Bus Antar kota yang melaju itu terlihat semakin cepat melintasi jalan beraspal hitam dan sudah melewati jalan Tol bebas hambatan.Beberapa kota sudah terlewati hingga kini menuju sebuah Pelabuhan Kapal.Hampir semua penumpang tertidur tanpa mempedulikan hawa panas di luar karena Bus ini memiliki AC khusus hingga mereka bisa tidur dengan leluasa tanpa kepanasan. Mungkin saja mereka kelelahan karena bus ini berasal dari kota S menuju Kota X.Hanya ada beberapa penumpang yang masih terjaga, termasuk pria yang masih setia menatap pria tampan di sampingnya itu sambil terus menjaga tas hitam yang ia pungut dari bawah kursi Bus tadi di balik punggungnya.Mungkin ia takut ada copet di dalam Bus itu. Ia yakin jika isi tas itu pasti berharga.Pria tampan yang tak lain adalah Fic itu masih sedikit terpengaruh efek obat bius yang sengaja di suntikkan seseorang padanya beberapa jam yang lalu. Bermaksud agar Fic tidak bisa melawan ketika mereka memaksa Fic untuk berbaring di ranjang jenazah dan sa
"Katakan kamu mau apa? Membunuh orang pun aku bersedia jika sudah seperti ini." jawab pria itu dengan serius."Sungguh?""Ya. Asal anakku bisa sembuh. Akan aku lakukan apapun!"Fic kembali tertegun, bayangan Nathan dan Ellena kembali memenuhi pikirannya.'Semua orang tua, ternyata sepemikiran.'"Mas? Jadi membantuku?" pria itu menepuk bahu Fic yang termenung."Ah iya. Bawa aku pulang ke rumahmu. Aku tidak tau harus kemana. Aku tidak punya tujuan.""Membawamu?" Pria itu melotot."Mana bisa!""Aku akan ditalak istri ku seketika!""Wanita tidak bisa menalak laki laki." sahut Fic."Ah bukan itu maksudnya. Aku akan ditendang oleh istriku.""Kehidupan kami sudah susah! Kami masih tinggal di rumah mertuaku. Pulang bukannya membawa uang malah membawa orang. Yang ada aku di usir dari Rumah! Terus di tinggal istri ku dan aku akan menjadi duda. Ya Allah, aku gak mau jadi duda!" sambung pria itu panjang lebar."Aku tidak akan menyusahkan. Aku berjanji. Bawa aku ke kota Mu. Ke daerah kota asalmu i
Bus sudah mulai memasuki Pelabuhan yang bertuliskan Kalimat Pelabuhan.Samar samar Fic bisa melihat debur ombak yang menghantam pinggiran dermaga dari balik kaca Bus.Fic memilih untuk menundukkan kepalanya. Berusaha menekan sejuta perasaan gundah yang mulai menggerogoti tubuhnya.Hingga akhirnya, bus itu mulai berhenti."Mas, kau mau turun tidak?"Fic mendongak. "Apa sudah sampai?"Pria itu terkekeh, "Ya Belum. Ini Bus berada di geladak Kapal. Kau akan tetap disini atau turun dari Bus ini untuk ke lantai atas?""Lantai atas?" pikiran Fic ternyata masih linglung."Ah iya." Fic cepat tersadar dan paham jika Bus ini ternyata sudah terparkir rapi di geladak kapal khusus untuk para Bus dan Mobil.Fic akhirnya mengikuti langkah semua penumpang.Mereka menaiki tangga untuk menuju bagian lantai atas di dalam Kapal Ferry tersebut."Kau mau kemana?" Fic bertanya pada Pria itu ketika melihat pria itu tetap hendak menaiki tangga lagi padahal para orang orang sudah memilih tempat duduk masing mas
Hampir Empat jam Kapal itu mengarungi Selat lautan. Dan pada akhirnya kini sudah mulai merapat pada dermaga.Para Awak berlari kecil dan dengan cekatan mereka melempar jangkar.Fic melihat para penumpang sudah berkemas ketika sejak pertama mendengar suara sirine tanda pemberitahuan jika Kapal akan segera merapat.Fic menyenggol punggung Ilham yang masih mendengkur halus. Ilham bangun, mengucek sedikit matanya."Kita sudah sampai ya?" bertanya."Sepertinya begitu. Orang orang sudah pada sibuk itu." jawab singkat Fic.Ilham menatap para penumpang yang sudah mulai menuruni tangga, kemudian melirik jam di hp jadul miliknya."Masih jam sebelas." Ilham kemudian bangun dan melangkah diikuti oleh Fic. Mereka kembali ke dalam Bus tadi.Para penumpang sudah masuk semua dan duduk di kursi masing masing.Tak lama kemudian, Pintu geladak bawah terbuka. Satu persatu kendaraan keluar dengan tertib.Bus yang tadi merambat kini mulai menambah lajunya.Fic menoleh kebelakang dari kaca, berharap bisa me
Di dalam Bus!Fic beberapa kali menggeser pantatnya yang sudah terasa panas. Sudah hampir empat jam lebih bus itu melaju tak berhenti sejak dari Pelabuhan kapal yang tadi.Berulang kali Fic juga mengusap wajahnya. Tidur tidak bisa, terjaga pun makin gelisah.Fic mencoba mengalihkan pikirannya dengan menatap keluar jendela Bus.Pohon pohon menjulang tinggi terlihat dengan remangan lampu jalan. Lalu melewati beberapa pemandangan sawah yang terhampar luas. Kemudian kebun kebun yang menghijau. Fic mulai menduga jika kota X ini ternyata adalah sebuah pedesaan.Tak lama kemudian, Bus nampak memasuki sebuah perkotaan. Perkotaan yang sedikit terlihat ramai dari kota kota sebelumnya yang dilihat Fic sepanjang perjalanan tadi.Bus berbelok ke sebuah Rumah makan dan berhenti.Semua turun. Ilham pun mengajak Fic untuk turun. Memasuki Rumah Makan yang mempunyai Tempat makan khusus Lesehan itu.Sang sopir bersama keneknya terlihat langsung merebahkan tubuhnya untuk tidur sebentar mengusir kantuk.P
"Kalau begitu, Kita bisa mencari mesin ATM disini dan mengirim uang pada istrimu dahulu. Lalu mencari travel untuk kita ke kampungmu."Ilham mengangguk setuju. "Habiskan dulu makanannya. Sayang. Ini mahal."Fic mengangguk, tapi tidak lagi melanjutkan makannya. Ia menatapi Pria di hadapannya itu yang sedang dengan lahapnya makan.Fic, lagi lagi merasa beruntung bisa bertemu dengan Ilham. Walaupun hidup Ilham kekurangan, tapi sepertinya pria itu tulus dan bisa di percaya.Akhirnya kedua pria itu melangkah keluar dari Rumah makan itu setelah Ilham berbicara pada sang sopir dan selesai membayar makanan mereka pada kasir.Ilham membawa Fic memasuki sebuah Plaza yang tertulis kalimat.Plaza Bandar jaya.Terlihat mulai ramai meskipun ini masih sekitar subuh. Para pedagang sayuran sudah nampak merapikan dagangan.Para pembeli yang sepertinya seorang pedagang kulakan pun sudah mulai berdatangan.Ilham menunjuk sebuah tempat."Itu mesin ATM Mas!""Oh iya. Kita kesana.""Jaga tas nya baik baik m
Fic menarik selimut lagi. Padahal dia sudah memakai selimut dua lapis, belum lagi jaket kulit yang menempel di tubuhnya, tapi tetap saja rasa dingin begitu terasa menusuk tulang belulang Fic.Padahal ini bukan daerah pegunungan, masih termasuk dataran tingginya saja. Pegunungannya masih sangat jauh di sana. Tapi hawa dingin dimalam hari pasti akan sangat menyiksa bagi segelintir orang orang yang baru memasuki daerah ini.Gigi Fic terdengar gemeretak. Padahal baru saja meneguk kopi yang masih mengepul. Kopi hitam buatan sendiri punya. Bukan dari beli beli sachetan di toko toko. Tapi tidak mengurangi sedikitpun rasa dingin di tubuh Fic.Fic menggigil di ranjang sempit tanpa kasur itu. Mendekap erat tubuhnya sendiri."Kenapa bisa sedingin ini? Apa aku demam?" meraba dahinya sendiri."Tidak panas." kembali mencoba memejamkan matanya.Suara jangkrik diluar geribik begitu nyaring membuat Fic kembali membuka matanya. Sesaat terdengar suara lain. Burung hantu tidak jauh dari rumah itu.Baru s
Kembali ke Rumah sakit.Singkat cerita,Dua Minggu sudah terlewati. Bukan perkara mudah untuk semua orang. Glen dan Daniah harus terus berbohong dan berbohong lagi pada Ellena tentang Fic. Mereka tidak tau harus sampai kapan berbohong begini.Menunggu jantung Ellena pulih seperti sedia kala. Mungkin saja. Tapi bagaimana kalau Ellena kembali syok?Ellena sendiri mulai curiga, mulai menebak nebak kemana Fic?Sepertinya, jantung baru Ellena berasal dari seseorang yang baik dan penuh kesabaran serta kuat. Terbukti, Ellena tidak seegois dulu. Yang biasanya hanya bisa menangis , menjerit lalu merajuk.Ellena sekarang lebih penyabar, terlihat lebih pendiam. Apa karena dia sedang menahan rindu pada Fic? Atau sedang menelan rasa penasarannya?Dua Minggu Lho. Ini dua Minggu, bukan dua hari. Fic tidak muncul atau sekedar memberi kabar. Ini cukup untuk membuat Ellena bertanya tanya dalam hati.Pagi ini, Dokter menyatakan jika Ellena sudah diperbolehkan pulang. Bahkan Jantung baru Ellena saat ini