Dylan terpaksa menekan rasa bingung di hati, lalu mendengar dengan tenang. Ketika melihat uban di samping telinga Kevin, dia merasa sedikit bersedih.Dalam persoalan pernikahan, Dylan memang memiliki perbedaan pendapat dengan Kevin. Dia tidak ingin mengalah, jadi dia terpaksa membuat orang tuanya bersedih.Mereka berdua berjalan ke sisi aula persembahan. Kevin melihat papan nama para leluhur, lalu menghela napas panjang lagi. “Semuanya sudah berlalu. Sebenarnya Papa sangat mencintaimu.”Tentu saja Dylan mengetahuinya. Dia tersenyum untuk meredakan situasi. “Pak Kevin, tolong jaga sikapmu. Kalau kamu bersikap melow lagi, nanti aku pun akan menangis. Kamu saja sudah bilang kamu mencintaiku. Kelak jangan menghukumku dengan aturan keluarga lagi. Kalau kamu merasa nggak senang, kamu bisa tampar aku beberapa kali atau tendang aku saja. Jangan gerakkan aturan keluarga!”Kevin berkata dengan tersenyum, “Tadi aku sudah menunjukkan sikapku di hadapan leluhur. Kelak aku nggak akan memukulmu lagi,
Kepala Dylan berdengung. “Bukan. Aku hanya lagi menjelaskan masalah dengan sangat netral.”Kevin menjerit dengan marah, “Apa kamu ini namanya netral? Aku rasa kamu sudah merencanakan ide buruk, nggak berencana bertanggung jawab sama Camila! Kenapa kamu nggak punya hati nurani? Saat kamu berada di dalam perut ibumu, aku sudah beri tahu kamu mesti menjadi orang yang bertanggung jawab!”“Saat kamu dilahirkan waktu itu, aku juga beri tahu kamu mesti menjadi pria yang unggul, mencintai negara, dan melindungi keluarga! Sekarang, kamu malah menjadi pria yang nggak punya hati!”“Dasar anak durhaka! Kamu … kamu … semua ini gara-gara terlalu memanjakanmu! Hari ini, aku pasti akan memukulmu sampai kamu mati!”Kevin mengambil tongkat panjang hendak memukul. Dylan merasa syok langsung berdiri di tempat. “Papa, kamu lagi ngapain? Bukannya tadi kamu sudah bilang kamu sudah bicara di depan leluhur kalau kamu nggak akan pukul aku lagi!”Kevin merasa sangat murka. “Hari ini bukan aku yang pukul kamu, ta
Lyana menarik Kevin, lalu mengomelinya, “Kamu lagi ngapain? Hari ini hari berbahagia. Apa yang lagi kamu lakukan?”Dylan segera meminta pertolongan. “Ma, cepat selamatkan aku. Papa mau pukul aku lagi. Dia malah mau memukulku di hadapan Camila. Memangnya aku nggak tahu malu?”Lyana merasa kasihan terhadap putranya. Dia pun menyalahkan Kevin, “Kamu lagi ngapain? Kembalikan tongkat itu!”Dylan berkata kepada Lyana, “Sudah lihat belum? Yang melahirkan memang beda dengan yang bukan melahirkan. Yang melahirkan akan lebih menyayangi anaknya.”Namun, sedetik kemudian ….Kevin mendekati samping telinga Lyana, lalu berkata dengan suara rendah, “Sudah seperti ini, kamu masih kepikiran untuk putus sama Camila. Dia sama sekali nggak menginginkan cucu kita!”Saat Lyana mendengar, raut wajahnya langsung berubah. Dia melirik Dylan dengan dingin dan galak, lalu berkata pada Camila, “Awas, Camila! Hari ini biarkan pamanmu beri pelajaran kepadanya!”Kedua mata Dylan terbelalak lebar. “Mama! Aku itu anak
Jantung Camila berdebar kencang. Belum sempat dia bersuara, Dylan berkata lagi, “Biarkan aku peluk sebentar saja. Percaya sama aku, orang tuaku akan segera pergi!”Camila sudah menjadi “sandera” Dylan. Namun, di depan mata Kevin, mereka adalah pasangan kekasih yang sedang bermesra-mesraan.Kevin dan Lyana merasa canggung. Bagaimanapun, mereka adalah senior, mereka pun tidak enak hati untuk melihat sikap mesra-mesraan mereka.Lyana terpaksa memperingatkan Dylan. “Dylan, ingat, ya, kalau kamu berani sembarangan, kamu tunggu saja pelajaran dariku! Aku bukan lagi mengagetkanmu!”Usai berbicara, Lyana melihat ke sisi Camila. Sikapnya seketika berubah lembut.“Camila, kamu jangan takut. Ada aku dan Paman Dylan di belakangmu! Kalau Dylan berani menindasmu atau berani melukai dan membuatmu sedih, kamu beri tahu kami saja. Kamu nggak usah turun tangan, kami akan membantumu untuk melampiaskan emosimu!”Kevin juga menunjukkan sikapnya. “Semua yang kami katakan itu adalah isi hati kami. Kalau kamu
Dylan mengendarai mobil. Tangannya yang indah diletakkan di atas setir mobil. Pandangannya tertuju ke sisi luar. “Sebelumnya aku menyukai seorang gadis, sangat amat menyukainya. Aku selalu percaya dengan semua omongannya. Aku bahkan percaya omongan dia yang hanya akan menikah sama aku!”“Justru karena aku terlalu memercayainya. Aku pun melibatkan 2 orang yang nggak bersalah ….”Kening Dylan berkerut, sepertinya dia kepikiran dengan sesuatu yang tidak menggembirakan. Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Kemudian, dia mencampakkanku. Saat pergi, dia bahkan menancap beberapa pisau ke sisiku. Huft …. Intinya, dia melukaiku dengan sangat dalam, seperti bagaimana Leon memperlakukanmu.”“Setelah aku keluar dari hubungan itu, aku pun merasa nggak seru untuk berpacaran dengan hati tulus, lebih baik hanya urusan fisik, lebih menyenangkan. Bisa memenuhi kebutuhan biologis tanpa harus terluka. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.”“Aku nggak mau disakiti cewek lagi. Aku juga sangat menik
Kakek tidak pernah mendengar candaan seperti itu. Dia pun merasa syok.Camila sungguh kehabisan kata-kata. Dia langsung menendang Dylan, lalu berkata kepada si Kakek, “Kamu jangan dengar omong kosongnya. Ada masalah dengan otaknya.”Dylan yang berdiri di samping pun tersenyum bodoh. Dia tidak merasa marah.Camila memilih dua tusuk manisan, satunya buah sanca dan satunya lagi stroberi. Harganya 30 ribu. Dylan pun memindai QR untuk membayar.Camila melepaskan masker, lalu membuka manisan sanca dan mulai memakannya sembari berjalan.Dylan menenteng beberapa plastik jajanan mengikuti di samping Camila.Ketika melihat orang-orang di jalanan terus melihat ke sini, Dylan pun mengingatkan, “Kamu juga nggak takut akan dikenali orang lain! Jangan sampai namamu viral besok. Seorang artis terkenal, Camila, sedang jajan di jalanan bersama seorang pria tampan.”Camila meliriknya sekilas. Dylan mengatakan dirinya adalah seorang pria tampan. Dia memang tidak tahu malu!”“Aku jajan di jalanan juga ngga
Camila memelototi Dylan dengan dingin. Dylan pun memberinya senyuman tampan. “Aku cuma ingin menghiburmu saja. Saat aku memelukmu tadi, aku juga nggak ada pemikiran lain. Aku murni hanya menganggapmu sebagai teman baikku saja! Kalau aku membohongimu, aku nggak akan menemukan kekasih untuk selamanya!”Camila tidak ingin mengakui dirinya merasa tidak senang karena masalah itu. Nanti dikiranya ada sesuatu di hati Camila!Jadi, Camila pun berbohong dengan mengerutkan keningnya, “Aku hanya merasa agak nggak senang, tapi aku bukan kesal karena masalah itu ….”Dylan bertanya, “Jadi, karena apa?”Camila mengomel, “Memangnya aku nggak boleh kesal tanpa alasan?”Dylan tersenyum. “Tentu saja boleh. Hanya saja, ketika melihatmu kesal, aku jadi ingin memperhatikanmu. Gimana kalau aku ceritakan kisah sedihku kepadamu, biar kamu merasa gembira?”Camila sungguh kehabisan kata-kata. “Awas!”Dylan mengendarai mobil, kemudian mulai menceritakan riwayat gelapnya. Saat kecil dulu, dia pergi berenang di pan
Dylan sudah memindai wajahnya untuk membuka pintu. “Terkadang aku akan tinggal di sini. Ada banyak alkohol berkualitas bagus diletakkan di sini. Ayo, masuk.”Camila tersadar dari bengongnya, lalu bersama Dylan berjalan ke dalam vila.Di dekat pintu terdapat deretan lemari penyimpanan transparan yang memenuhi seluruh dinding. Namun, lemari itu bukan untuk menyimpan tas, melainkan dipenuhi dengan sepatu-sepatu pria.Semuanya adalah sepatu edisi terbatas dari merek-merek ternama, ada sepatu lari, sepatu sneakers, sepatu kasual, juga ada sepatu kulit ….Camila penasaran. “Apa kamu suka koleksi sepatu?”Dylan mengiakan. Dia melihat Camila yang sedang melihat koleksinya dan segera berkata, “Semua ini sepatu pria, seharusnya nggak ada yang kamu sukai, ‘kan? Aku ngomong dulu di awal, kalaupun ada yang kamu sukai, aku juga nggak akan kasih kamu. Semua ini koleksiku!”Camila berkata, “Aku juga suka koleksi sepatu, tapi aku hanya suka koleksi sepatu cewek. Sepatuku lebih banyak berkali-kali lipat
Dylan berkata, “Hidup mesti penuh makna!”“Lima tusuk sate seharga 30 ribu diletakkan di atas piringmu yang seharga 10 juta, memang cukup bermakna.” Camila adalah seorang artis. Dia pun tidak asing dengan merek barang mewah.Set peralatan makan di rumah Dylan adalah hasil pekerjaan tangan dari Kistalia. Harga dari 1 piring saja hampir menyentuh 7 digit.Merek ini tergolong merek mewah yang tidak dikenal banyak orang dan sangat disukai oleh anak muda yang berselera tinggi.Dylan menyusun sate di atas piring. “Asalkan suka, sate seharga 30 ribu juga pantas dipadukan dengan piring seharga 10 juta, bahkan bisa dipadukan dengan yang lebih bagus lagi. Rasa suka itu nggak ada harganya. Karena kita menyukainya, dia pun baru paling berharga.”Camila tidak melanjutkan. Pernyataan Dylan tadi sangat sesuai dengan kriterianya dalam mencari pasangan. Saat mencari kekasih, biasanya Dylan tidak peduli dengan berapa uang yang dimiliki wanita itu, dia hanya peduli dengan kesucian, kesehatan, dan apakah
Dylan sudah memindai wajahnya untuk membuka pintu. “Terkadang aku akan tinggal di sini. Ada banyak alkohol berkualitas bagus diletakkan di sini. Ayo, masuk.”Camila tersadar dari bengongnya, lalu bersama Dylan berjalan ke dalam vila.Di dekat pintu terdapat deretan lemari penyimpanan transparan yang memenuhi seluruh dinding. Namun, lemari itu bukan untuk menyimpan tas, melainkan dipenuhi dengan sepatu-sepatu pria.Semuanya adalah sepatu edisi terbatas dari merek-merek ternama, ada sepatu lari, sepatu sneakers, sepatu kasual, juga ada sepatu kulit ….Camila penasaran. “Apa kamu suka koleksi sepatu?”Dylan mengiakan. Dia melihat Camila yang sedang melihat koleksinya dan segera berkata, “Semua ini sepatu pria, seharusnya nggak ada yang kamu sukai, ‘kan? Aku ngomong dulu di awal, kalaupun ada yang kamu sukai, aku juga nggak akan kasih kamu. Semua ini koleksiku!”Camila berkata, “Aku juga suka koleksi sepatu, tapi aku hanya suka koleksi sepatu cewek. Sepatuku lebih banyak berkali-kali lipat
Camila memelototi Dylan dengan dingin. Dylan pun memberinya senyuman tampan. “Aku cuma ingin menghiburmu saja. Saat aku memelukmu tadi, aku juga nggak ada pemikiran lain. Aku murni hanya menganggapmu sebagai teman baikku saja! Kalau aku membohongimu, aku nggak akan menemukan kekasih untuk selamanya!”Camila tidak ingin mengakui dirinya merasa tidak senang karena masalah itu. Nanti dikiranya ada sesuatu di hati Camila!Jadi, Camila pun berbohong dengan mengerutkan keningnya, “Aku hanya merasa agak nggak senang, tapi aku bukan kesal karena masalah itu ….”Dylan bertanya, “Jadi, karena apa?”Camila mengomel, “Memangnya aku nggak boleh kesal tanpa alasan?”Dylan tersenyum. “Tentu saja boleh. Hanya saja, ketika melihatmu kesal, aku jadi ingin memperhatikanmu. Gimana kalau aku ceritakan kisah sedihku kepadamu, biar kamu merasa gembira?”Camila sungguh kehabisan kata-kata. “Awas!”Dylan mengendarai mobil, kemudian mulai menceritakan riwayat gelapnya. Saat kecil dulu, dia pergi berenang di pan
Kakek tidak pernah mendengar candaan seperti itu. Dia pun merasa syok.Camila sungguh kehabisan kata-kata. Dia langsung menendang Dylan, lalu berkata kepada si Kakek, “Kamu jangan dengar omong kosongnya. Ada masalah dengan otaknya.”Dylan yang berdiri di samping pun tersenyum bodoh. Dia tidak merasa marah.Camila memilih dua tusuk manisan, satunya buah sanca dan satunya lagi stroberi. Harganya 30 ribu. Dylan pun memindai QR untuk membayar.Camila melepaskan masker, lalu membuka manisan sanca dan mulai memakannya sembari berjalan.Dylan menenteng beberapa plastik jajanan mengikuti di samping Camila.Ketika melihat orang-orang di jalanan terus melihat ke sini, Dylan pun mengingatkan, “Kamu juga nggak takut akan dikenali orang lain! Jangan sampai namamu viral besok. Seorang artis terkenal, Camila, sedang jajan di jalanan bersama seorang pria tampan.”Camila meliriknya sekilas. Dylan mengatakan dirinya adalah seorang pria tampan. Dia memang tidak tahu malu!”“Aku jajan di jalanan juga ngga
Dylan mengendarai mobil. Tangannya yang indah diletakkan di atas setir mobil. Pandangannya tertuju ke sisi luar. “Sebelumnya aku menyukai seorang gadis, sangat amat menyukainya. Aku selalu percaya dengan semua omongannya. Aku bahkan percaya omongan dia yang hanya akan menikah sama aku!”“Justru karena aku terlalu memercayainya. Aku pun melibatkan 2 orang yang nggak bersalah ….”Kening Dylan berkerut, sepertinya dia kepikiran dengan sesuatu yang tidak menggembirakan. Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Kemudian, dia mencampakkanku. Saat pergi, dia bahkan menancap beberapa pisau ke sisiku. Huft …. Intinya, dia melukaiku dengan sangat dalam, seperti bagaimana Leon memperlakukanmu.”“Setelah aku keluar dari hubungan itu, aku pun merasa nggak seru untuk berpacaran dengan hati tulus, lebih baik hanya urusan fisik, lebih menyenangkan. Bisa memenuhi kebutuhan biologis tanpa harus terluka. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.”“Aku nggak mau disakiti cewek lagi. Aku juga sangat menik
Jantung Camila berdebar kencang. Belum sempat dia bersuara, Dylan berkata lagi, “Biarkan aku peluk sebentar saja. Percaya sama aku, orang tuaku akan segera pergi!”Camila sudah menjadi “sandera” Dylan. Namun, di depan mata Kevin, mereka adalah pasangan kekasih yang sedang bermesra-mesraan.Kevin dan Lyana merasa canggung. Bagaimanapun, mereka adalah senior, mereka pun tidak enak hati untuk melihat sikap mesra-mesraan mereka.Lyana terpaksa memperingatkan Dylan. “Dylan, ingat, ya, kalau kamu berani sembarangan, kamu tunggu saja pelajaran dariku! Aku bukan lagi mengagetkanmu!”Usai berbicara, Lyana melihat ke sisi Camila. Sikapnya seketika berubah lembut.“Camila, kamu jangan takut. Ada aku dan Paman Dylan di belakangmu! Kalau Dylan berani menindasmu atau berani melukai dan membuatmu sedih, kamu beri tahu kami saja. Kamu nggak usah turun tangan, kami akan membantumu untuk melampiaskan emosimu!”Kevin juga menunjukkan sikapnya. “Semua yang kami katakan itu adalah isi hati kami. Kalau kamu
Lyana menarik Kevin, lalu mengomelinya, “Kamu lagi ngapain? Hari ini hari berbahagia. Apa yang lagi kamu lakukan?”Dylan segera meminta pertolongan. “Ma, cepat selamatkan aku. Papa mau pukul aku lagi. Dia malah mau memukulku di hadapan Camila. Memangnya aku nggak tahu malu?”Lyana merasa kasihan terhadap putranya. Dia pun menyalahkan Kevin, “Kamu lagi ngapain? Kembalikan tongkat itu!”Dylan berkata kepada Lyana, “Sudah lihat belum? Yang melahirkan memang beda dengan yang bukan melahirkan. Yang melahirkan akan lebih menyayangi anaknya.”Namun, sedetik kemudian ….Kevin mendekati samping telinga Lyana, lalu berkata dengan suara rendah, “Sudah seperti ini, kamu masih kepikiran untuk putus sama Camila. Dia sama sekali nggak menginginkan cucu kita!”Saat Lyana mendengar, raut wajahnya langsung berubah. Dia melirik Dylan dengan dingin dan galak, lalu berkata pada Camila, “Awas, Camila! Hari ini biarkan pamanmu beri pelajaran kepadanya!”Kedua mata Dylan terbelalak lebar. “Mama! Aku itu anak
Kepala Dylan berdengung. “Bukan. Aku hanya lagi menjelaskan masalah dengan sangat netral.”Kevin menjerit dengan marah, “Apa kamu ini namanya netral? Aku rasa kamu sudah merencanakan ide buruk, nggak berencana bertanggung jawab sama Camila! Kenapa kamu nggak punya hati nurani? Saat kamu berada di dalam perut ibumu, aku sudah beri tahu kamu mesti menjadi orang yang bertanggung jawab!”“Saat kamu dilahirkan waktu itu, aku juga beri tahu kamu mesti menjadi pria yang unggul, mencintai negara, dan melindungi keluarga! Sekarang, kamu malah menjadi pria yang nggak punya hati!”“Dasar anak durhaka! Kamu … kamu … semua ini gara-gara terlalu memanjakanmu! Hari ini, aku pasti akan memukulmu sampai kamu mati!”Kevin mengambil tongkat panjang hendak memukul. Dylan merasa syok langsung berdiri di tempat. “Papa, kamu lagi ngapain? Bukannya tadi kamu sudah bilang kamu sudah bicara di depan leluhur kalau kamu nggak akan pukul aku lagi!”Kevin merasa sangat murka. “Hari ini bukan aku yang pukul kamu, ta
Dylan terpaksa menekan rasa bingung di hati, lalu mendengar dengan tenang. Ketika melihat uban di samping telinga Kevin, dia merasa sedikit bersedih.Dalam persoalan pernikahan, Dylan memang memiliki perbedaan pendapat dengan Kevin. Dia tidak ingin mengalah, jadi dia terpaksa membuat orang tuanya bersedih.Mereka berdua berjalan ke sisi aula persembahan. Kevin melihat papan nama para leluhur, lalu menghela napas panjang lagi. “Semuanya sudah berlalu. Sebenarnya Papa sangat mencintaimu.”Tentu saja Dylan mengetahuinya. Dia tersenyum untuk meredakan situasi. “Pak Kevin, tolong jaga sikapmu. Kalau kamu bersikap melow lagi, nanti aku pun akan menangis. Kamu saja sudah bilang kamu mencintaiku. Kelak jangan menghukumku dengan aturan keluarga lagi. Kalau kamu merasa nggak senang, kamu bisa tampar aku beberapa kali atau tendang aku saja. Jangan gerakkan aturan keluarga!”Kevin berkata dengan tersenyum, “Tadi aku sudah menunjukkan sikapku di hadapan leluhur. Kelak aku nggak akan memukulmu lagi,