Beranda / Romansa / Anak Anak Muda / 04 : Bertemu dengan Fathur

Share

04 : Bertemu dengan Fathur

Penulis: MilkPink
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-10 14:30:46

Waktu yang paling nyaman serta aman itu adalah sendiri.  

Ya, sudah seminggu atas kabar kak Fariz dibawakan ke rumah sakit akibat pembengkakan di kakinya, kegiatan kami yang semula akan aktif terhenti sejenak.

Tepat Di Hari minggu setelah Zain memutuskan untuk tidak mengikuti acara rekreasi keluarga besar dan lebih memilih rekreasi di rumah sambil bermalas-malas sangat menyenangkan rasanya.

Walaupun lebih memilih tetap tinggal dirumah, tetap saja tugas rumah menantiku untuk bertumbuk sehingga energiku akan terkuras juga.

Kalau saja bukan soal komputer baru—nghh…ah gapapalah hitung-hitung mengisi waktu luang. 

Kata bunda anak lelaki itu juga harus tau betapa beratnya pekerjaan wanita di rumah, nah mumpung kamu dirumah mending bantuin selesain tugas-tugas bunda biar pas bunda pulang kan enak, ya perkataanya teringat betul di gendang telingaku.

Namun, bukan Zain kalau tidak meminta imbalan komputer baru haha.     

Seperti kata Farel, "yakali kita gak Dateng, kan aku yang ngebersihin semuanya, rugi kali kalau ketinggalan takjil” anggap si takjil ini bingkisan hadiah dari ngebersihin rumah.

I can hear calling~

Bunyi ponsel Zain tersebut berdering dan diangkatnya sesaat selesai beberes sehabis mandi.

Dengan tangan yang sudah ia keringkan menggunakan handuk, melihat layar ponsel tertulis Riri memanggil,

“assalamualaikum ya halo Ri?”, tanyanya kepada sesosok yang di telpon yakni Riri. 

Riri adalah salah satu teman yang kebetulan satu kampus serta fakultas dengan Zain, di kampus pun jurusan kami sama, itulah membuat kami menjadi akrab karena Riri yang notabene mahasiswi kunang-kunang meluangkan waktunya untuk berbincang dengan Zain yang notabene (kebalikan darinya). 

“zen, bisa ke Taman Bima sekarang? aku mau rundingin sesuatu nih soal kelompok”, katanya.

kelompok belajar Zain yang di pilih oleh Dosen sejarah kami yakni Yona tujuannya tak lain dan bukan untuk tugas mata kuliah, sifat nya sih ibarat kata sunnah.

Sebenarnya rada malas, Tapi karena Riri mendorongku untuk ikut jadilah sekarang.

“em..bisa kok gimana sama yang lain?”

Zain memastikan dirinya untuk tidak terlibat tugas ini berdua, maksudku agar tugas ini selesai sebelum waktunya.

“aku baru kabarin Brivio katanya dia bisa, Cuma rada telat gitu. Kalau yang lain coba tolong lo hubungin ya”.

“Jefri, Farel, Yasmin, sama Azka kan?”, Tanya ku yang sempat sempat berpikir kemudian memastikan.

“bukannya Jefri nggak bisa Zen?”, Tanyanya dengan nada heran cewek itu.

Tampak tidak yakin pada anak itu. Ah Jefri selalu menjadi arahan yang kurang pasti oleh teman-teman sekitar, wajarlah Riri tak menaruh banyak permohonan dengannya padahal dia bisa diandalkan sebenarnya kalau saja sifat malasnya dibuang.

Jika itu terjadi mungkin terpaksa Zain mencari target lain.

Riri kembali bercakap di telpon sebelumku menjawab, “Zen, ternyata mereka udah kesini, entah mungkin dihubungin Brivio kali, aku tutup telpon dulu, kita tunggu ya”.

“oke Ri, gak lama nanti datang”.

***

Sekitaran 15 menit pun Zain datang dengan membawa sepeda motor, tentu selain untuk menghemat ongkos juga untuk menghemat tenaga yang sudah terkuras banyak akibat beberes rumah, dirinya yang bisa mengendarai kendaraan sudah cukup terbiasa jalan kelak-kelok menuju Taman Bima.

Tempat tangkringan andalannya anak hitz yang katanya hampir terbilang hutan buatan haha soalnya untuk kesana butuh lewatin pohon lebat, jalan yang tertutupi rerumputan, dan satu lagi yakni becek.

“assalamualaikum teman-teman”, salamku kepada mereka yang tengah asik ricuh disana.

“jangan liatin dong gua jadi ga ada ide ngetik kalo diliatin terus”, keluh Yasmin terhadap Brivio yang liatin isi laptop terus menerus.

“ya ya oke lanjutin, gua ga akan liat sok”, Ujar Brivio yang beralih dari laptop Yasmin dan memakan pastel yang berada diatas meja. 

“ituloh si Yasmin itu lagi buat kek semacam….”,  sahut Azka yang ikut nyerocos gak jelas terus melanjutkan kalimatnya dengan bertanya, “semacam apa tuh min?”, kan memang Azka tuh sok asik anaknya.

“tayi”.

“ASSALAMUALAIKUM WOI”, Zain kembali salam moga kali ini di ladenin.

“WAALAIKUMUSSALAM”, sahut mereka akhirnya.

Begitulah yang terjadi jika kami berkumpul hasilnya bakalan ribut tapi memang dasarnya sifat para pelajar seperti itu bukan—haha

Zain datang.

Riri langsung menghampirinya mengambil laptop dari genggaman Yasmin, dia perlihatkan kepada cowok yang dihampirinya, Nampak raut kesal yang tertuang pada wajah Yasmin, Azka cengengesan di sampingnya.

“lihat deh zen, jadi kemaren aku iseng buat desain rumah, em..lebih tepatnya ruangan kamar tidur gitu, kamu ingat kan konsep rumah aku yang pernah aku ceritain dan kamu suka?”, Zain menatap temannya itu heran dan ngebatin loh

kok jadi bahas rumah.

Ngomong-ngomong soal Rumah Riri, waktu itu dia memang bercerita dan aku sangat menyukainya, terakhir sejak kelulusan SMA Zain berkunjung kesana.

Desainnya begitu tertata katanya waktu aku Tanya dia menyewa seorang desain interior asal Jepang, anak dari teman kenalan papahnya.

Oh ya maksudku mahasiswa lulusan desain interior yang blasteran Indo dan Jepang, Namanya Yuta.

Katanya Yuta itu berkenalan baik dengan Riri jadi bisa dibilang jarak antara mereka seperti adik dan kakak.

Kemudian hal perlu diketahui bahwasannya antara Papahnya tersebut adalah teman sekampung dikala sewaktu Riri belum lahir, bisa dibilang teman seperjuangan deh.

Aku terus menyimak Riri saat menceritakan itu, wajahnya terlihat bahagia dan senang, saat Aku Tanya lebih mendalam tentang Yuta dan Desain, mata nya bersinar bak bola lampu di sekitaran café di malam hari.

Dia bersemangat sekali saat dalam keadaan ini Aku sungguh menikmati.

Tapi..tujuannya Riri tunjukin ke Zain apaan, Zain terkekeh.

Kemudian datanglah Jefri.

Ya, dia terlambat walaupun lewat 15 menit, jadilah suasana rundingan akan dimulai.

Hampir selama setengah jam kami berbincang-bincang soal apa yang harus kita perbuat dalam tugas dokumentasi ini, karena perintah dari ibu dosen Yona untuk meliput sebuah tempat kuno atau disebutnya mengunjungi pusat wisata religius.

Ide Riri kami penuhi, katanya sistemnya nanti bakal seperti sebuah acara berita seperti layaknya di tivi jadi Alangkah baiknya kita membagi tugas dengan siapa yang menjadi Presenter, pewawancara, penulis serta cameramen.

Ini akan terlihat asyik bagiku. Baik, untuk pembagiannya antara lain Zain dan Riri menjadi presenter, pewawancara yakni Azka, penulis yakni Yasmin dan Jefri serta Brivio terlibat pengambilan gambar alias cameramen,

Tersisa Farel dia menjadi tukang bantu membeli makanan dikala kami lelah nanti. nah impas kan.

“presenter cara kerja gimana weh, enak banget si Farel Cuma ngurus makanan”, omel Brivio dengan lantangnya menandakan protes.

Brivio orangnya susah diatur, maunya sekarepnya sendiri, kalau ada orang yang lelah ringan kerjaannya Brivio ini agak iri.

Tapi sekedar informasi bahwasannya Brivio ini selalu nurut perkataan nya Zain entah kenapa bisa begitu, soalnya Zain pasti punya caranya sendiri buat ngatur sesuatu dan itu sering berjalan mulus, ya bisa jadi fikirnya begitu.

“ini Zain yang maulah, cameramen ya kerjanya nyorot gambar Bri..kan lu ahli dalam pernyorotan tuh”, ujar Azka.

Zain menggeleng-geleng melihat tingkah kedua temannya tersebut, tidak ada protes lagi, akhirnya perundingan ini diakhiri. Mereka satu per satu pulang dari tempat tkp.

Saat ingin beranjak pulang, Motor Zain terjadi sesuatu kali ini, nasib sial menimpanya untung saja belum memulai perjalanan, motor yang dipakainya Ban bocor.

Riri langsung mendatangi Zain yang sedang terlihat gelisah karena motor yang akan ditumpangi bermasalah secara mendadak, empatinya tumbuh dan bertanya,

“kempes bannya?”.

“iya nih, padahal waktu tadi ngga kenapa-napa”, insting Zain berkata, pasti akibat ranting di pepohonan yang di tebang bapak-bapak tadi.

Mungkin ngga ya, kalau Zain minta ongkos buat balik ke rumah, sebelumnya sangat mustahil sih yang ada malu-maluin dah. Riri, iya tau baik, tapi kan tengsin dong secara Zain ini kan harus jaga image pada orang yang ditaksir, siapalagi kalau bukan Riri.

“motornya nginep aja dulu disini biar aku nanti minta tolong mamang bengkel pasang ban nya”, Jawab Riri. Matanya mengintai-ngintai motor Zain.

Setelah itu pandangan teralih pada Yasmin yang berlarian mengejar Brivio, cowok tersebut Nampak mencuri kue cubit miliknya ketika dilihat mulutnya terisi kue cubit sehingga membuat pipi chubby nya makin tembem.

Rasanya ingin mencubit pipi Brivio, “Pio, kue cubit gua jangan lu abisin. aku beli harus nunggu open po dulu dan itu lamaaa”, Teriak Yasmin disambut tawanya yang melihatnya.

“apasi nyed, kue cubit ini gua abisin aja tereaknya sampe segitunya”.

“pokoknya lu harus pesenin buat gua, asli gasuka sama abang penjualnya. Kang caper”, ujar Yasmin yang tampak ingin mengutuk anak gembul itu.

Datanglah Farel, sedangkan Riri terdiam disamping motornya Zain.

Farel pun melihat keberadaan Zain, sepertinya dia mengetahui kenapa Zain belum beranjak pergi terlihat Bannya yang memang jelas bocor, “nasib sial hari ini”, sahut Riri yang dibalas iya dari Farel.

“beliin ban biar sial ku hilang hari ini haha”, Zain.

“wanni piro”, Farel menjawabnya santuy.

“gua pengen pulang nih, aduh mami belum jawab pesan chat gua”, Yasmin terlihat gelisah.

Riri menatapnya kemudian merogok ponsel di saku celananya dan meminjamkannya pada Yasmin,

“telpon pake ponsel ku aja”.

Zain menatap Jefri yang melihat pandangan di area halaman pada sisi jalan, tidak ingin banyak pertanyaan menyelimuti.

Kendati yang dilihat bingung Jefri memutar arah memastikan jawabannya tak keliru,

“zen, bukannya bapak itu yang kita temui di masjid ya?”. Zain terkejut dengan Bapak yang mengenakan seragam dan terlihat menyapu jalanan.  

Terlihat penasaran,

“Jef, sepertinya kita harus temui pada bapak itu sekarang”.

Bab terkait

  • Anak Anak Muda   05 : Sebuah Mobil Mewah

    Seseorang pernah berkata kepadaku, tulislah jika ingin menulis.Semua cerita bisa kamu tuangkan dalam sebuah bentuk tulisan yang kamu ciptakan, tak terkecuali peristiwa serta kejadian yang pernah dialami.Lambat laun manusia pasti akan menua. Dalam artian bukan tua, melainkan mereka tumbuh menjadi pribadi kuat.Dimana kuat bertempur dalam lingkungan pergaulan baru, kuat menghadapi masalah, serta kuat menerimanya, begitupun hal semacam lainnya.Setiap kisah selalu punya makna.“Genggam pena catat peristiwa”Begitulah kalimat spontanitas yang dilontarkan pemuda-pemudi yang jauh kulihat namun bisa ku pandang wujudnya, dilihatnya sambil membawa bendera kebangsaannya.Semangatnya 45, teriaknya sungguh menembus gendang telingaku. Kalau saja pisau yang menjadi deskripsi sebuah teriakan itu, mungkin ku sudah tertusuk.Dan cerita pun berakhir.Terbesit dalam sanubariku, ada hal ganjal dingatan.Bukan mereka, na

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Anak Anak Muda   06 : Dokumentasi

    Perjuangan dilewati dengan berkorban.Penurut, kreatif, penuh semangat, mungkin tidak salah pula jika dikatakan rupawan. Semua ada pada Zain, menjadi calon sejarawan baginya merupakan sebuah hasil usaha dan kemampuannya.Sejak ia mencoba mengajukan rapot nilai hasil kelulusannya dua tahun lalu.Zain bukan satu-satunya seseorang yang tak sesempurna dibayangkan di lingkungannya, semenjak di bangku madrasah tsanawiyah (Mts) , Zain yang penurut hanya memenuhi semua kebutuhan yang terbaik untuk dirinya ditangan orangtua.Tidak jarang, keinginannya selalu ia batalkan karena fikiran negatifnya selalu menghantui jika ia melangkah sendiri.Semua orang bangga pada Riri, begitu juga Zain. Ingatkanku kembali di masa dimana Riri, ia sesosok sebagai perempuan yang pintar juga optimis.Selain bertetangga, Zain dan Riri juga merupakan teman sekelas di waktu SMA, jika jam sekolah berakhir, tak jarang mereka pulang bersama.Kami berkenalan sepintas dis

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Anak Anak Muda   07 : Yasmin yang terjatuh

    “Bukannya lu itu nggak jadi putus? Kok malah dibilang mantan?”, Tanya Azka pada Brivio. mereka ada di sisi depan meja. Atmosfer kini mengelilinginya saat ditanya perihal hubungannya dengan sang perempuan yang dibilang mantan oleh Farel.Namanya Atla. Bisa dikatakan ialah cinta pertamanya. Sewaktu dibangku madrasah tsanawiyah (MTs) pertemuan mereka yang singkat pada ujian nasional ternyata menimbulkan suatu getaran asmara diantara keduanya.Laki-laki bertubuh gembul itu merupakan anak dari Ustad di tempat sekolahnya di MTs, Ya, Brivio memang dikenal laki-laki yang mengumbar pesona. maksudku populer. bagaimana tidak? Hampir semua kalangan area tempat perempuan mengenali Brivio. Tak heran ia selalu dicurigai banyak pengintai guru-guru BK namun sejauh ini, Nyatanya belum ada sesuatu kasus pun menimpa Brivio.Hanya saja, saat ujian nasional dimana para murid akhi dan ukhti bercampur sehingga beberapa diantaranya mengambil kesempatan disitu, pada momen selesainy

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Anak Anak Muda   08 : Berkunjung ke Pesantren

    Aku seperti berada dalam tempo hari yang cukup cerah. Secerah matahari juga hati Jefri saat sekarang ini. Perjalanan kami belum saja tuntas, aku termenung memikirkan surat yang berisi denah lokasi pesantren. Karena mereka masih memenuhi energi untuk berkeliling, maka setelah ke Masjid Sang Cipta Rasa selesai berbuah manis. Tak lama kemudian kami pun menyusuri daerah Pesantren Azzikri untuk dikunjungi.“antum Lurus saja.. ka sana. A…nanti ada perempatan beloklah ke kanan”, ujar bapak-bapak yang kami temui di jalan.Kami mengangguk dan kembali menyusuri jalan. Sekitar waktu 25 menit hampir setengah jam, mobil melaju penuh kebingungan menyesuaikan arah yang benar pada lokasi denah yang tertulis,Belum lama ini aku baru saja mengetahui adanya Pesantren di kawasan ini, Farel mungkin sudah bisa ketebak bahwasannya dia punya pengalaman sewaktu kecil disana, Farel menjelaskan dirinya itu yang pernah tinggal di Pesantren berumur 5 tahun. Semua orang yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Anak Anak Muda   09 : Hari yang Kusuka

    “silahkan duduk”, ucap seorang Pria paruh baya tersebut. rupanya beliau adlah Adik kandung dari Fathur, beliau bernama Andi. Wajahnya ternyata agak terlihat lebih muda dari biasanya kulihat waktu itu.Tapi sekilas mirip, seperti saudara kembar seiras.Kami dibawa ke sebuah kantoe miliknya. Santri yang membawa Kami pamit pergi dan meninggalkan Kami dengan Kak Andi di ruangannya.Dengan tampak canggung, banyak diantara Kami diam. Bingung ingin membahas apa. Alhasil Kak Andi membuka suaranya dan memulai sebuah Topik pembicaraan.“Apakah ada kendala untuk, perjalanan menuju tempat ini?”, Tanya nya kepada Kami. Menoleh sebagian dari pada Kami. “tidak ada kak, justru kami sangat antusias karena bisa ditawarin untuk main ke Pesantren”. Jawabnya Farel.Zain memainkan manik matanya, Beliau terlihat sedikit mengenal sosok Farel hanya saja agak lupa darimana, ia mencoba membantunya mengingat siapatau beliau mengetahui Farel yang dulu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Anak Anak Muda   10. Pulang ke Rumah

    Usai berkunjung selesai Kami pulang dengan berpamitan. Sampai rumah pada sekitaran jam setengah lima. Zain berpamitan untuk pulang, dan yang lain juga ikut mengekor pulang ke rumah masing-masing. Sungguh hari yang menyenangkan.Zain sampai rumah. Sebelum membuka pintu, ia merogoh sakunya untuk mengambil kunci rumah cadangan yang di bawanya setiap bepergian ke luar, takutnya seisi rumah tidak ada orang, jadi dia antisipasi dengan membuat kunci duplikat yang saat itu ia pinjam dari bundanya. “cklekk..”,suara kunci membuka pintu rumah.Dan benar keadaan rumah tampak sepi. Kayaknya Via,Bunda, Abang serta Ayah sedang tidak berada di rumah. Sudah kuduga dirinya selalu saja ditinggali tanpa diberi kabar mereka pergi kemana. Zain melepas jaket yang terpasang di badannya. Ia selempangkan di atas tiang gantungan dekat laci ruang televisi. Lalu badannya ia lemparkan ke setumpuk bahan empuk yakni sofa. Ia rentakan kaki disana. Rebahan dimulai.Tepat setengah jam kedep

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Anak Anak Muda   11. Begadang

    Jam 00.00Zain masih terjaga. Belum tidur daritadi. Malam ini Zain begitu malas untuk beranjak dari sofa busa yang empuknya berkali-kali lipat dengan stiker bergambar boygrup andalan adiknya itu. Zain masih dengan merasa nyaman rebahan disana, nyaman pada posisi tidurnya. Walaupun Via masih jinkrak-jingkrak dengerin musik bahasa korea yang ia setel itu.Walaupun ruangan ini sekitar ukuran 5 x 5 meter tapi ya sekiranya kalau Zain masuk kamar bakalan gak kedenger suara dari ruang tivi. Bukan soal ukuran sih tapi kedap suara nya kamar Zain, ga masalah lagian lagunya adem, bisa sebagai pengantar tidur gitu, “dek judul lagunya apa?”. Tanyaku ngasal.“bye my first”, katanya. Lalu ia kembali lambaikan tangannya kayak semacam berkonser di tempatnya langsung.Ingatan Zain kembali melekat kalau ia setidaknya kembali merencakan kegiatan liburan Kuliah ini. Apalagi Ramadhan bentar lagi, tekadku bermalas-malasan harus di hilangkan dari sekarang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Anak Anak Muda   12 : Pada Hari itu

    Dulu. Selasa, 30 Juni 2015Mengingat Brivio, kini throwback Kembali membawa kenangannya di hari-hari kelulusan masa MTs berakhir. Dimana saat itu Atla adalah cinta pertamanya.Tepat di pagi hari yang masih agak gelap Brivio terbangun dari tempat tidur tanpa lihat jam Brivio udah nyimpulin kalo ini jam 5. mengingat bahwasannya dirinya absen ngaji malam karena tertidur pulas sehabis salat malam.Tindakan pertama yang Brivio lakukan adalah lempar guling favoritnya ke kursi, kadang Brivio lipet selimut dulu tapi kali ini kagak soalnya cowok gembul itu kebelet boker, terus habis itu wudhu dan solat subuh.Setelah kelar solat subuh, Brivio cek hape siapatau ada notif dari orangtuanya yang janjinya mau menjemputnya hari ini untuk pulang. Jadi… di hari-hari kelulusan para santri khusus pada kelas sepuluh diperbolehkan untuk memegang ponsel. Saat itu Brivio meminjam ponsel milik kakak-kakak penjaga asrama alias musrif.Hanya memantau pesan chat ora

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17

Bab terbaru

  • Anak Anak Muda   24 : (masih) Daily activity of Via

    Gadis itu kali ini berputar-putar sambil memadangi kartu itu selayaknya dunia milik dia dan kartu itu…beberapa orang yang melihat terkadang tertawa dan mengherankan dengan tingkah yang dilakukan Viaa saat ini, aneh,aneh,aneh,aneh,aneh.“neng otaknya geser ya, sini ibu cari orang yang lain saja”.“eh jangan bu, saya kenal orangnya sayang kalau ibu kasihin ke yang lain dan dia gatau orangnya susah loh bu”.“oh yaudah”. Jam 18:00 WIBTibalah Buka Puasa…Bersyukur Via sudah pulang tepat waktu, ia bisa menyantap makanan di rumah.Kali ini Via membawa temannya dari kampus, namanya Thea.Sebenarnya mereka udah saling kenal sejak SMP.Berhubung sudah waktunya jam Berbuka puasa, alhasil Via menawari sahabatnya tersebut untuk makan dirumah dan Thea akan bermalam juga disana, hitung-hitung merayakan hari libur kuliah.Di sela-sela makan, mereka berbincang.

  • Anak Anak Muda   23 : Daily activity of Via

    18:00 WIBSelesailah kegiatan kampus hari ini, sungguh hari-hari yang begitu sibuk dengan ditambah mengikuti kumpulan kajian ukm jurnalistik. Tumben apa Via rajin minggu ini. Ya mungkin saja Via sedang mencoba fokus pada kegiatan jurnalis daripada mata kuliah begitu menyulitkan.Mungkin saja jika waktu memihak pada Via tuk menjadi Reporter di yang akan datang sungguh pasti seru bukan.Matahari sudah terbenam otomatis langit pun bentar lagi akan gelap, kali ini dia akan pulang ke rumah dengan membawa motor. Untuk pertama kalinya Via mengendarai motor pada suasana malam.Yaela motornya nyempilBakalan susah diambil nihTepat di parkiran motor, terlihat Via yang sedang kebingungan akibat banyaknya motor yang memakirkan di dekat motornya sehingga terperangkap dan sulit keluar. Jalan satu-satunya ialah memindahkan motor-motor tersebut satu per satu.Suwe lahCoba Via berotot dah Via angkat tuh motor“Neng ada yang

  • Anak Anak Muda   22. (masih) teringat masa ngampus

    ***Kelas free karena dosen gak datang alhasil Ributnya kelas membuat Riri tak konsen merangkum matkul pagi ini di jam pertama yaitu mata kuliah ilmu sejarah. Cewek dengan lagak agak Tomboy itu heran sama kelas Riri sendiri santuy banget ngadepin tugas-tugas dari dosen yang kalau diitung entah itu seberapa Riri lupa lagian Riri sengaja dilupain biar tau rasa tuh tugas di kacangin wkwkwkwk.Bobrok nya bisa dibilang tidak jauh berbeda sama sekolah jaman SMA Riri dulu..akhhh..jadi gabisa move on nih walaupun Riri hanya sebagai pelaku figuran di setiap moment-moment seru di kelas tapi sekiranya Riri banggalah punya kelas penuh kenangan itu, kenangan bareng genk gue nya doang yaiyalah.“Tringtringtring”“aciee bebebbb nelpon tuh diangkatlah”. Temen-temen menyoraki Jiselle, palingan itu Betrand yang nelpon ucap Riri dalam batin.Nasib jadi single sejak lahir menjadikan Rriri sudah terbiasa dalam situasi seperti ini. Tahukah anda?terka

  • Anak Anak Muda   21 : Teringat masa Kampus

    Di suatu hari pada Ramadhan yang baru tiba, tepat pada posisi cewek nelangsa disana. Rriri dan beberapa benda disekitarnya seperti pulpen, buku yang selalu aku corat-coret entah apa yang Riri tulis, Riri terus memenuhi lembar kosong kertas itu serta sesekali mengutak-ngatik hape untuk mengetahui banyaknya notifikasi yang masuk. namun hanya beberapa yang penting lalu Riri tutup kembali. televisi yang sekarang menemani kesendiriannya yang Riri putar siaran kartun, ya.... karena Riri suka kartun sampai sekarang. sebelas duabelas tidak jauh dengan Zain."males banget"tulisannya saat ini tidak teratur membuatnya malas menulis entah karena kehabisan ide atau apa Riri beralih mengenggam hape dan melihat beberapa grup yang belum sempat nya baca hemm... seperti sengaja tidak Riri baca-baca.yang pertama terdapat grup sebuah organisasi yang Riri masuki sewaktu semasa sekolah SMA Riri dulu,"sudah 400 lebih notifikasi grup ini""lebih

  • Anak Anak Muda   20 : Cerita di Sahur Pertama

    malam hari adalah malam yang paling asyik untuk kita merenungkan sesuatu pada hari esok.Ya yang kutahu malam ini penuh dengan bintang yang bersinar, tentu banyak disana berjejeran.“waw sungguh mereka beruntung bisa bersama-sama”Tak lama gadis itu mulai terhanyut pada khayalan yang entah kenapa terus menghatuinya minggu-miggu ini. Persis seperti kamar nobita yang dimana meja belajarnya dekat dengan jendela. Begitupun Viagatha.Viagatha atau bisa kita panggil dengan panggilan Via, sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan deadline pada 3 hari dari sekarang, Tugas sastra yang Via sukai lantas tak membuatnya harus bersemangat malam ini untuk ia selesaikan, bagaimana bisa sebuah ide memaksa masuk dalam sekejap. Apakah hasilnya akan maksimal?“Viiii makan, turun sini ada steak tempe”, teriak sang abang dari bawah tangga.Seleras Via mengucap “iya duluan bang, nanti Via turun bentar lagi”, Ucapnya bentar yang dimaksudkan entah

  • Anak Anak Muda   19 : Quality Time

    Jujur kalau harus jujur Zain bosan setengah mati jalan-jalan ke tempat ini. Satu, menurutku sih , tempat belanjanya tidak recommended. Ya, semua itu bisa juga kamu dapatkan di pasar okodomi. Pasar yang selalu rame, setiap harinya. Makanya Zain tidak menyukainya. Kedua, kamu akan melihat orang orang yang berteriak sana-kemari dari mulai penjual yang menjual barangnya serta pembeli yang rewel akan penawaran kepada penjual yang beda jauh banget.Tapi…ya maafkan hobi main bermain atau rebahan dirumah harus Zain hentikan sekarang. tak kerasa rasanya hari sudah Zain lewati selama sebulan penuh, dan sekarang bulan ramadhan datang juga. Seperti pada umumnya, di hari pertama untuk menyambut bulan ramadhan keluarga Zain berbelanja untuk kebutuhan berbuka dan sahur. Karena tadi malam kami berdiskusi dimana kami akan berbelanja, akhirnya diskusi tadi malam dimenangkan oleh ayah. beralasan menghemat perekonomian , meskipun begitu pasar adalah destinasi utama untuk berbelanja bahan ma

  • Anak Anak Muda   18 : Sempat Curiga

    Zain keluar dari ruangan pasien. dan melihat Riri duduk sendirian. Iryn sepupu dari Riri pun gak kelihatan. Cowok itu langsung memindai pemandangan disana. Bahkan Brivio,Azka pun juga tak Nampak batang hidungnya. Mungkin Riri lagi nungguin mereka buat masuk bareng, atau yang lain nanti nyusul karena mereka kebelet ke WC secara bersama-sama. tapi nyatanya, Riri juga sedang kebingungan sendiri sekarang.Zain langsung tak segan bertanya dengan perempuan yang terlihat kebingungan itu. Mumpung Farel masih di dalam dan Zain sudah keluar terlebih dulu. Kondisi di dalam juga lumayan nyaman walau Zain ingin menengok keluar akhirnya. Nggak pakai acara duduk dulu ke bangkunya buat istirahat, Zain buru-buru deketin Riri.“Ri”Riri, yang lagi tenggelam dalam pikirannya di sanubarinya pada koridor ruangan pasien sampai langsung ngangkat kepalanya menoleh. Dia beneran kaget, soalnya Zain tau-tau udah berada di depan hadapannya. Udah gitu suaranya menganggetkan banget. Ka

  • Anak Anak Muda   17 : Menjenguk Fariz

    Jam 13:30 WIB.Setelah menunggu mobil jemputan tiba dan kami berangkat saat itu juga, dengan perjalanan sekitar tiga puluh menitan, akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Ya,memang jarak dari lokasi rumah kami ke Rumah Sakit agak jauh, karena daerah rumah kami itu hanya dekat dengan puskesmas, adapun rumah sakit tetapi bangunannya sedang direnovasi, ada pula yang tak berpenghuni alias terbengkalai tak terawatt. Yang kalau kita uji nyali malam-malam bakal rame sejagad.Jarang sekali rasanya Zain mengunjungi ke tempat itu, ya sebaiknya jangan sampai terjadi menimpanya atau orang terdekatnya. Seperti diketahui, ia termasuk pertama kali datang ke rumah sakit menjenguk seseorang, biasanya sih Cuma menjenguk orang tuh di rumahnya itupun sakitnya karena masih bisa diwajarkan. Jadi sekarang Zain dibilang antusias pun mustahil soalnya juga ini adalah kabar buruk yang nggak mesti di gegerkan.Mobil melaju ke sisi tepat depan pintu utama Rumah Sakit Raya Agung, Kami diturunkan d

  • Anak Anak Muda   16 : Janjian

    Iryn bersandar ke pepohonan dekat rumah. Menatap Brivio yang mau lewat dari hadapannya. Dan ternyata dia ingin menemui cewek yang sedang bersandar itu, Iryn memberikan sorot malas lalu menguap.“aku habis collab sama anak youtub, ngajinya pagian aja ya”.“emang aku ngajak kamu ngaji? Bukan, aku mau minta alamat rumah sakit itu”, ungkap cowok gembul yang terheran-heran walau sebenarnya dia ketawa dalam hati.“Raya Agung? Ohh bilang dong daritadi, nih”, Iryn merogoh ponsel yang berisi alamat rumah sakit itu.“oke makasih”, Brivio menjawab. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya ke depan sehingga meninggalkan Iryn yang ada di hadapannya. Iryn tampak memasang muka kesal karena orang itu nggak ada basa-basi sama sekali, “tunggu dulu bentar”.Brivio menengok, mengetahui dirinya dipanggil kemudian ia berjalan mundur menemui sang pemanggil, “kenapa?”.“ah iya. Aku ada kenalan teman p

DMCA.com Protection Status