Beranda / CEO / Anak Jenius Milik Sang Presdir / Bab 204. Kali ini biarkan Ellena bahagia.

Share

Bab 204. Kali ini biarkan Ellena bahagia.

Penulis: Any Anthika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Tidak mungkin. Mana mungkin? Putriku selalu terlihat baik-baik saja. Apa penyebabnya?" teriak Glen.

"Tuan, jika hasil dari pemeriksaan, kemungkinan penyakit Nona ini sudah ada sejak Nona Ellena lahir. Tapi karena tubuh Nona selalu sehat dan terjaga, maka tidak terdeteksi dari awal. Dan ku rasa beberapa tahun ini, Nona sudah merasakannya. Mungkin Nona Ellena menyembunyikan hal ini dari kalian, atau Nona Ellena sendiri tidak memperdulikan adanya gejala gejala sakit yang dirasakan."

"Itu tidak benar! Kalian pasti sudah salah Diagnosa! Nona selalu baik-baik saja. Sejak kecil dia sangat kuat dan tidak sedikitpun ada keluhan. Aku yang menjaganya sejak dia lahir!" Fic kini mendekat, mencoba menyangkal penjelasan dokter.

"Tuan Fic. Itu sebabnya tidak terlihat sedikit pun gejala penyakit ini. Tapi seiringnya waktu berjalan, menambahnya usia Nona. Emosinya tidak lagi stabil saat dia masih kanak kanak. Dan mungkin ada hal yang membuat Nona Ellena tertekan akhir-akhir ini."

"Apa ini karena pukula
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 205. Rencana pernikahan.

    Fic terdengar mendengkur halus, dengan kepala tersandar di sisi Ranjang dimana Ellena berbaring dengan badan Fic yang terduduk di kursi.Satu tangan untuk bantal kepala, sementara tangan satunya tak lepas dari pinggang Ellena.Ellena yang belum tertidur menoleh. Membelai kepala Fic dengan lembut. Selalu ada kenyamanan tersendiri saat melakukan itu."Fic." Ellena memanggil pelan.Entah, mungkin karena yang ada di otak Fic adalah Ellena seutuhnya, walaupun pelan panggilan Ellena bisa membuat Fic tersentak bangun."Nona. Nona, ada apa? Apanya yang sakit?" Fic cepat meraba tubuh Ellena.Ellena tersenyum. "Kamu tidur?""Ah, maaf. Maafkan aku. Aku tertidur." Fic mengusap wajahnya. Berusaha membuang kantuk yang sangat menggelayut dimatanya."Naiklah. Tidur disini saja." Ellena menepuk kasur disebelahnya."Ah, tidak. Nona Ellena tidur lah. Fic akan menjagamu.""Fic. Aku tau, hampir setiap malam kamu tidak tidur hanya untuk menjagaku. Kamu pasti sangat mengantuk. Tidurlah."Fic pun akhirnya me

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   bab 206. Panik lagi

    Hari ini, Glen menepati janji.Sepulang dari menjenguk Ellena di Rumah sakit, Glen menghubungi Ken untuk membahas rencana persiapan pernikahan Ellena dan Fic.Ken yang saat ini sedang berada di rumah besar keluarga Fiandi bersama Rimbun dan Khale segera berpamitan."Jelek. Tuan Glen meneleponku. Memintaku datang untuk membahas pernikahan Nona Ellena. Aku harus kesana dulu. Kau disini saja bersama Khale, nanti aku jemput." ucap Ken pada Rimbun.Mendengar itu Kakek Fiandi membelalak."Nona Ellena akan menikah?" tanya pria yang sudah terlihat renta itu, bahkan sekarang berjalan sudah dibantu dengan sebuah tongkat khusus."Iya Kek. Nona Ellena akan menikah." Rimbun yang menjawab pertanyaan Kakeknya."Khale? Ah, maksudnya menikah dengan Khale kan? Kenapa kalian diam diam? Tidak memberi tahu Kakek?" Kakek mendekat, duduk di samping Khale."Kakek. Nona Ellena akan menikah, tapi bukan dengan Khale." Rimbun kembali menyahut. Kakek tentu saja semakin terbelalak."Ken! Apa ini maksudnya? Bukank

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 207. Ambil jantungku, untuk nona Ellena!

    Hampir tiga jam, Tim Medis menangani Ellena di Ruangan ICU.Saat ini, Ken dan Rimbun beserta Triple K sudah berada disana karena Glen telah menghubungi Ken mengabarkan kondisi kritis Ellena.Mereka sempat tidak percaya itu, tadinya Glen mengabarkan jika kesehatan Ellena sudah membaik, bahkan hari ini sudah dinyatakan untuk pulang.Semua dipenuhi rasa kekhawatiran yang lebih sekarang. Hingga akhirnya pintu ruangan terbuka dan Dokter sudah terlihat keluar bersama beberapa Tim Medis.Dokter mendekat bersamaan mereka yang juga menghampirinya."Bagaimana keadaan Putriku?""Tuan Glen, sepertinya jantung Nona Ellena bener-bener sudah buruk kondisinya. Kami masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi." jawab Dokter.Mendengar jawaban Dokter semua tertunduk lesu.Terlihat seorang Perawat keluar dari ruangan."Dokter. Nona Ellena sudah sadar. Dia memanggil Tuan Fic.""Kalian boleh masuk. Tapi tolong buat Nona Ellena tetap tenang." Ucap Dokter.Glen dan Daniah melangkah, disusul Fic. Sementara

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 208. Suasana yang ngilu dan mencekam.

    Suasana semakin Pilu dan terasa sangat mencekam saat Fic menandatangani surat itu.Tidak ada yang tidak mengeluarkan air mata. Pengorbanan Fic kali ini Sungguh tidak main-main. Fic akan menyerahkan jantungnya untuk kelangsungan hidup Ellena.Apakah ini karena cinta Fic begitu besar pada Ellena? Tentu saja.Fic menyodorkan kertas yang sudah selesai ia tanda tangani itu. "Bolehkah aku meminta Kertas kosong?"Dokter mengangguk, mengambil kertas kosong permintaan Fic dan menyodorkannya.Fic menarik kursi dan duduk.Fic mulai menulis di atas kertas itu, hingga butiran kristal bening miliknya jatuh membasahi kertas itu membuat tulisan tangannya sedikit luntur. Fic cepat mengusap air matanya. Melipat kertas itu dengan ulasan senyum manis dan nampak menusuk hati siapapun yang melihat."Aku sudah selesai. Bisakah Dokter memulainya?"Dokter mengangguk, "Ikutlah bersama kami." Dokter melangkah. Fic mengikutinya."Fic!" Daniah Memanggil dengan nada bergetar. Fic menoleh."Fic!" Daniah menggenggam

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 209. Fic, lagi-lagi menjadi tumbal.

    Ingin rasanya satu satunya orang berlari menyusul kemudian berteriak memanggil Fic. Namun mereka menahan keinginan itu dengan sekuatnya. Hanya bisa pasrah menghargai pengorbanan Fic.Sambil terus menekan dadanya, membayangkan apa yang sedang dilakukan para Ahli medis di dalam sana pada tubuh Fic. Membelah dada Fic dan mengeluarkan jantungnya hidup hidup? Atau Fic di bius dulu hingga mati kemudian diambil Jantungnya?Arg... Semua hanya bisa berteriak dalam hati dengan menahan ngilu.Hingga beberapa saat lamanya, di tengah tengah ketegangan yang meraja, seorang perawat berlari mendekati mereka. Semua berdiri."Tuan Glen! Dokter memanggil Anda. Mari silahkan ikut saya.""Aku ikut, Glen." Daniah cepat ikut bangun."Mohon maaf Nyonya. Hanya Tuan Glen saja. Yang lain tidak diperbolehkan."Glen menoleh pada Daniah. "Tunggu lah disini bersama mereka."Daniah mau tidak mau hanya bisa menurut.Glen melangkah mengikuti langkah kaki Perawat itu. Melewati beberapa ruangan, hingga Perawat itu berhe

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 210. Kepergian Fic.

    Dari kejauhan, Daniah sudah dapat melihat gerak-gerik perawat yang terburu-buru menuju ruangan Ellena. Langkahnya menjadi semakin cepat untuk mendekati mereka. Namun belum sempat dia menghampiri untuk menanyakan apa yang terjadi, pintu ruangan Ellena tertutup dan beberapa saat kemudian terbuka kembali.Para perawat kini mendorong ranjang Ellena dengan sigap. Wajah Daniah menjadi tegang dan cemas. "Apa yang terjadi pada putriku?" desak Daniah saat berhasil menghampiri mereka."Nona Ellena akan kami pindahkan ke ruang operasi. Nona Ellena akan segera dioperasi," jawab salah satu perawat dengan suara serius.Tanpa memberi kesempatan bagi Daniah atau siapa pun untuk bertanya lebih jauh, para perawat itu kembali mendorong ranjang Ellena, meninggalkan Daniah yang tengah berusaha mengekspresikan kekhawatiran mendalamnya.Suasana kembali mengental, dipenuhi ketegangan yang terasa menyelimuti setiap jiwa di ruang tunggu itu. Tak lama kemudian, tampak Glen berjalan lesu mendekati mereka, mengepal

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 211. Tidak akan tinggal diam.

    Dokter tersenyum lembut,"Operasi Nona Ellena berjalan lancar, Tuan." Mendengar jawaban itu, hembusan nafas lega terdengar dari mereka semua. Air mata Daniah menitik lagi, tapi kali ini adalah air mata kelegaan. "Terima kasih Dokter! Terima kasih. Bolehkah kami menemui putri kami?" tanyanya dengan suara bergetar.Dokter menggeleng perlahan, "Kalian tidak boleh melihatnya dulu. Nona Ellena sedang melewati masa kritisnya dan itu butuh waktu 48 jam. Selama itu, kami harus mengawasi Nona Ellena secara ketat demi menjaga adanya kemungkinan pendarahan atau infeksi yang terjadi pasca operasi. Setelah Nona Ellena berhasil melewati masa kritisnya, kami akan memindahkannya kembali ke ruangan semula. Kalian baru boleh melihat." jawab sang Dokter dengan penuh penjelasan."Baiklah, Dok. Terima kasih," sahut Glen sambil mengangguk. "Kalau begitu, saya permisi, Tuan. Semoga Nona Ellena bisa melewati masa kritisnya dengan baik." Dokter memutar tubuhnya dan melangkah pergi, meninggalkan mereka dengan k

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 212. Dalam perjalanan pembuangan.

    Bus Antar kota yang melaju itu terlihat semakin cepat melintasi jalan beraspal hitam dan sudah melewati jalan Tol bebas hambatan.Beberapa kota sudah terlewati hingga kini menuju sebuah Pelabuhan Kapal.Hampir semua penumpang tertidur tanpa mempedulikan hawa panas di luar karena Bus ini memiliki AC khusus hingga mereka bisa tidur dengan leluasa tanpa kepanasan. Mungkin saja mereka kelelahan karena bus ini berasal dari kota S menuju Kota X.Hanya ada beberapa penumpang yang masih terjaga, termasuk pria yang masih setia menatap pria tampan di sampingnya itu sambil terus menjaga tas hitam yang ia pungut dari bawah kursi Bus tadi di balik punggungnya.Mungkin ia takut ada copet di dalam Bus itu. Ia yakin jika isi tas itu pasti berharga.Pria tampan yang tak lain adalah Fic itu masih sedikit terpengaruh efek obat bius yang sengaja di suntikkan seseorang padanya beberapa jam yang lalu. Bermaksud agar Fic tidak bisa melawan ketika mereka memaksa Fic untuk berbaring di ranjang jenazah dan sa

Bab terbaru

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 271. Epilog

    Fic tidak menyadari perasaan yang tumbuh di antara mereka. Orang lain juga sama, tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dalam hati Ellena. Namun, suatu saat Ellena tidak mampu menahan lagi dan mulai mengekspresikan perasaannya dengan lebih jelas. Fic hanya menganggap bahwa Ellena begitu karena belum dewasa dan belum mengerti perasaannya. Suatu hari, Ellena yang sudah bukan remaja lagi, mengungkapkan perasaan cinta yang selama ini terpendam.Fic merasa seolah tersambar petir dan sulit memahami apa yang sedang terjadi. "Mana mungkin?" batin Fic. "Aku hanya seorang kepala pelayan, dan usia kita terpaut jauh. Aku bahkan bisa jadi pamanmu, nona!" Namun, Ellena sama sekali tidak peduli dengan alasan tersebut. Ia nekad melakukan apapun untuk bisa bersama Fic. Perasaan Ellena semakin memuncak dan menghempas rasa ragu di hatinya. Fic kini terjebak dalam dilema, antara menerima perasaan Ellena atau tetap pada prinsipnya. Ketika akhirnya ia mulai merasakan getaran yang sama dalam hatinya, ia

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 270. Tuan Fic

    "Diam!" Ellena bersikukuh, masih saja melanjutkan pekerjaannya. Lalu mengambil celana Fic dan meminta Fic untuk mengenakannya dengan sabar.Fic hanya bisa menurut. Ellena memakaikan kemeja putih pada Fic, mengancingkan baju itu."Ellena, aku bisa sendiri." menarik tangan Ellena hingga tubuh Ellena menabrak dadanya."Aku ingin melakukannya Fic. Dengan begitu, aku semakin bahagia." Ellena melepaskan tangan Fic, sekarang memasangkan dasi untuk Fic."Nona."Ellena masih belum selesai merapikan rambut, baju dan dasi Suaminya."Sudah rapi. Tinggal jas nya saja. Dipakai sekarang apa nanti saja?"Fic tak menjawab pertanyaan Ellena. Masih senantiasa menatap wajah Ellena."Fic.""Bisa menikahimu saja, sudah membuatku tak berhenti bersyukur. Jangan melakukan ini lagi. Itu membuatku merasa bersalah."Ellena dengan lembut menarik tengkuk Fic, menciumi wajahnya dengan penuh kasih sayang. "Aku ingin melakukan ini setiap pagi. Kau tidak boleh melarangku, atau aku akan mengadu pada Ayah. Kau sudah men

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 269. Aku ini istrimu, bukan lah Nonamu.

    Fic menarik nafas dalam-dalam dan tersenyum, "Baiklah, Tuan. Jika Anda telah mempercayai saya, saya tidak ingin mengecewakan Anda. Tapi, bolehkah saya mencari pengganti diri saya sebagai Kepala Pelayan?""Ya. Tentu saja. Semua itu ku serahkan padamu. Siapapun yang kau pilih, aku yakin kau sudah memikirkannya dengan baik," jawab Glen dengan mata yang bersinar penuh keyakinan. Fic mengangguk mantap, memperkuat pernyataannya.Mereka kembali ke kamar masing-masing setelah obrolan itu selesai. Langkah mereka terasa lebih ringan, seolah sebuah keputusan besar telah berhasil dilewati bersama. Di balik pintu kamar, Fic tersenyum tipis, merasa yakin akan kebijaksanaan pilihan yang telah dipertimbangkan matang-matang.Malam mulai menggantikan siang. Fic melangkah perlahan, merangkak ke atas ranjang mengikuti Ellena yang sudah lebih dulu berbaring. Mata Fic tak henti memandangi wajah Ellena, tersenyum padanya dengan penuh kebahagiaan. Sejenak Fic merasa puas, menikmati momen itu. Setelah itu, p

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 268. Fic, Pria Multitalenta.

    "Ellena, ayo kemari, Nak." ajak Daniah ramah. Glen juga menoleh ke arah Fic dengan tatapan yang sama hangatnya, "Ayo Fic, ajak istrimu makan bersama kami."Fic mengangguk, menarik kursi untuk Ellena dan kemudian duduk di sebelahnya. Meskipun bukan pertama kalinya dia berada dalam situasi ini, bahkan seringkali dia makan bersama mereka di masa lalu, namun suasana kali ini terasa berbeda. Fic merasa canggung, jantungnya berdebar kencang. Dahulu, dia hanya duduk di sini sebagai kepala pelayan yang setia. Namun sekarang, perannya telah berganti. Menjadi seorang menantu keluarga ini.Dua orang di hadapannya adalah sosok yang ia segani dan hormati selama ini, tuan dan nyonyanya. Dan tak disangka, kini mereka telah menjadi mertuanya. Fic menelan ludah, mencoba menyembunyikan kegugupan yang menjalar di seluruh tubuhnya.Daniah bergerak mengambil piring untuk Glen dan dirinya, lalu mengayunkan tangan ke arah piring Ellena dan Fic. Namun, tiba-tiba Fic menahan tangan Daniah. "Nyonya, biar saya

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 267. Mau panggil apa coba?

    Lebih dari dua minggu sudah, Fic dan Ellena tinggal di villa puncak ini. Dan Pagi ini, Fic terlihat sibuk berkemas. Ellena duduk di samping tempat tidur dengan wajah murung dan bahunya yang terkulai. Semalam, Fic mencoba meyakinkan Ellena untuk pulang, bukan karena ia tidak ingin memenuhi keinginan Ellena untuk berlama-lama di sini, melainkan karena kekhawatiran terhadap rumah yang ditinggalkannya. Fic tak bisa menepis rasa cemas, terutama tentang kesepian yang pasti dirasakan Daniah tanpa Ellena sang putri.Setelah berbagai usaha Fic untuk merasuk, akhirnya Ellena mau pulang dengan imbalan janji berbulan madu ke Kampung halaman Ilham. Walaupun tampak masih belum sepenuhnya ikhlas, Ellena bertanya, "Jadi, setelah ini kita akan pergi ke Lampung, ya Fic?"Fic hanya mengangguk sambil mencium pucuk kepala Ellena, mengekspresikan rasa sayangnya padanya. Mereka berdua duduk di belakang mobil yang melaju perlahan meninggalkan Villa Puncak, tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan manis

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 266. Niat curang Fic.

    "Dasar sialan! Arg..!" bentak Keyan kesal, lalu meninju lengan Kimmy dan Khale bergantian. Tapi, perlahan ia ikut tertawa juga. Mereka masih terdengar tertawa bahagia, saling bercanda, sampai melangkah ke kamar masing-masing. "Besok, aku tidak mau lagi satu mobil dengan kalian! Mulai besok, kita akan membawa mobil masing-masing!" seru Keyan, wajahnya merah padam, sebelum menutup pintu kamarnya dengan keras.Sementara di sisi lain.Menuju Villa Puncak,Fic dengan lembut menuntun Ellena, melewati batu-batu hitam kecil yang tersusun apik di jalan setapak. Mereka berada di taman, tepat di luar Villa Puncak. Fic mengajak Ellena menuju bangku khusus yang lengkap dengan meja bundar berisi buah-buahan segar dan minuman yang menggoda. Fic mempersilahkan Ellena duduk, layaknya mempersilahkan seorang putri kerajaan. "Silahkan Tuan Putri," ucapnya sambil membungkukkan tubuh.Ellena tergelak dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia duduk dan melihat sekitarnya, merasakan keindahan sore itu. "Ah Fic

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 265. Keyan Merana

    Saat ini di kediaman Ken, Khale dan Kimmy melangkahkan kaki mereka ke dalam rumah dengan langkah gontai. Keyan menyusul dari belakang, tetapi mulutnya tak berhenti mengomel, mengumpat dua kakaknya yang sama sekali tidak menggubrisnya. Ketiga pemuda itu menghempaskan bokong mereka ke sofa dengan kasar, tak peduli dengan tas yang belum mereka taruh. "Aku kesal!! Hari ini aku kesal dengan kalian berdua!" ujar Keyan kesal sambil menunjuk kedua kakaknya."Apa sih anak ini?" balas Khale sambil melotot."Tau tuh!" Kimmy ikut melotot dengan wajah tidak senang.Keyan sudah berdiri, marah, dan menggerakkan tangannya hendak memukul kepala Kimmy, namun ditangkap oleh Kimmy. "Haha.. Keyan rupanya iri kepada kita, Khal. Dia tidak bisa mendekati wanita incarannya, berbeda dengan kita." ejek Kimmy sambil melepaskan tangannya dari Keyan. Khale hanya menanggapi dengan senyuman sinis, menambah rasa kesal Keyan semakin mendalam."Siapa bilang iri? Aku cuma ngerasa tidak dianggap oleh kalian. Kalian s

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 264. Masih bulan madu.

    Mereka baru saja selesai menikmati hidangan makan malam. Fic duduk bersandar di sofa sambil menggelar lengannya ke arah Ellena yang duduk didepannya tanpa jarak. Ellena menyandarkan punggungnya di dada Fic yang hangat. Kedua tangan Fic membelai perut Ellena seolah memberikan rasa nyaman pada istrinya ini, sementara lehernya dielusnya dengan lembut. "Fic, kenapa saat yang tadi itu kamu mendadak menjadi cerewet sih?" Ellena bertanya dengan nada iseng, sambil tangannya asyik mengutak-atik ponselnya.Fic tersenyum kecil. "Siapa yang cerewet? Aku?" dia menanggapi dengan nada bercanda."Padahal kamu sedang kesulitan bernafas, aku hanya peduli dan mencoba mengetahui penyebabnya." Jawab Ellena."Susah bernafas? Memang kenapa, ya? Apa aku menekan tubuhmu terlalu keras? Sepertinya tidak." Fic berkata sambil melanjutkan elusan lembutnya di leher Ellena, tangannya kadang bergerak meraba-raba sekilas membuat Ellena menggelinjang. "Ya... aku tidak tahu. Rasanya sesak saja," jawab Ellena, sambil ter

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 263. Bulan madu versi Ellena.

    Fic melucuti pakaian Ellena. Sekali lagi mengamati tubuh indah itu sambil tangannya bergerak aktif. Menyentuh semua itu tanpa terlewat.Fic menyisir setiap bagian tubuh Ellena dengan bibirnya. Hingga sampai pada Area sensitif. Fic merenggangkan kedua paha Ellena. Dan memposisikan wajahnya. Ellena menggeliat bak cacing kepanasan karena ulah Fic. Meremas kuat rambut Fic hingga berantakan."Fic, berhenti." nafasnya tersengal sengal.Fic mendongak, menatap wajah Ellena yang sudah memerah. Fic tersenyum, menyambar bibir itu. Hanya sebentar, lagi lagi turun perlahan dan kembali lagi ke area sensitif.Ellena menegang, Fic belum berhenti. Masih berada disitu. Fic benar benar ingin membuat Ellena menggelinjang tak karuan. Hingga Ellena menggoyahkan tubuhnya tanda tak sanggup lagi."Ah, Fic. Berhentilah. Ku mohon." Mendorong kepala Fic.Fic akhirnya berhenti , memandangi tubuh yang terus menggeliat itu."Fic. Kamu menyiksaku!"Fic hanya tersenyum, kembali menyerang wajah leher dan dada Ellena,

DMCA.com Protection Status