Naomi menyimpan ponselnya dalam saku, lalu berujar dengan dingin, “Jangan ngomong sama aku! Aku malas bicara sama kamu!”Ketika Naomi hendak berjalan masuk ke kamar pasien, Anika tiba-tiba menariknya sambil berseru, “Naomi! Apa-apaan kamu! INi sikapmu waktu bicara sama seorang senior!”Berhubung Anika bertindak semena-mena, Naomi pun berseru marah, “Senior? Kamu itu senior siapa? Di mataku, kamu itu nggak ada bedanya sama nenek sihir!”“Kamu .... Beraninya kamu bicara begitu padaku! Aku ini ibu kandung Leon!”Anika mengira Naomi memiliki hubungan tidak senonoh dengan putranya dan merupakan salah satu selingkuhan putranya. Sekarang, Naomi malah tidak berniat untuk menyanjungnya. Apa wanita jalang ini sudah tidak berniat untuk menikahi putranya?Naomi langsung menjulingkan matanya dan mengempaskan tangan Anika. “Kuperingati kamu, aku lagi berusaha bersabar. Aku bukan cuma bisa tampar putramu, juga bisa tampar kamu! Jangan paksa aku bertindak!”“Kamu ....” Anika merasa sangat murka. Keka
Keadaan di kamar pasien sangat kacau.Naomi tahu Camila hanya sedang bersandiwara. Dia pun tidak merasa panik. Namun, para dokter dan suster sangat panil. Mereka buru-buru menghubungi Leon.“Pak Leon, cepat kembali ke rumah sakit! Camila dan ibumu berkelahi. Keadaannya saat ini sangat buruk.”Sebelum dokter selesai berbicara, Camila sudah merebut ponselnya dan berseru, “Sayang, cepat kembali! Ada nenek sihir yang mau celakai aku. Dia juga bilang mau suruh kamu ceraikan aku. Huhuhu .... Sayang, cepat kembali! Aku takut .... Huhuhu ....”Begitu mendengar Camila mengadukannya setelah memukulnya, Anika segera berteriak, “Leon, cepat kembali! Ibu sudah hampir mati dipukuli wanita jalang itu! Dia mau habisi Ibu! Putraku ....”Leon sedang menyetir dan merasa kewalahan. Dia pun memutuskan sambungan telepon itu dan menelepon Naomi. “Naomi, ada apa? Kenapa Camila bisa berkelahi dengan ibuku? Waktu aku pergi, bukannya mereka masih baik-baik saja?”Naomi menjawab dengan kesal, “Habis kamu pergi, e
Camila adalah orang yang cerdas. Sikap Leon terhadap Naomi tidaklah wajar. Dia sudah berkelahi dengan Anika, tetapi Leon hanya mengkhawatirkan perasaan Naomi.Naomi juga tidak berencana untuk menutupi hal ini dari Camila. Hanya saja, dia merasa agak kasihan pada Camila. Bagaimanapun juga, Camila pernah tulus menyukai Leon. Dia pun menggunakan tatapannya untuk memberi tahu Camila, ‘Aku akan kasih tahu kamu nanti.’...Di sisi lain, Leon memukul kemudinya beberapa kali dengan keras. Dia menyuruh Anika pergi ke rumah sakit untuk mengawasi Camila. Tak disangka, ibunya malah membuat keributan sebesar ini. Jika tahu ibunya begitu tidak bisa diandalkan, dia tidak mungkin menyuruhnya datang.Leon merasa sangat kesal dan ingin kembali ke rumah sakit untuk menghibur Naomi. Namun, ada urusan lebih mendesak yang harus ditanganinya. Perselingkuhannya sudah diketahui orang dan ada orang yang meneleponnya untuk mengancamnya. Dia harus menangani urusan ini sampai tuntas.Jika tidak, citra “pria baik”
Setelah kembali ke rumah sakit dengan terburu-buru, Leon melihat Camila yang sedang berbaring di ranjang pasien sambil menangis. Naomi duduk di sisi tempat tidur untuk menghiburnya, sedangkan Anika yang wajahnya babak belur duduk di kursi sambil menatap mereka dengan tidak senang.Leon berjalan ke sisi tempat tidur sambil menyapa, “Naomi, Camila.”Naomi langsung memelototi Leon dan menamparnya tanpa mengatakan apa-apa.“Leon, kamu benar-benar nggak manusiawi!”Leon pun melongo. “A ... aku kenapa?”“Camila begitu baik terhadapmu, tapi kamu malah mengkhianatinya! Dasar pria berengsek! Pantas saja kamu nggak langsung kembali meski Camila berkelahi sama ibumu! Ternyata kamu lagi temani selingkuhanmu! Kalau sudah nggak cinta sama Camila, buat apa kamu berlagak peduli padanya? Aku kira kamu itu orang baik, ternyata kamu itu pria berengsek! Leon, aku benar-benar salah menilaimu!”Kalimat terakhir yang dilontarkan Naomi benar-benar mematikan. Leon menatap Naomi dengan terkejut dan merasa hatin
Berhubung Leon tidak menjawab, Naomi sengaja memprovokasi, “Asal kamu tahu, kalau bukan karena ibumu, aku nggak akan tahu kamu ternyata sudah mengkhianati Camila dari dulu! Berkat dia, aku baru tahu sifat aslimu!”Anika pun melongo. Apa yang dikatakan wanita ini? Apa dia sengaja ingin menimbulkan pertikaian?“Nak, aku nggak bilang apa-apa. Aku ....” “Diam!” bentak Leon.Anika pun merasa sangat terpukul. Sementara itu, Camila menangis dengan makin sedih.Naomi buru-buru menghampiri Camila dan mulai menjalankan aksinya. Semua yang dilakukan Dylan hari ini adalah untuk memberikan Naomi alasan membawa Camila pulang. Dengan begitu, Camila juga tidak perlu mengekspos semua kejahatan Leon.Bagaimanapun juga, hanya dengan mengandalkan beberapa lembar foto itu, pihak Naomi masih tidak bisa sepenuhnya menuduh Leon atas perselingkuhan. Foto-foto itu tidak termasuk bukti kuat. Begitu diselidiki, orang-orang pasti bisa menemukan bahwa Leon tidak berselingkuh dengan wanita di foto.Dengan cara ini,
Camila akhirnya dibawa pergi oleh Naomi. Baru saja mereka pergi, Leon langsung membanting ponsel yang baru dibelinya itu hingga hancur. Apa dia peduli pada Camila? Bukan! Dia peduli pada Naomi.Leon merasa sangat terpukul saat mendengar Naomi mengatakan bahwa dirinya salah menilainya. Selain itu, dia juga harus menunduk di depan Caden. Dia yang tidak dapat menandingi suami Naomi saat ini benar-benar membuatnya merasa sangat sedih.Leon sudah menyukai Naomi selama 10 tahun penuh. Sejak pertama kali melihat Naomi, dia sudah sepenuhnya terjerumus. Baginya, Naomi memenuhi semua kriteria istri impiannya. Naomi sangat cantik, lembut, baik hati, bersahabat, mandiri, juga rajin dan termotivasi untuk maju. Tidak peduli seberapa sulit pun kehidupannya, dia tetap bisa melewatinya dengan tegar. Dia juga selalu memiliki pandangan yang optimis terhadap kehidupan.Jika bukan karena Leon dan Naomi sama-sama miskin pada saat itu, Leon tidak mungkin menyembunyikan perasaannya dan malah mengejar Camila.
Setelah menangis cukup lama, Camila baru berkata, “Setelah kamu hilang, aku dan Tiara nggak berhenti mencarimu. Setelahnya, anggota Keluarga Tandi tiba-tiba meneleponku dan bilang ada kabar mengenaimu. Mereka bilang, aku harus bayar 200 juta untuk dapatkan kabarmu. Aku langsung setuju tanpa banyak pikir.”“Tak disangka, begitu ketemu, Attar langsung memukulku untuk membuatku pingsan dan mengikatku. Waktu sadar, aku sudah berada di ruang bawah tanah rumah mereka. Aku nggak berhenti menyerukan namamu, tapi nggak dengar respons darimu. Dari sana, aku tahu aku ditipu anggota Keluarga Tandi!”“Nggak lama setelahnya, Sanny tiba-tiba datang. Dia menertawakanku, menyiksaku, juga memberitahuku berbagai macam informasi mengenai Leon ....”“Aku cuma dikurung di ruang bawah tanah rumah Keluarga Tandi sebulan lebih, lalu dipindahkan ke tempat baru dan dikurung setahun lebih. Di tempat baru, aku ketemu Sherly. Cih! Dia sombong banget sama seperti Sanny!”Saat berbicara, Camila mengepalkan tangannya
Camila langsung menyela, “Aku sudah tahu. Bajingan sepertinya masih berharap kamu suka sama dia? Memangnya dia layak! Suruh dia mati saja sana!”Camila begitu setia terhadap Leon, tetapi Leon malah menipunya dari awal. Awalnya, dia mengira cintanya dengan Leon sangatlah indah. Bagaimanapun juga, mereka berhasil mempertahankan cinta mereka dari semasa sekolah hingga menapaki jenjang pernikahan. Tak disangka, semua ini hanyalah tipuan belaka. Hal ini benar-benar sangat menyedihkan.Namun, setelah dikurung dan disiksa selama lebih dari setahun, Camila sudah sepenuhnya mengetahui sifat asli Leon. Jadi, dia merasa dirinya tidak perlu merasa sedih atas hal ini. Dia hanya merasa Leon sangat konyol karena masih berharap bisa mendapatkan cinta Naomi. Leon benar-benar tidak tahu diri!Namun ....Camila melirik Caden secara refleks dan terlihat agak bingung. Dia merasa sangat penasaran kenapa Naomi bisa menikahi Caden. Namun, berhubung Caden juga berada dalam mobil, dia tidak mungkin bertanya sec
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj
Caden mengangkat bahunya dengan tidak berdaya. “Aku juga nggak tahu jelas. Dia bilang nggak. Oh iya, hari ini, Braden menelepon.”Naomi langsung bertanya dengan buru-buru, “Apa katanya? Semuanya baik-baik saja?”Caden tidak mengungkit masalah Kakek Kedua. Dia hanya menjawab, “Dua hari lalu, Hayden demam.”Ekspresi Naomi langsung berubah. “Demam?”“Emm. Tapi, Braden suruh kita nggak usah khawatir. Itu cuma demam biasa. Kalau sudah benar-benar sembuh, mereka akan pulang. Nanti, kamu minta izin beberapa hari lagi saja untuk mereka.”Naomi merasa cemas. “Kenapa bisa demam?”“Katanya, di sana hujan beberapa hari yang lalu. Hayden kehujanan.”“Demamnya tinggi?”“Nggak.”Naomi berkata dengan sedih, “Pantas saja aku nggak berhenti mimpi buruk akhir-akhir ini. Sudah kubilang, selain Camila, pasti masih ada hal buruk lain yang terjadi. Ternyata Hayden sakit! Jangan lihat Hayden biasanya nakal dan suka berkelahi. Dia sebenarnya paling takut disuntik sama minum obat. Dulu, setiap sakit, aku harus
Naomi bertanya, “Setiap … kalinya kamu tambah makan sebanyak ini?”“Emm!”“Tapi, kulihat-lihat sepertinya kamu nggak gendutan?”Camila tersenyum bangga. “Ajaib, ‘kan? Tuhan sayang sama aku! Meski aku makan banyak, aku nggak gemuk-gemuk! Orang-orang di perusahaan kami juga iri banget sama aku!”Naomi bertanya, “Apa ada perubahan dalam tubuhmu? Kamu makan sebanyak ini, apa lambungmu sanggup?”Camila makan sembari menjawab, “Sanggup, kok. Aku nggak merasakan ada yang nggak nyaman. Lagi pula, aku merasa sekarang aku pasti lebih sehat daripada sebelumnya. Dulu hidupku nggak sehat banget, tidurku nggak nyenyak, selera makan biasa-biasa saja, juga banyak pikiran.”“Sekarang aku punya nafsu makan. Selain itu, aku bisa langsung tidur setelah berbaring setengah jam. Keesokan paginya aku juga sangat energik. Aku merasa aku sudah kembali ke umur 18 tahun saja!”Usai berbicara, Camila menyantap mienya. “Mie kuah pedas kedai ini enak sekali, apalagi mie mereka buatan tangan. Kalau kamu dan Tiara ber
Gisela segera mengangguk dan melanjutkan, “Aku tahu masalah itu! Dengar-dengar gara-gara masalah ini, Bu Joana pernah beberapa kali coba untuk bunuh diri!”“Haih, pemikiran anak zaman sekarang sangat terbuka. Mereka semua nggak bersedia punya anak. Ada banyak yang keguguran tanpa sengaja atau dengan sengaja!”“Jadi, hamil itu nggak tergolong kabar bahagia. Bisa melahirkan baru dinamakan kabar gembira. Jangan gembira terlalu cepat!”Begitu Lyana mendengar, dia semakin kesal lagi. Bukannya mereka sedang mengutuk Keluarga Hermanto?Ekspresi Lyana langsung berubah. Dia langsung menyindir, “Kenapa mengandung bukan kabar gembira? Keluarga mana yang nggak senang kalau ada yang hamil? Nggak semua keluarga berkesempatan untuk menggendong cucu!”“Lebih baik kalian berdua gunakan waktu kalian menyindirku untuk berbincang dengan putra kalian. Suruh mereka cepat punya anak!”“Oh, ya, sebelum kalian ngobrol sama anak kalian, kalian mesti ngobrol sama suami kalian dulu. Jangan sampai duluan ada anak
Ketika melihat mereka berdua berbicara dengan semakin gembira, hati Dylan pun terasa penat. Dia memang tidak ingin melukai mereka, tetapi tidak mungkin masalah dibiarkan seperti ini!Konon katanya, semakin besar harapan, semakin besar rasa kecewanya!Kalau tidak kepikiran ide bagus, lebih baik beri tahu kenyataan kepada mereka.Dylan berpikir sejenak, lalu menyantap sesuap buah kiwi. Dia mengangkat kepalanya menatap Lyana dan Kevin, kemudian langsung berterus terang. “Papa, Mama, kalian berdua berhenti dulu. Dengar apa kataku ….”Belum selesai Dylan berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Pintu kamar pun dibuka.Ada dua ibu-ibu kaya berdiri di depan pintu. Mereka sedang mengintip ke dalam kamar. Saat melihat mereka berdua, Lyana langsung merasa tidak gembira. Orang yang berdiri di depan pintu adalah Brenda dan Gisela. Mereka adalah teman satu lingkaran yang sering bertemu di acara kumpul bersama. Hanya saja, Lyana sangat tidak menyukai mereka!Sebab, mereka selalu suka bergo