sial.”Tiara berkata, “Dia menghabiskan uang begitu banyak buat kamu. Warganet saja nggak bisa tinggal diam lagi. Coba kamu terus terang sama aku. Sebenarnya apa hubungan kalian?”Camila berkata dengan tersenyum, “Kalau ada apa-apa dengan kami, apa mungkin aku nggak beri tahu kamu dan Naomi? Kami nggak ada hubungan apa-apa.”Tiara menghela napas panjang. “Baguslah kalau nggak ada hubungan apa-apa. Aku benar-benar khawatir kamu akan terluka lagi.”Camila tahu Tiara sedang mencemaskannya. Setelah merias wajahnya, dia pun berdiri untuk memeluk Tiara. “Tenang saja. Kelak aku yang boleh menindas cowok berengsek, aku nggak akan ditindas cowok berengsek lagi!”Tiara mengangguk dengan tersenyum. “Emm!”Camila ingin mengatakan mengenai persoalan Tiara dengan Andrew. Namun, begitu mengungkit soal Andrew, Camila pasti akan merasa sedih. Jadi, dia la
Naomi membaca berita di ponselnya. Hati yang tadinya tegang akhirnya menjadi lega. Dia mengangkat kepalanya menatap Morris dengan penuh rasa terima kasih.Naomi mengerti Morris bisa mendukung Camila juga karena melihat hubungan mereka. Naomi sungguh merasa beruntung bisa bertemu lebih banyak orang yang berhati baik daripada yang jahat.Camila mengirim sebuah emotikon memeluk dan mencium.[ Nanti saat kamu dan Jayden pulang, aku akan bersujud dan berterima kasih sama kamu! ]Naomi membalas dengan tersenyum.[ Aku lagi temani Pak Morris makan. Sampai jumpa besok. ]Camila segera membalas.[ Bantu aku sampaikan rasa terima kasihku yang sebanyak-banyak … banyaknya kepada Pak Morris! ][ Aku mengerti. ]Camila mengirimkan emotikon cium. Dia berpikir sejenak, lalu menelepon Dylan. “Aku berterima kasih kepadamu atas masalah Pak Morris. Tapi, kamu nggak usah keluarkan uang itu. Berapa pesanan itu? Biar aku transfer ke kamu.”Dylan berkata, “Sudah seharusnya aku yang mengeluarkan uang itu. Uang