Mungkin pernahkah terngiyang akan lagu— Libur telah tiba, libur telah tiba. Hore, horeee. Itulah penggalan lirik lagu yang di lantunkan oleh Artis cilik Tasya Kamila.
Namun ini bukan tentang Tasya yang mengalami libur yang disambut sukacita dengan berjingkrak-jingkrak ria sambil menyanyi lagunya sendiri. BUKAN.
“gimana ndok rasanya oleng ke jurusan sejarah?”, Suara Gita yang didengar tidak langsung oleh lawan bicaranya Zain melalui jaringan Video Call.
Zain, laki-laki berumur 20 tahun, mahasiswa Fakultas Adab dan Dakwah di salah satu universitas negeri Islam di Bandung.
Sedang menikmati libur semesterannya. Sedang berbincang dengan sepupu nya yang berada jauh di negeri orang.
“ya begitulah Kak Git. Dijalanin aja”.
“kalau ndak kuat yo, ndak usah dipaksa toh”, mendengar perkataan Gita yang merupakan sepupu dekatnya, Zain hanya bisa mengendus kesal,
“ck..bukan masalah kuat nggaknya kak”.
“gini loh, aku tuh udah relain waktu buat belajar, udah doa juga, optimis juga udah, malahan berharap banget keberuntungan akan datang kepadaku. Tapi nyatanya nihil”
“aku terlalu anggap santai semuanya, mungkin selama ini memang aku sendiri yang terlalu pede dan menyepelekan, bahkan aku percaya takdir itu dapat diubah, tapi aku tidak dapat merasakannya".
"Sekarang aku harus apa Kak Git?”, tanyanya setelah ia selesai menceritakan.
Terlalu berat dijawab, Gita sedikit menggaruk kerudungnya yang tak gatal,
“jangan mikirin takdir dulu Zain elahh, emang kamu tau takdir kamu gimana nantinya? enggak kan, oleh sebab itu kita sebagai seorang manusia berpikirnya jangan kedepan mulu, sekali-kali liat belakang macam kaca spion, ngerti ora?”
“ngecheck kondisi belakang gitu ya?”, Gita tersenyum lalu menambahkan,
“lihat dari kejadian yang pernah kamu alamin dulu, belajar dari situ, nah kamu bisa dapat pengalamannya”.
“kayaknya sedikit kak perubahannya, urang nteu pinter-pinter. Lama banget ngestart otak loading mulu udah kayak komputer pengen di servis”.
“kayaknya emang Allah belum ngizinin kamu jadi pinter cuk, karena Allah tau lo bakal sombong, nggak tau diri, lalai, entar lo bakal mikirin segala hal dengan otak lo terus tanpa diselingi agama”.
“Perkataannya nancep borr, iri urang mah keur maneh”
“hilangin iri, mending irinya membangun. Tapi kalo ujung-ujungnya jadi dengki, siap-siap ndak masuk penghuni surga sejati” Tegasnya sampai Zain membulatkan matanya seperti tahu bulat,
“Astagfirullah, nyelekit pisan Kak Git tuh, ihhh parah Naudzubillah Ya Allah”.
“makanya disyukuri, dan sudah sepantasnya lo banyak berterima kasih kepada-Nya, nggak semua orang bisa ditunjukkin jalan-Nya untuk diingatkan kembali kepada-Nya, nah kalau udah gini, siap-siap lo masuk seleksi penghuni surga sejati”.
Dengan ekspresi bangga Zain berkata,
“Waww.. siap Ustadzahku syukroon katsiroon”, dijawabnya cepat, “afwan, dah ahh mau nyuci. Kelamaan nanti bayarnya mahal, jarak Indonesia ke Jerman kan jauh”. candanya.
“sombong..dikeluarin dari seleksi loh”, goda Zain.
“hmm ya iyaa, tapi ini mau nyuci serius”, Sahut Gita dan dibalas acungan jempol Zain,
“okeoke semangat nyucinya” dan percakapan pun berakhir masing-masing menutup Vc.
Setelahnya Ponsel Zain berderit, ada sebuah Pesan dari Brivio. Temanku.
CHAT
Brivio:
| jadi kesini nggak, katanya mau bahas kegiatan bulan RamadhanZain
| tumben lu bri, iya otwBulan Ramadhan dapat dihitung berapa hari lagi, singkatnya satu bulan. Kami begitu antusias saat kegiatan bulan Puasa diadakan apalagi atas keinginan Kita sendiri untuk membangunnya.
Lumayan kan pengalaman baru, kebetulan juga Kompleks blok M anak-anaknya banyak yang seumuran jadi lebih nyambung buat rundingannya.
Sampailah di Rumah Brivio. Disana ada Azka dan Olif. kemudian, ada Yasmin juga.
Formasi saat itu masih berlima, disitu kami mulai merencanakan terlebih dahulu sebelum mengajak semua anak komplek menjadi anggota.
Di balik tembok rumah Brivio ada 3 anak perusuh yang sedang menguping.
“kita pengen bersin sial”, celetuk Farel sambil memegang hidungnya.
“ssttt jangan nanti ketauan bego”, jawab Jefri yang posisinya diatas Farel.
Sedangkan Denan diposisi bawah menahan rasa berat.
Tak lama hidung Farel udah ngga bisa diajak kompromi makanya Farel langsung keluarin bersinnya dan otomatis mereka pada gubrak lalu yang diintip pada cengo semua, bodo amatlah ketahuan udah ga tahan.
“Astagfirullah Kaget”, Sahut Olif bersamaan disusul oleh Yasmin
“Tuhkan bener ada yang nguping”, Zain dengan lagak instingnya
“Astagfirullah kaget Aing”, dilanjut Azka sambil mengelus dadanya, sedangkan Brivio sang pemilik rumah hanya terdiam.
Kalau udah ke-geb kayak begini ujungnya bakal susah buat cari alasan.
Semua ini gegara Farel yang ngajak nguping padahal ini bukan caranya Farel tapi entah kenapa dia malah nurut-nurut aja.
Seringnya anak-anak ini memang suka banget mondar-mandir di rumah Brivio biasanya Cuma lewat doang, kadang ngejahilin pemilik rumahnya apalagi jika ada Azka kalau ikut nongkrong terus mood hancur wah bisa-bisa mereka tawuran.
“ini pada ngomongin apa sih”, Tanya Jefri sok akrab sedangkan Denan sama Farel hanya saling senggol-senggolan
“bukan urusan lo”, jawab Olif dan dilanjut candaan Yasmin, “eh anak kecil tuh gausah ikut-ikutan”
Zain pun menyambungnya, “pala lo anak kecil hahaha”.
Jefri tak merespon kembali ucapan mereka itu, Farel sendiri kayak gini sudah biasa ia tanggapkan tak lantas membuat ia menyerah dan pergi.
sedangkan Denan ia benar-bener pengen pergi aja kalo ngga ada mereka berdua malu borr wajah tampan nya ternistakan.
Keberadaan mereka disini bisa diibaratkan sama aja kaya kentut orang yang jaraknya 10 kilometer lebih. Nggak akan tercium, didengar juga kagak ya iyalah 10 kilometer dong.
Udahlah ngapain kentut dibicarain yang ada waktu 24 jam kita keburu habis Cuma gegara ngomongin kentut.
“lain kali yang sopan dong jangan nguping pembicaraan orang!”, Omel Olif yang direspon kasar oleh Jefri,
“B.A.C.O.T”
“udah ah yuk cabut”, dijawab oleh anggukan Jefri,Denan.
Melihat kedua temannya pergi Jefri pun ngikut pergi juga sambil smirk- smirk indah dahulu kearah Yasmin kemudian ia berkata,
“Yasmin…katanya Jefri suka jeh”, setelahnya ia ngibrit pergi.
Hari Pertama
Pada siang harinya, Zain mengajak diskusi rundingan Kurma kembali, bedanya kali ini kumpul dirumahnya.
Formasi masih berlima, Zain ini membahas bagaimana cara mempromosi kepada anak-anak kecil komplek yang mau diajak pesantren kilat.
Berhubung kegitaan anak-anak di komplek ini lagi sibuk-sibuknya tes seleksi tahfizh di salah satu pesantren yang jarak tempuhnya 7 menit kalau naik kendaraan, jadi mereka harus sebisa mungkin membagi waktu alhasil Zain menyarankan agar pesantren kilatnya diundur menjadi sore hari sekalian itung-itung sebagai ngabuburit menunggu buka puasa.
Atas saran yang telah dibuat, Brivio, Azka, Olif, dan Yasmin cuma bisa ngangguk-ngangguk setuju mungkin mereka menyerahkan penuh pada Zain ini atau mungkin lelah dengan semua ini.
Beralih ke awal lagi yakni cara mempromosi, Disitu kami masih mencari solusi.
Hingga Suatu ide pun akhirnya muncul,
“ajakin aja anak-anak esdeh pasti seru”.
“mending buat pamflet aja terus disebarin”.
“minta grup w******p warga blok M aja”.
Dari 3 ide yang kami sudah usulkan, akhirnya Zain memantapkan pilihannya kepada Olif.
Ini sangat disayangkan, padahal usulan Azka termasuk yang paling simple, efisien, dan yang pasti non badget.
Alasannya sih katanya kurang sopan kalau di grup.
“min, tolong kamu fotocopy pamfletnya ya”, suruh Zain kepada Yasmin.
“loh kamu ternyata udah buat pamfletnya?”, sahut Olif lalu dibalas anggukan Zain,
“hooh”.
“Kalau gitu ceritanya sih mending ngga perlu minta usulan dari kita kali zen”.
“gapapa, biar kalian ada kerjaan gitu”, kali ini Brivio yang ngomong.
Tak lama sorenya Brivio pulang karena Yasmin dan Olif tak kunjung datang membawa fotocopy-an.
usut punya usut, ternyata mereka mandeg di resto seafood yang baru buka 3 hari lalu, sementara itu Zain juga mau pergi, jadi intinya Azka diusir.
Malamnya 3 anak laki-laki ini (Zain,Brivio,Azka) berniat menawarkan kegiatan tersebut kepada abang-abangnya kali aja mereka mau kan enak tuh, otomatis jika mereka ikut akan menjadi yang tertua di Kurma dan akan sering ditunjuk oleh Kak Fariz.
Beliau adalah guru agama di madrasah kami menimba ilmu dulu, sebagai pemateri, Syukur-syukur mereka terus, agar kita hanya mantengin tanpa lelah menjelaskan.
Ya, dari kelima formasi member Kurma ini, yang masing-masing mempunyai kakak ialah Zain, Brivio dan Azka yang dimana dari situlah merupakan salah satu alasan kami bertiga menjadi akrab karena ketiga kakak nya tersebut adalah seorang lelaki yang merupakan geng satu sama lain.
Intinya buah jatuh nggak jauh dari pohonya lah..
Ekspektasi yang dibayangkan ternyata salah, boro-boro jadi pemateri, diajakin aja nolak, hal ini disesali oleh Brivio yang telah mengajak abangnya sama seperti halnya, Zain pun sama belum juga nawarin udah kesel sendiri bawaanya.
Di lain sisi Azka malah kebalikannya, aanya kekeh pengen ikut tapi ditolak mentah-mentah olehnya alasannya simple ‘malu-maluin’,
“gimana nggak? Aa nya Cuma pengen numpang makan aja kan malu-maluin namanya”, gumam Azka.
Hari KeduaKeesokan harinya, Kak Fariz berjalan-jalan untuk mencari target anggota cowok yang akan menemaninya nanti eits..jangan salah sangka, maksudnya menemani Kultum.Arahnya sengaja melewati rumah Pak Soman soalnya daerah disana terdapat tempat rumah-rumah yang dihuni para remaja cowok.Dan ditemukanlah sesosok Jeff. cowok yang sedang nongkrong di kursi depan rumah. sehingga Kak Fariz bisa melihatnya.Ya dia bisa dibilang jarang keluar rumah, dia pernah bilang kalau dirinya disebut introvert , jarang sekali wujudnya terpampang diluar. Sebelas duabelas lah sama Zain.Adapun Brivio jika mengajak bermain keluar dia selalu menolak beralasan sibuk. “Assalamu’alaikum”, Salam Fariz kemudian disambut hangat oleh Jeff,“Wa’alaikumussalam, Apa kabar kak?”. Semestinya ia bisa melihat kan kondisi Fariz saat ini, obrolan basi yang menjadi basa-basi tak semesti, apasiiiiiiii.Di lain Tempat, te
Tepat pada siang hari, dimana matahari tampak memancarkan aura ganasnya membuat orang-orang yang berlalu lalang dibuat gerah karena terguyur keringat di sekujur tubuhnya.Belum lagi wajah mereka yang memerah akibat terik cahaya dari sang surya yang menjadikan hari itu cuacanya sungguh panas tingkat dewa.Dengan wajah tampak beringas. Dia berjalan menuju Masjid yang hanya beberapa blok dari area rumah sambil menyibak kertas sesekali untuk menyejukan badan kemudian memandangi area sekitar. “panas banget hari ini”,kondisi luar kian sepi, sepertinya orang-orang enggan untuk keluar rumah apakah mungkin inisiatifku ini didengar mereka?Begitulah kira-kira 3 hari perjuangan Zain mengajak kawan-kawan komplek nya untuk memperbaiki akhlak.Maksudku, setidaknya meramaikan masjid yang sepi dari anak-anak remaja masjid yang berada di komplek blok M.salah satu masjid yang bisa di bilang tidak memiliki remaja m
Waktu yang paling nyaman serta aman itu adalah sendiri. Ya, sudah seminggu atas kabar kak Fariz dibawakan ke rumah sakit akibat pembengkakan di kakinya, kegiatan kami yang semula akan aktif terhenti sejenak.Tepat Di Hari minggu setelah Zain memutuskan untuk tidak mengikuti acara rekreasi keluarga besar dan lebih memilih rekreasi di rumah sambil bermalas-malas sangat menyenangkan rasanya.Walaupun lebih memilih tetap tinggal dirumah, tetap saja tugas rumah menantiku untuk bertumbuk sehingga energiku akan terkuras juga.Kalau saja bukan soal komputer baru—nghh…ah gapapalah hitung-hitung mengisi waktu luang.Kata bunda anak lelaki itu juga harus tau betapa beratnya pekerjaan wanita di rumah, nah mumpung kamu dirumah mending bantuin selesain tugas-tugas bunda biar pas bunda pulang kan enak, ya perkataanya teringat betul di gendang telingaku.Namun, bukan Zain kalau tidak meminta imbalan komputer baru haha.  
Seseorang pernah berkata kepadaku, tulislah jika ingin menulis.Semua cerita bisa kamu tuangkan dalam sebuah bentuk tulisan yang kamu ciptakan, tak terkecuali peristiwa serta kejadian yang pernah dialami.Lambat laun manusia pasti akan menua. Dalam artian bukan tua, melainkan mereka tumbuh menjadi pribadi kuat.Dimana kuat bertempur dalam lingkungan pergaulan baru, kuat menghadapi masalah, serta kuat menerimanya, begitupun hal semacam lainnya.Setiap kisah selalu punya makna.“Genggam pena catat peristiwa”Begitulah kalimat spontanitas yang dilontarkan pemuda-pemudi yang jauh kulihat namun bisa ku pandang wujudnya, dilihatnya sambil membawa bendera kebangsaannya.Semangatnya 45, teriaknya sungguh menembus gendang telingaku. Kalau saja pisau yang menjadi deskripsi sebuah teriakan itu, mungkin ku sudah tertusuk.Dan cerita pun berakhir.Terbesit dalam sanubariku, ada hal ganjal dingatan.Bukan mereka, na
Perjuangan dilewati dengan berkorban.Penurut, kreatif, penuh semangat, mungkin tidak salah pula jika dikatakan rupawan. Semua ada pada Zain, menjadi calon sejarawan baginya merupakan sebuah hasil usaha dan kemampuannya.Sejak ia mencoba mengajukan rapot nilai hasil kelulusannya dua tahun lalu.Zain bukan satu-satunya seseorang yang tak sesempurna dibayangkan di lingkungannya, semenjak di bangku madrasah tsanawiyah (Mts) , Zain yang penurut hanya memenuhi semua kebutuhan yang terbaik untuk dirinya ditangan orangtua.Tidak jarang, keinginannya selalu ia batalkan karena fikiran negatifnya selalu menghantui jika ia melangkah sendiri.Semua orang bangga pada Riri, begitu juga Zain. Ingatkanku kembali di masa dimana Riri, ia sesosok sebagai perempuan yang pintar juga optimis.Selain bertetangga, Zain dan Riri juga merupakan teman sekelas di waktu SMA, jika jam sekolah berakhir, tak jarang mereka pulang bersama.Kami berkenalan sepintas dis
“Bukannya lu itu nggak jadi putus? Kok malah dibilang mantan?”, Tanya Azka pada Brivio. mereka ada di sisi depan meja. Atmosfer kini mengelilinginya saat ditanya perihal hubungannya dengan sang perempuan yang dibilang mantan oleh Farel.Namanya Atla. Bisa dikatakan ialah cinta pertamanya. Sewaktu dibangku madrasah tsanawiyah (MTs) pertemuan mereka yang singkat pada ujian nasional ternyata menimbulkan suatu getaran asmara diantara keduanya.Laki-laki bertubuh gembul itu merupakan anak dari Ustad di tempat sekolahnya di MTs, Ya, Brivio memang dikenal laki-laki yang mengumbar pesona. maksudku populer. bagaimana tidak? Hampir semua kalangan area tempat perempuan mengenali Brivio. Tak heran ia selalu dicurigai banyak pengintai guru-guru BK namun sejauh ini, Nyatanya belum ada sesuatu kasus pun menimpa Brivio.Hanya saja, saat ujian nasional dimana para murid akhi dan ukhti bercampur sehingga beberapa diantaranya mengambil kesempatan disitu, pada momen selesainy
Aku seperti berada dalam tempo hari yang cukup cerah. Secerah matahari juga hati Jefri saat sekarang ini. Perjalanan kami belum saja tuntas, aku termenung memikirkan surat yang berisi denah lokasi pesantren. Karena mereka masih memenuhi energi untuk berkeliling, maka setelah ke Masjid Sang Cipta Rasa selesai berbuah manis. Tak lama kemudian kami pun menyusuri daerah Pesantren Azzikri untuk dikunjungi.“antum Lurus saja.. ka sana. A…nanti ada perempatan beloklah ke kanan”, ujar bapak-bapak yang kami temui di jalan.Kami mengangguk dan kembali menyusuri jalan. Sekitar waktu 25 menit hampir setengah jam, mobil melaju penuh kebingungan menyesuaikan arah yang benar pada lokasi denah yang tertulis,Belum lama ini aku baru saja mengetahui adanya Pesantren di kawasan ini, Farel mungkin sudah bisa ketebak bahwasannya dia punya pengalaman sewaktu kecil disana, Farel menjelaskan dirinya itu yang pernah tinggal di Pesantren berumur 5 tahun. Semua orang yang ber
“silahkan duduk”, ucap seorang Pria paruh baya tersebut. rupanya beliau adlah Adik kandung dari Fathur, beliau bernama Andi. Wajahnya ternyata agak terlihat lebih muda dari biasanya kulihat waktu itu.Tapi sekilas mirip, seperti saudara kembar seiras.Kami dibawa ke sebuah kantoe miliknya. Santri yang membawa Kami pamit pergi dan meninggalkan Kami dengan Kak Andi di ruangannya.Dengan tampak canggung, banyak diantara Kami diam. Bingung ingin membahas apa. Alhasil Kak Andi membuka suaranya dan memulai sebuah Topik pembicaraan.“Apakah ada kendala untuk, perjalanan menuju tempat ini?”, Tanya nya kepada Kami. Menoleh sebagian dari pada Kami. “tidak ada kak, justru kami sangat antusias karena bisa ditawarin untuk main ke Pesantren”. Jawabnya Farel.Zain memainkan manik matanya, Beliau terlihat sedikit mengenal sosok Farel hanya saja agak lupa darimana, ia mencoba membantunya mengingat siapatau beliau mengetahui Farel yang dulu
Gadis itu kali ini berputar-putar sambil memadangi kartu itu selayaknya dunia milik dia dan kartu itu…beberapa orang yang melihat terkadang tertawa dan mengherankan dengan tingkah yang dilakukan Viaa saat ini, aneh,aneh,aneh,aneh,aneh.“neng otaknya geser ya, sini ibu cari orang yang lain saja”.“eh jangan bu, saya kenal orangnya sayang kalau ibu kasihin ke yang lain dan dia gatau orangnya susah loh bu”.“oh yaudah”. Jam 18:00 WIBTibalah Buka Puasa…Bersyukur Via sudah pulang tepat waktu, ia bisa menyantap makanan di rumah.Kali ini Via membawa temannya dari kampus, namanya Thea.Sebenarnya mereka udah saling kenal sejak SMP.Berhubung sudah waktunya jam Berbuka puasa, alhasil Via menawari sahabatnya tersebut untuk makan dirumah dan Thea akan bermalam juga disana, hitung-hitung merayakan hari libur kuliah.Di sela-sela makan, mereka berbincang.
18:00 WIBSelesailah kegiatan kampus hari ini, sungguh hari-hari yang begitu sibuk dengan ditambah mengikuti kumpulan kajian ukm jurnalistik. Tumben apa Via rajin minggu ini. Ya mungkin saja Via sedang mencoba fokus pada kegiatan jurnalis daripada mata kuliah begitu menyulitkan.Mungkin saja jika waktu memihak pada Via tuk menjadi Reporter di yang akan datang sungguh pasti seru bukan.Matahari sudah terbenam otomatis langit pun bentar lagi akan gelap, kali ini dia akan pulang ke rumah dengan membawa motor. Untuk pertama kalinya Via mengendarai motor pada suasana malam.Yaela motornya nyempilBakalan susah diambil nihTepat di parkiran motor, terlihat Via yang sedang kebingungan akibat banyaknya motor yang memakirkan di dekat motornya sehingga terperangkap dan sulit keluar. Jalan satu-satunya ialah memindahkan motor-motor tersebut satu per satu.Suwe lahCoba Via berotot dah Via angkat tuh motor“Neng ada yang
***Kelas free karena dosen gak datang alhasil Ributnya kelas membuat Riri tak konsen merangkum matkul pagi ini di jam pertama yaitu mata kuliah ilmu sejarah. Cewek dengan lagak agak Tomboy itu heran sama kelas Riri sendiri santuy banget ngadepin tugas-tugas dari dosen yang kalau diitung entah itu seberapa Riri lupa lagian Riri sengaja dilupain biar tau rasa tuh tugas di kacangin wkwkwkwk.Bobrok nya bisa dibilang tidak jauh berbeda sama sekolah jaman SMA Riri dulu..akhhh..jadi gabisa move on nih walaupun Riri hanya sebagai pelaku figuran di setiap moment-moment seru di kelas tapi sekiranya Riri banggalah punya kelas penuh kenangan itu, kenangan bareng genk gue nya doang yaiyalah.“Tringtringtring”“aciee bebebbb nelpon tuh diangkatlah”. Temen-temen menyoraki Jiselle, palingan itu Betrand yang nelpon ucap Riri dalam batin.Nasib jadi single sejak lahir menjadikan Rriri sudah terbiasa dalam situasi seperti ini. Tahukah anda?terka
Di suatu hari pada Ramadhan yang baru tiba, tepat pada posisi cewek nelangsa disana. Rriri dan beberapa benda disekitarnya seperti pulpen, buku yang selalu aku corat-coret entah apa yang Riri tulis, Riri terus memenuhi lembar kosong kertas itu serta sesekali mengutak-ngatik hape untuk mengetahui banyaknya notifikasi yang masuk. namun hanya beberapa yang penting lalu Riri tutup kembali. televisi yang sekarang menemani kesendiriannya yang Riri putar siaran kartun, ya.... karena Riri suka kartun sampai sekarang. sebelas duabelas tidak jauh dengan Zain."males banget"tulisannya saat ini tidak teratur membuatnya malas menulis entah karena kehabisan ide atau apa Riri beralih mengenggam hape dan melihat beberapa grup yang belum sempat nya baca hemm... seperti sengaja tidak Riri baca-baca.yang pertama terdapat grup sebuah organisasi yang Riri masuki sewaktu semasa sekolah SMA Riri dulu,"sudah 400 lebih notifikasi grup ini""lebih
malam hari adalah malam yang paling asyik untuk kita merenungkan sesuatu pada hari esok.Ya yang kutahu malam ini penuh dengan bintang yang bersinar, tentu banyak disana berjejeran.“waw sungguh mereka beruntung bisa bersama-sama”Tak lama gadis itu mulai terhanyut pada khayalan yang entah kenapa terus menghatuinya minggu-miggu ini. Persis seperti kamar nobita yang dimana meja belajarnya dekat dengan jendela. Begitupun Viagatha.Viagatha atau bisa kita panggil dengan panggilan Via, sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan deadline pada 3 hari dari sekarang, Tugas sastra yang Via sukai lantas tak membuatnya harus bersemangat malam ini untuk ia selesaikan, bagaimana bisa sebuah ide memaksa masuk dalam sekejap. Apakah hasilnya akan maksimal?“Viiii makan, turun sini ada steak tempe”, teriak sang abang dari bawah tangga.Seleras Via mengucap “iya duluan bang, nanti Via turun bentar lagi”, Ucapnya bentar yang dimaksudkan entah
Jujur kalau harus jujur Zain bosan setengah mati jalan-jalan ke tempat ini. Satu, menurutku sih , tempat belanjanya tidak recommended. Ya, semua itu bisa juga kamu dapatkan di pasar okodomi. Pasar yang selalu rame, setiap harinya. Makanya Zain tidak menyukainya. Kedua, kamu akan melihat orang orang yang berteriak sana-kemari dari mulai penjual yang menjual barangnya serta pembeli yang rewel akan penawaran kepada penjual yang beda jauh banget.Tapi…ya maafkan hobi main bermain atau rebahan dirumah harus Zain hentikan sekarang. tak kerasa rasanya hari sudah Zain lewati selama sebulan penuh, dan sekarang bulan ramadhan datang juga. Seperti pada umumnya, di hari pertama untuk menyambut bulan ramadhan keluarga Zain berbelanja untuk kebutuhan berbuka dan sahur. Karena tadi malam kami berdiskusi dimana kami akan berbelanja, akhirnya diskusi tadi malam dimenangkan oleh ayah. beralasan menghemat perekonomian , meskipun begitu pasar adalah destinasi utama untuk berbelanja bahan ma
Zain keluar dari ruangan pasien. dan melihat Riri duduk sendirian. Iryn sepupu dari Riri pun gak kelihatan. Cowok itu langsung memindai pemandangan disana. Bahkan Brivio,Azka pun juga tak Nampak batang hidungnya. Mungkin Riri lagi nungguin mereka buat masuk bareng, atau yang lain nanti nyusul karena mereka kebelet ke WC secara bersama-sama. tapi nyatanya, Riri juga sedang kebingungan sendiri sekarang.Zain langsung tak segan bertanya dengan perempuan yang terlihat kebingungan itu. Mumpung Farel masih di dalam dan Zain sudah keluar terlebih dulu. Kondisi di dalam juga lumayan nyaman walau Zain ingin menengok keluar akhirnya. Nggak pakai acara duduk dulu ke bangkunya buat istirahat, Zain buru-buru deketin Riri.“Ri”Riri, yang lagi tenggelam dalam pikirannya di sanubarinya pada koridor ruangan pasien sampai langsung ngangkat kepalanya menoleh. Dia beneran kaget, soalnya Zain tau-tau udah berada di depan hadapannya. Udah gitu suaranya menganggetkan banget. Ka
Jam 13:30 WIB.Setelah menunggu mobil jemputan tiba dan kami berangkat saat itu juga, dengan perjalanan sekitar tiga puluh menitan, akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Ya,memang jarak dari lokasi rumah kami ke Rumah Sakit agak jauh, karena daerah rumah kami itu hanya dekat dengan puskesmas, adapun rumah sakit tetapi bangunannya sedang direnovasi, ada pula yang tak berpenghuni alias terbengkalai tak terawatt. Yang kalau kita uji nyali malam-malam bakal rame sejagad.Jarang sekali rasanya Zain mengunjungi ke tempat itu, ya sebaiknya jangan sampai terjadi menimpanya atau orang terdekatnya. Seperti diketahui, ia termasuk pertama kali datang ke rumah sakit menjenguk seseorang, biasanya sih Cuma menjenguk orang tuh di rumahnya itupun sakitnya karena masih bisa diwajarkan. Jadi sekarang Zain dibilang antusias pun mustahil soalnya juga ini adalah kabar buruk yang nggak mesti di gegerkan.Mobil melaju ke sisi tepat depan pintu utama Rumah Sakit Raya Agung, Kami diturunkan d
Iryn bersandar ke pepohonan dekat rumah. Menatap Brivio yang mau lewat dari hadapannya. Dan ternyata dia ingin menemui cewek yang sedang bersandar itu, Iryn memberikan sorot malas lalu menguap.“aku habis collab sama anak youtub, ngajinya pagian aja ya”.“emang aku ngajak kamu ngaji? Bukan, aku mau minta alamat rumah sakit itu”, ungkap cowok gembul yang terheran-heran walau sebenarnya dia ketawa dalam hati.“Raya Agung? Ohh bilang dong daritadi, nih”, Iryn merogoh ponsel yang berisi alamat rumah sakit itu.“oke makasih”, Brivio menjawab. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya ke depan sehingga meninggalkan Iryn yang ada di hadapannya. Iryn tampak memasang muka kesal karena orang itu nggak ada basa-basi sama sekali, “tunggu dulu bentar”.Brivio menengok, mengetahui dirinya dipanggil kemudian ia berjalan mundur menemui sang pemanggil, “kenapa?”.“ah iya. Aku ada kenalan teman p