Hayden sangat gembira dan menyahut, “Mama sudah tahu semua ini. Dia cua mau tahu Mama Camila sadar atau nggak.”“Aku sadar kok! Aku nggak berani tunjukkan aku sadar karena tahu Leon akan mengawasi ruangan ini. Lagian, aku tahu suster itu orang Leon!”Sebelum kejadian yang menimpa Camila, Camila sudah menyadari keanehan Leon dan segera menyewa detektif swasta untuk menyelidiki Leon. Alhasil, dia bukan hanya menemukan masalah Leon dengan Sanny, tetapi juga menemukan begitu banyak wanita yang berhubungan dengan Leon. Selain berselingkuh, Leon juga hendak mencaplok aset Keluarga Nandara!Setelah diselamatkan hari ini, Camila hanya bisa bersembunyi ketakutan di sudut ruangan. Setelah melihat ibunya dan Naomi, dia juga tidak berani berkata jujur karena ada suster itu. Dia tahu jelas bahwa suster itu adalah orang Leon. Dia takut dirinya akan dikurung Leon lagi setelah diselamatkan dengan susah payah.Leon bukan hanya mencelakai Camila, juga ingin mencelakai Keluarga Nandara. Camila tentu saja
Jangankan Leon, bahkan Naomi juga sangat terkejut. Apa sebenarnya yang sudah terjadi?Suster itu merasa sangat sedih dan menatap Leon dengan berlinang air mata. “Aku nggak berpikiran untuk mencelakainya. Aku lihat dia lagi berdiri bengong di samping jendela dan cuma bertanya dia lagi apa. Tapi, dia malah langsung menghantam kepalaku pakai vas bunga! Habis itu, dia juga menjambakku dan memukulku. Tapi, aku sama sekali nggak berani lawan. Huhuhu ....”Camila menangis lebih kencang dari suster itu. “Dia itu orang jahat! Dia mau dorong aku supaya aku jatuh ke bawah! Sayang, pukul dia! Dia mau bunuh aku! Huhuhu ....”“Aku nggak begitu! Aku benar-benar nggak begitu!”“Ada! Kamu memang berniat begitu! Kamu mau membunuhku!”Camila dan suster itu tidak berhenti berdebat. Pada akhirnya, Camila bertanya pada Leon, “Sayang, kamu percaya padaku atau dia?”Leon pun tidak bisa berkata-kata. Melihatnya yang diam saja, Camila berkata dengan sangat sedih, “Kamu nggak cinta sama aku. Huhuhu ....”Camila
Apabila Leon berani main tangan, master akan mematahkan tangannya. Jika Leon berani main kaki, master akan mematahkan kakinya.Braden juga menghibur, “Leon itu orang yang pintar. Sekarang, Mama Camila sudah kembali. Dia pasti akan berlagak jadi suami yang baik. Dia nggak mungkin melukai Mama Camila.Caden juga menimpali dengan lembut, “Tenang saja. Ada aku di sisimu. Selama kamu mau lindungi Camila, nggak akan ada seorang pun yang bisa melukai Camila.”Setelah mendengar ucapan Caden dan anak-anak, Naomi akhirnya merasa jauh lebih tenang. Dia mengelus kepala Braden dan Hayden, lalu menggenggam tangan Caden. Dia merasa sangat berterima kasih pada mereka.Setelah meninggalkan kamar pasien, Naomi pergi menemui dokter untuk memeriksa hasil pemeriksaan Camila. Ada beberapa hasil yang baru akan keluar besok. Namun, dinilai dari hasil yang sudah keluar saat ini, keadaan tubuh Camila termasuk bagus. Meskipun ada bekas luka di tubuhnya, dia tidak memiliki luka internal.Satu-satunya hasil yang k
Naomi berseru marah, “Mereka sama-sama berengsek! Di mana dia sekarang?”“Sudah ditangkap polisi.”Naomi bertanya lagi sambil menggertakkan gigi, “Kenapa dia cuma kurung Camila, tapi nggak mengirimnya ke Kota Mindi?”“Camila punya status yang istimewa, juga merupakan artis terkenal. Mau mengirimnya ke luar perbatasan jauh lebih sulit dari mengirim gadis biasa. Lagian, Camila termasuk beruntung. Ada seorang tokoh terkemuka di Kota Mindi yang tertarik padanya dan membelinya dengan harga selangit. Makanya, Camila baru nggak dinodai preman-preman lain.”Setelah mengetahui hal ini, Naomi merasa marah dan juga takut. Untung saja Camila tidak dinodai pria-pria bajingan. Jika tidak, berdasarkan sifat Camila, dia pasti tidak akan bisa melanjutkan hidup setelah membalaskan dendamnya.“Leon juga terlibat dengan perusahaan penipuan itu?”“Dia lebih parah lagi. Sherly termasuk bekerja untuknya.”Naomi merasa sangat terkejut.Caden menjelaskan, “Leon itu penanggung jawab perusahaan penipuan ini. Dia
Namun ....Baru saja Leon masuk ke kamar pasien, kepalanya tiba-tiba dihantam oleh sesuatu dengan kuat. Dia pun meringis kesakitan dan buru-buru menoleh. Saat ini, Camila sedang memeluk sebuah pajangan yang terbuat dari porselen dan bersembunyi di belakang pintu. Dia menatap Leon dengan penuh waspada.Leon menutupi bagian belakang kepalanya dan bertanya dengan kening berkerut, “Ada apa, Camila? Buat apa kamu pukul aku?”Camila menjawab dengan linglung, “Kok jadi kamu? Tadi, aku dengar suara di luar dan kira orang jahat yang datang. Sayang, kamu baik-baik saja?”Camila berbicara sambil melangkah maju dan membuang hiasan yang dipegangnya. Hiasan itu pun menimpa kaki Leon yang terluka. Leon merasa kakinya bagaikan dipukul dengan palu. Ekspresinya langsung berubah drastis saking sakitnya.Camila berseru dengan terkejut, “Sayang, kamu kenapa? Kamu baik-baik saja? Dokter! Dokter ....”“Aku nggak apa-apa. Jangan teriak!”Camila berkata sambil berlinang air mata, “Maaf, Sayang. Aku nggak senga
Leon mengambil napas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan diri. Kemudian, dia menghibur Camila sambil menahan rasa sakitnya, “Jangan takut. Ada aku di sini. Nggak akan ada yang bisa melukaimu.”Camila masih bersandar dalam pelukan Leon dan bersikap sangat patuh. Dia terlihat sepenuhnya berbeda dengan wanita barbar sebelumnya.Leon menyuruh dokter dan perawat untuk keluar, lalu menemani Camila sesaat. Setelah keadaan Camila stabil, dia baru berjalan ke pintu sambil menyeret kakinya yang berdarah dan berkata, “Lukaku terbuka dan perlu diperban ulang secepatnya.”Dokter ingin membawanya ke klinik, tetapi Leon menolak. “Di sini saja. Istriku nggak bisa ditinggal sendiri. Kalau nggak melihatku, dia akan kehilangan kendali.”Dokter mengingatkannya, “Keadaannya sekarang sangat nggak stabil. Aku sarankan sebaiknya kamu jangan tinggal sekamar dengannya.”Leon menjawab sambil mengernyit, “Nggak masalah.”“Kalau begitu, tunggu sebentar ya. Kami akan segera tangani luka kakimu.”“Oke.”Cami
Awalnya, suasana hati Naomi sangat bagus. Begitu tiba di rumah sakit, dia pun kembali menjadi tegang.Leon berkata padanya, “Naomi, aku mau bawa Camila pulang hari ini.”Naomi bertanya dengan terkejut, “Pulang? Sudah mau keluar dari rumah sakit?”“Emm. Camila baik-baik saja, cuma mentalnya yang terganggu. Dokter juga bilang di rumah sakit ada banyak orang asing. Hal ini nggak akan berdampak baik baginya. Lebih baik dia pulihkan diri di rumah.”Setelah dikerjai semalaman, Leon sudah takut. Biar bagaimanapun, dia tidak ingin tinggal di rumah sakit lagi. Jika tidak pulang hari ini juga, dia akan terlebih dahulu gila sebelum Camila sepenuhnya gila.Naomi pun mengernyit. Meskipun ada CCTV di rumah sakit dan para pengawal Caden juga mengawasi Camila di sekitar, dia tetap merasa kurang tenang, apalagi harus membiarkan Camila pulang. Bagaimanapun juga, itu adalah daerah kekuasaan Leon. Bagaimana jika Camila terluka lagi karena tidak terlindungi dengan baik? Pada saat itu, menyesal juga tidak
Satu jam kemudian, Anika, ibunya Leon pun tiba di rumah sakit.Leon diam-diam mengirim pesan pada Anika untuk datang membantunya mengawasi Camila. Dia harus keluar karena urusan penting, tetapi juga tidak tenang membiarkan Camila menghabiskan waktu berdua dengan Naomi. Jadi, dia sengaja menyuruh Anika untuk datang.Begitu melihat Anika, Naomi langsung mengernyit secara refleks. Di sisi lain, Camila hanya menatapnya dengan ekspresi datar.Leon memperkenalkan mereka. “Camila, ini ibuku, juga ibu mertuamu.”“Ibu mertuaku?” tanya Camila sambil berlagak tidak kenal.Leon menjawab dengan lembut, “Emm. Hubungan kalian selama ini sangat bagus, seperti ibu dan anak kandung.”Anika buru-buru melangkah maju dan menggenggam tangan Camila. Dia berlagak sedih, tetapi tidak bisa meneteskan air mata. “Camila! Kamu benar-benar buat Ibu khawatir. Sejak tahu kamu ketimpa masalah, Ibu nggak bisa makan dan tidur. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu pasti nggak bisa lanjut hidup! Huhuhu ....”Setelah melihat
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj
Caden mengangkat bahunya dengan tidak berdaya. “Aku juga nggak tahu jelas. Dia bilang nggak. Oh iya, hari ini, Braden menelepon.”Naomi langsung bertanya dengan buru-buru, “Apa katanya? Semuanya baik-baik saja?”Caden tidak mengungkit masalah Kakek Kedua. Dia hanya menjawab, “Dua hari lalu, Hayden demam.”Ekspresi Naomi langsung berubah. “Demam?”“Emm. Tapi, Braden suruh kita nggak usah khawatir. Itu cuma demam biasa. Kalau sudah benar-benar sembuh, mereka akan pulang. Nanti, kamu minta izin beberapa hari lagi saja untuk mereka.”Naomi merasa cemas. “Kenapa bisa demam?”“Katanya, di sana hujan beberapa hari yang lalu. Hayden kehujanan.”“Demamnya tinggi?”“Nggak.”Naomi berkata dengan sedih, “Pantas saja aku nggak berhenti mimpi buruk akhir-akhir ini. Sudah kubilang, selain Camila, pasti masih ada hal buruk lain yang terjadi. Ternyata Hayden sakit! Jangan lihat Hayden biasanya nakal dan suka berkelahi. Dia sebenarnya paling takut disuntik sama minum obat. Dulu, setiap sakit, aku harus
Naomi bertanya, “Setiap … kalinya kamu tambah makan sebanyak ini?”“Emm!”“Tapi, kulihat-lihat sepertinya kamu nggak gendutan?”Camila tersenyum bangga. “Ajaib, ‘kan? Tuhan sayang sama aku! Meski aku makan banyak, aku nggak gemuk-gemuk! Orang-orang di perusahaan kami juga iri banget sama aku!”Naomi bertanya, “Apa ada perubahan dalam tubuhmu? Kamu makan sebanyak ini, apa lambungmu sanggup?”Camila makan sembari menjawab, “Sanggup, kok. Aku nggak merasakan ada yang nggak nyaman. Lagi pula, aku merasa sekarang aku pasti lebih sehat daripada sebelumnya. Dulu hidupku nggak sehat banget, tidurku nggak nyenyak, selera makan biasa-biasa saja, juga banyak pikiran.”“Sekarang aku punya nafsu makan. Selain itu, aku bisa langsung tidur setelah berbaring setengah jam. Keesokan paginya aku juga sangat energik. Aku merasa aku sudah kembali ke umur 18 tahun saja!”Usai berbicara, Camila menyantap mienya. “Mie kuah pedas kedai ini enak sekali, apalagi mie mereka buatan tangan. Kalau kamu dan Tiara ber
Gisela segera mengangguk dan melanjutkan, “Aku tahu masalah itu! Dengar-dengar gara-gara masalah ini, Bu Joana pernah beberapa kali coba untuk bunuh diri!”“Haih, pemikiran anak zaman sekarang sangat terbuka. Mereka semua nggak bersedia punya anak. Ada banyak yang keguguran tanpa sengaja atau dengan sengaja!”“Jadi, hamil itu nggak tergolong kabar bahagia. Bisa melahirkan baru dinamakan kabar gembira. Jangan gembira terlalu cepat!”Begitu Lyana mendengar, dia semakin kesal lagi. Bukannya mereka sedang mengutuk Keluarga Hermanto?Ekspresi Lyana langsung berubah. Dia langsung menyindir, “Kenapa mengandung bukan kabar gembira? Keluarga mana yang nggak senang kalau ada yang hamil? Nggak semua keluarga berkesempatan untuk menggendong cucu!”“Lebih baik kalian berdua gunakan waktu kalian menyindirku untuk berbincang dengan putra kalian. Suruh mereka cepat punya anak!”“Oh, ya, sebelum kalian ngobrol sama anak kalian, kalian mesti ngobrol sama suami kalian dulu. Jangan sampai duluan ada anak
Ketika melihat mereka berdua berbicara dengan semakin gembira, hati Dylan pun terasa penat. Dia memang tidak ingin melukai mereka, tetapi tidak mungkin masalah dibiarkan seperti ini!Konon katanya, semakin besar harapan, semakin besar rasa kecewanya!Kalau tidak kepikiran ide bagus, lebih baik beri tahu kenyataan kepada mereka.Dylan berpikir sejenak, lalu menyantap sesuap buah kiwi. Dia mengangkat kepalanya menatap Lyana dan Kevin, kemudian langsung berterus terang. “Papa, Mama, kalian berdua berhenti dulu. Dengar apa kataku ….”Belum selesai Dylan berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Pintu kamar pun dibuka.Ada dua ibu-ibu kaya berdiri di depan pintu. Mereka sedang mengintip ke dalam kamar. Saat melihat mereka berdua, Lyana langsung merasa tidak gembira. Orang yang berdiri di depan pintu adalah Brenda dan Gisela. Mereka adalah teman satu lingkaran yang sering bertemu di acara kumpul bersama. Hanya saja, Lyana sangat tidak menyukai mereka!Sebab, mereka selalu suka bergo