"Tidak menyangka ya?" Kembali Rimbun berkata dengan polos.Ken mengangguk. "Aku ikut bahagia, kamu ternyata punya saudara.""Tuan Ken, terima kasih. Selama ini kamu sudah menjaga Adikku." ucap Al'."Ah, tidak masalah. Dia kan pacarku. Sudah seharusnya aku menjaganya." Jawab Ken. Sepertinya Ken memang perlu memperingatkan Al ini agar dia tidak lupa, jika adik Al adalah pacarnya."Iya Tuan. Apapun alasannya, aku harus berterima kasih padamu. Dan sekarang, aku harus membawa Adikku pulang.""Pulang?" Rimbun tercengang."Sayang. Kamu harus pulang. Pulang ke rumahmu. Ke Rumah kita.""Tapi,""Kakek sudah sangat lama menunggu. Dia ada disini, di rumah kita dahulu. Kakek membelinya kembali karena ingin tinggal disana lagi." ucap Al'."Kamu mau pulang bersama kak Al' kan? Menemui Kakek . Kakek Kita, Rimbun. Dia terus memikirkanmu." bujuk Al'.Rimbun belum menjawab, memilih ini menoleh pada Ken seperti meminta pendapat.Ken mengangguk pelan, Meskipun hatinya merasa tidak nyaman. "Pulanglah. Disa
"Maafkan kami Rimbun. Kami tidak bisa menemukanmu. Selama ini Kakek sudah melakukannya berbagai cara untuk menemukanmu. Tapi kami kehilangan jejak. Kakek sudah putus asa. Akhirnya, Tuhan menjawab semua doa Kakek dan mempertemukan kita." ucap Kakek, menyeka air matanya yang masih menetes."Ah, iya Kek. Rimbun senang bisa bertemu kalian. Walau Rimbun sama sekali tidak mengenal kalian." jawab Rimbun membuat Kakek semakin bersedih."Jangan bicara seperti itu Cucuku. Aku ini Kakek mu. Kakek yang mencintaimu melebihi apapun. Dan dia, adalah Kakakmu, kakak yang menyayangimu bahkan dari dulu ketika kau masih didalam perut Ibumu." menunjuk Al'."Benar Rimbun. Jika kamu tau, bagaimana dulu aku sangat senang ketika Ibu dinyatakan Hamil. Saat itu aku sudah berusia tujuh tahun. Ketika ibu melahirkan bayi perempuan, kami sangat bahagia. Tapi, kebahagiaan itu seketika lenyap ketika Kecelakaan yang menimpa kalian merenggut Nyawa Ayah dan Ibu serta membuat kami kehilangan kamu." ucap Al'."Bagaimana s
Bab 151. Malu sendiri.Hari sudah berganti hari. Sudah lebih dari sepekan Rimbun tinggal bersama keluarganya."Kamu senang tinggal bersama kami?" tanya Kakek."Ah iya Kek. Tentu aku senang." jawab Rimbun."Bahagianya hati Kakek Rimbun. Akhirnya cucu perempuan Kakek bisa kembali pada Kakek." Kakek mengusap usap punggung tangan Rimbun."Rimbun, Rimbun. Sesuai dengan kemauanku, saat kamu lahir. Memberimu nama Rimbun yang artinya teduh. Kamu meneduhkan hati semua orang yang ada di sekitarmu. Sejuk, damai rasanya jika ada kamu seperti ini." ucap Kakek, masih mengusap usap punggung telapak tangan Rimbun."Ck, kenapa bisa secocok itu pendapat kalian. Ayah dan ibu juga pernah berkata demikian. Bahkan mereka tidak pernah mau memanggilnya nama panjangku. Rimbun. Rimbun. Selalu itu.""Haha.. Ternyata, orang tua angkatmu peka juga. Melihat namamu di dalam kalung itu. Dan memiliki pemikiran yang sama dengan kita.""Tapi kek, aku jadi penasaran dengan kalung itu. Sebesar apa sih kalungnya? Kok muat
"Glen!" Tiba-tiba Daniah datang menghampiri mereka."Kalian mau kemana?""Daniah . Sebaiknya kamu ke kamar saja. Kami harus pergi sekarang juga!" Glen cepat menghampiri istrinya."Pergi? Kemana? Ini kan hari Minggu. Aku ikut ya?""Eh, tidak tidak. Ini bahaya." cegah Ken."Bahaya? Apa maksudnya?""Daniah sayang. Benar kata Ken. Ini bahaya. Kami akan pergi menyelamatkan Rimbun." ucap Glen."Hah! Rimbun. Bukankah Rimbun sudah menemukan keluarga kandungnya? Apa Rimbun diculik?" Daniah pun terkejut sekali."Bisa jadi. Bisa jadi, Rimbun di culik dengan mereka yang mengaku sebagai keluarga Kandungnya itu. Karena sampai saat ini, Rimbun tidak bisa dihubungi dan tidak bisa ditemui.""Hah! Yang benar?" Daniah langsung panik."Kalau begitu, cepat selamat Rimbun Glen, Ken. Kalian harus bisa menemukan Rimbun dan membawanya kemari.""Tentu Daniah. Tenang lah. Kami akan mendapatkan Rimbun dan membawanya kemari.""Iya. Cepat lah." Ucap Daniah."Em. Kami pergi ya?" tak lupa Glen mencium kening Dania
"Aku sangat merindukanmu, Jelek. Kamu tidak merasakan itu." Ken menyentuh bibir Rimbun, dengan satu tangan menahan kepala Rimbun.Rimbun ingin bersuara, tapi kerongkongan nya seperti tercekik saja. Hanya bisa menatap kedua mata Ken. Dengan jantung yang sudah tak karuan."Apa sedikit pun, kamu tidak merindukan aku?" tanya Ken, tanpa melepaskan pandangannya."Aku, aku merindukan mu, jika tidak, mana mungkin aku kemari untuk menemui mu." jawab Rimbun, juga masih tak melepaskan pandangannya."Sungguh?"Rimbun hanya mengangguk."Bukan Rindu untuk memukulku?"Rimbun menggeleng."Bukan Rindu, untuk bertengkar denganku?"Rimbun kembali menggeleng."Kamu Rindu pelukanku?"Rimbun mengangguk kecil."Kamu Rindu ciumanku?" tangan Ken kembali menyentuh bibir Rimbun.Rimbun kembali mengangguk kecil. "Aku merindukan semuanya."Hati Ken mendadak berbunga bunga. Dada pria itu hampir meledak dibuat oleh jawaban Rimbun kali ini."Sungguh?"Rimbun mengangguk kembali."Kalau begitu, aku ingin mencium mu. K
Tidak seperti biasa. Hari ini Daniah terlihat sibuk bebenah di kamarnya. Melihat Glen masih mendengkur disiang bolong pada hari Minggu ini, Daniah ingin mengisi waktunya untuk merapihkan Lemari. Sedari kemarin, Daniah ingin merapihkan itu. Untuk meminta pelayan mengerjakan Daniah enggan.Daniah juga sedang tidak ingin mengusik istirahat sang suami yang terlihat lelah , mungkin aktivitas tambahan yang akhir akhir ini sering Glen lakukan tanpa henti membuat Glen terlihat lebih cepat lelah.Daniah paham itu, tersenyum menatap suaminya. Sempat menciumi kening Glen sambil berbisik."Aku bahagia sekali, bisa menikah denganmu Glen. Aku sungguh beruntung." kemudian melangkah menghampiri lemari. Mulai membongkar satu persatu pakaian dan merapihkan nya."Apa ini?" Daniah menemukan sebuah pakaian di dalam sebuah laci.Daniah mengeluarkannya."Astaga!" hati Daniahmemekik, saat memeriksa baju yang terkoyak itu.Sambil meremas baju itu, Daniah menoleh pada Glen yang masih tertidur."Glen." air m
"Benarkah?""Sella itu, salah satu dari teman Al'. Ya mungkin, dia banyak bercerita tentang aku pada Al'. Itu sebabnya, Al' jadi membenciku." jelas Ken.Glen kali ini tergelak."Kenapa tertawa?" Ken langsung melotot."Tidak. Aku hanya sedikit khawatir. Masa lalu mu akan membuatmu kesulitan dalam mendapatkan hati keluarga Rimbun.""Itu tidak penting Tuan. Yang terpenting adalah, Rimbun sudah mau menerima aku. Dan masalah masa lalu ku, Rimbun sudah tau sejak awal. Dia sudah tau alasanku punya banyak pacar." jelas Ken."Ah iya. Kamu benar Ken. Yang terpenting adalah Rimbun sendiri. Jika dia menerima mu apa adanya, maka itu tidak akan sulit.""Baiklah. Jika tidak butuh persiapan khusus, maka malam ini kita akan pergi ke Rumah keluarga Rimbun untuk melamarnya."Mendengar ucapan serius dari Glen, Daniah dan Rimbun menghentikan obrolan tidak penting mereka. Kini menoleh pada Kedua pria di samping mereka itu." Jadi ini serius Glen Kita akan melamar Rimbun malam ini juga?" tanya Glen."Iya s
Setelah Daniah sudah menyampaikan maksudnya kepada Ayah begitu juga dengan Glen dan Ken. Mereka sepakat untuk berangkat langsung ke rumah keluarga Rimbun malam ini juga.Dengan mengendarai dua mobil yang berbeda. Daniah bersama Glen dan Ayah, menggunakan sopir tentunya. Ken bersama Rimbun, tanpa seorang Sopir.Terdengar suara nafas Glen yang kasar."Glen, kamu kenapa?" tanya Daniah seperti menangkap kegelisahan di wajah suaminya."Aku hanya sedang memikirkan Ken. Bisa-bisanya melamar seorang gadis dengan tangan kosong tanpa persiapan apapun. Kamu tau Daniah, Keluarga Fiandi itu, termasuk Keluarga terpandang di kota ini. Apa itu tidak memalukan?""Aku juga tidak mengerti, apa mungkin setelah ini Ken akan mengirim hadiah untuk keluarga Rimbun? Kita juga tidak tau kan?""Haha.. mana ada seperti itu. Yang namanya hadiah lamaran, datang bersama orang yang melamar. Masa iya menyusul?" bantah Glen."Mungkin, Ken takut di tolak. Jadi, menyiapkan apapun akan percuma." jawab Daniah."Kamu benar