Hari Kedua
Keesokan harinya, Kak Fariz berjalan-jalan untuk mencari target anggota cowok yang akan menemaninya nanti eits..jangan salah sangka, maksudnya menemani Kultum.
Arahnya sengaja melewati rumah Pak Soman soalnya daerah disana terdapat tempat rumah-rumah yang dihuni para remaja cowok.
Dan ditemukanlah sesosok Jeff. cowok yang sedang nongkrong di kursi depan rumah. sehingga Kak Fariz bisa melihatnya.
Ya dia bisa dibilang jarang keluar rumah, dia pernah bilang kalau dirinya disebut introvert , jarang sekali wujudnya terpampang diluar. Sebelas duabelas lah sama Zain.
Adapun Brivio jika mengajak bermain keluar dia selalu menolak beralasan sibuk.
“Assalamu’alaikum”, Salam Fariz kemudian disambut hangat oleh Jeff,
“Wa’alaikumussalam, Apa kabar kak?”. Semestinya ia bisa melihat kan kondisi Fariz saat ini, obrolan basi yang menjadi basa-basi tak semesti, apasiiiiiiii.
Di lain Tempat, tepatnya rumah Denan.
Farel mengarahkan gadget pada objek terindah yang diciptakan Allah yakni dirinya,“ekhem..hallo guys, what’sap yo ini channel baru gue, perkenalkan Farel in the house yoo pemuda berkulit hitam yang manisssnya melebihi sirup campoline dan disini ada Jefri temen gue yang lagi mabar sama temenya namanya Denan guys”.
Gadget diarahkan pada Jefri tapi ia tak menghiraukannya,
“oke guys, dia sepertinya sedang fokus maen, tapi percayalah dia tipe setia kok nggak pernah oleng ke siapapun buktinya bisa dilihat ya”.
Belum aja diarahin ke Denan tapi ia sudah mematikan gadgetnya,
“hee gue belum disapa”, dikasihnya ke Denan,
“hey guys Pemuda paling akhir ini Denan paling gantenk a.k.a Dolan, karena gue ngga suka Dilan. Hidup Dilan itu bucin terus, enak Dolan hidupnya main terus, main balap motor, main Mobile Legend, Main Tembak-tembakan, Asalkan bukan mainin cewek aja hehehe”.
“eh kok mati nj*r”, Denan baru sadar kalo daritadi emang udah dimatiin oleh Farel.
“Zainnn, kita dah diluarrr”, seorang 2 cewek namanya Yasmin dan Olif datang menyamper Zain yang dimana rumahnya berada di samping Rumah Denan.
“Zainnya lagi mulung”, sahut Denan dengan suara kecil, takutnya yang punya nama denger.
“awas ya gua bilangin”, pungkas Olif sambil nunjuk-nunjuk. Setelah itu Yasmin menunjuk orangnya,
“tuh Zain nya”.
“hayukk”, jawabnya Polos. Semua terdiam,
“kenapa sih?”.
Belum berapa menit Azka datang, seketika Jefri nengok.
“awas ada bom jef, JEF JEFRII YAH MATI”, kesal Farel playernya game over.
“Kasihan Jefri yang tadi malam chat Cuma di read sama doi nya bwahhaa”, celetuk Denan berharap di-notice oleh orangnya ternyata nihil.
Sedangkan Jefri misuh-misuh supaya Denan ngga bongkar kalau Jefri dengan Yasmin sedang pdkt.
“apa sih gaje”, malah dijawab Olif.
Celaka!! Denan baru sadar ada seorang cowok yang naksir Yasmin juga disitu, kalau dia mengetahuinya pasti bakalan rame sejagad.“udah yuk ahh”, Ajak Yasmin.
“itu mau kemana sih”, Tanya penasaran Jefri.
“ya Tanya aja sama ukhty-ukhty nya”, Sahut Denan.
“mau ke Jonggol, kenapa? Mau ikutt?”, tantang Olif. Sementara Jefri Begidik,
“dihh aneh”.
Bersama Yasmin, Olif, dan Azka. Kami pun berjalan menuju mushola yang jaraknya sejalan dari rumah Zain, cukup dekat.“gua kirain Brivio udah kesini”, Tanya Azka.
“katanya nanti nyusul”, Jawab Zain.
“oh Brivio ngajak kalian juga”, Sahut Jefri.
“lu mending ikut kita ke masjid, lumayan barangkali dosa lu selama ini bisa berkurang”, Zain nyengir.
Tidak bisa melihat kemalasan terus menerus anak itu, melihat kegiatannya yang selalu nongkrong depan gang, kali ini mungkin ajakannya berhasil, bisa saja jika ia mau dan lainnya mungkin akan mengikut juga.
“kita sebenarnya berinisiatif ngajak semua, Cuma ya kita sih liat dulu banyak yang mau atau nggak. Ya ngga Lif”, Tanya Zain.
“iya, kita ngga bisa diandalin hehehe…masih banyak belajar”.
Seketika suasana hening.“wehh kita aja masih cetek ilmu agamanya”, gumam Farel.
“apalagi gua RELL”, Sahut Jefri tak kalah melontarkan.
“hmm..kalau saya sih ngga usah ditanya. Jujur ya, ikut kegiatan ini juga disuruh sama bunda.
Katanya Zain kamu itu kerjaannya rebahan mulu sana bantu-bantu di masjid!!”, Curhat Zain sambil ngikutin logat bundanya ngomel.
“Ya Allah lucu zen ahahahaa”, ketawa anggun Yasmin.
Sesampai nya di gerbang masjid, ternyata Brivio ada disana menunggu kami.
“wedehh akhi-ukhty mau kemana kwkwkwk”, bercandanya.
Saat itu juga Kami mengabaikan bercandaan si Brivio dan masuk, terlihat ada Kak Fariz disana sedang duduk.
Sepertinya menunggu Kami (anggota KURMA).“Assalamua’laikum”, Kami serentak bersalam.
“Waalaikumussalam”, Dijawabnya oleh Fariz.
“segini aja nih orangnya?”
“ya segini aja kak, di blok M kan Olif akrabnya sama orang-orang ini wkwk”.
“Zain kamu apa kabar? Sudah besar ya, kaka baru liat lagi”.
“hehe iya kak, alhamdulilah baik kak”.
“yang dua ini siapa nih, kakak baru liat”.
“Saya Yasmin Kak”.
“Kalau Saya Olif Kak”.
Setelah berbincang-bincang sedikit itu, tak lama Jeff datang.
Seketika kami terkejut, Yasmin dan Olif saling melirik yang duduk samping-sampingan mereka menghela nafas terharu. Zain tersenyum lalu Jeff tanpa canggung berkata,
“ASSALAMUALAIKUM”. Salam penuh semangat oleh Jeff.
“Waalaikumussalam”. Jawab Kami serentak.
“ya ampun tong, rapi amat dandanannya”.
“iya dong kak, masa ke kondangan doang yang harus rapih”.
“ke kondangan sapa irae Jeff ahahaha”, gumamnya Brivio.
“MANTAN”, Canda Jeff tetapi seolah-olah serius karna komuknya.
Sedikit informasi, Jeff ini adalah teman SD Kami, jadi Kami begitu wajar dengan adanya Dia, tetapi bukan berarti teman SD kami malah sangat akrab. Itu tentu tidak, Jeff disini hanya akrab dengan Brivio, karena mereka mempunyai tipe obrolan yang sama intinya nyambunglah sejak dulu.
Disini Jeff terlihat lebih dewasa nggak kaya dulu, Dia lebih tinggi, lumayan soleh, dan kulitnya makin putih. Woahh, sepertinya salah satu dari kami ada yang naksir atau mungkin ada yang masih menyimpan rasanya sejak SD layaknya secret adminer.
Olif namanya, salah satu dari si kembar ini yang menyimpan rasa sejak SD pada Jeff, dan hanya Zain, Brivio dan Azka yang tahu— ekhem keselek.
Sungguh menyenangkan kegiatan ini, selain mencari pengalaman juga reuni SD hehe.
“Tolong jangan Baper please”, Batin Olif Berkata.
“ini yang cewek nggak nambah lagi?”.
“mungkin belum kak”.
“lahh bukannya yang lain ada ya”.
“yang lain? Siapa dia? Setan??”, ini candaan garing Azka.
“Kak katanya yang cewek banyak”.
“ya memang banyak lif, Cuma belum Kakak ajak aja”.
“Ya Ampun Kak Fariz ngakak aku”, Sahut Yasmin.
Zain melirik Olif kemudian berkata,
“yauda lif, mungkin elu sama Yasmin emang ditakdirkan anggota cewek di KURMA”.
“GA bisa gitu lah, harus nambah pokoknya biar seru”. Olif menantang.
“mau seru? Ke parade sana”, Kalau ini Azka.“hahaha sedikit lagi lucu bro, cemungut oii”, sahut Brivio.
“terus sekarang ngapain kak?”, Tanya Zain.
“iya Kak, belum ada anak-anak kecil pada datang”.
“iya memang mungkin mereka nggak banyak yang tahu”, ungkap Yasmin.
“iya benar kata Yasmin, sekarang buat hari pertama kita keliling dulu, ajakin anak-anak disini yang mau ikut dan bergabung, oke semua?”.
“Oke KAK”. setelahnya Kami pun berjalan mengikuti instruksi Kak Fariz yang mencontohkan bagaimana cara mengajak anak-anak untuk gabung meramaikan Masjid.
***
Formasi saat ini alhamdulilah bertambah menjadi 6.
Kami memulai Ajakan hari itu juga, dan tatapan Kak Fariz beralih pada motor yang berparkir di ujung sana, tepatnya Rumah Denan.
Kami yang diibaratkan selaku anak buah, mengikuti langkah kaki sang Boss.
“Assalamua’laikum”, yang disalamin dengan sergap membalas salam dari Fariz,
“Waalaikumussalam KAKK”.
“wah rame, Lagi pada ngapain kalian?”.
“biasa kak anak laki-laki”.
“ya biasanya anak-anak laki ngapain Jefrii”, Kesal Olif.
“main ML kak”.
“Hayuk ke Masjid, kita kumpul bareng. Kita buat kegiatan bermanfaat buat diskusi untuk bulan Ramadhan ”.
“tuh dengerin, jangan mainan mulu hidup lo”, celetuk Yasmin.
“terus Kakak dan kalian sendiri mau kemana?”, Tanya Farel.
“mau nyari udara segeurr”.
“eh yang bener, ikut dong”.
“Lo tunggu di Masjid aja Rel, ntar kita balik lagi”.
“Den, bapak ada?”.
“belum pulang kak”.
“salamin ya dari Fariz”.
“siap kak”.
“kak nanti Farel nyusul sekalian mau ngomong”, ungkap Farel sok akrab.
“ngomong apasihh sok banget ajg”, Ini Jefri pada Farel.
“ASTAGFIRULLAH, Kakkk itu kak ngomongnya ANjing jeh kak”.
Fariz pun tak berkutib atas omongan Jefri ini, Fariz hanya mengeleng-geleng palanya.
“Mingkemlahh dasar micin. kesel sumpah”, celetuk Jeff.
***
Jam 17:58 WIBKami yang telah selesai keliling untuk mengajak anak-anak blok M dan beristitirahat berapa jam di rumah, tak lama Kami pun kembali ke Masjid sekalian untuk sholat maghrib berjamaah.
Alhamdulilah ada beberapa anak yang sudah berada di Masjid tengah duduk manis menunggu adzan maghrib..
“Zen, ada kabar buruk dari Kak Fariz”, Azka mendekat memberikan info yang sangat menggemparkan atmosfer pikiranku saat itu.
Tepat pada siang hari, dimana matahari tampak memancarkan aura ganasnya membuat orang-orang yang berlalu lalang dibuat gerah karena terguyur keringat di sekujur tubuhnya.Belum lagi wajah mereka yang memerah akibat terik cahaya dari sang surya yang menjadikan hari itu cuacanya sungguh panas tingkat dewa.Dengan wajah tampak beringas. Dia berjalan menuju Masjid yang hanya beberapa blok dari area rumah sambil menyibak kertas sesekali untuk menyejukan badan kemudian memandangi area sekitar. “panas banget hari ini”,kondisi luar kian sepi, sepertinya orang-orang enggan untuk keluar rumah apakah mungkin inisiatifku ini didengar mereka?Begitulah kira-kira 3 hari perjuangan Zain mengajak kawan-kawan komplek nya untuk memperbaiki akhlak.Maksudku, setidaknya meramaikan masjid yang sepi dari anak-anak remaja masjid yang berada di komplek blok M.salah satu masjid yang bisa di bilang tidak memiliki remaja m
Waktu yang paling nyaman serta aman itu adalah sendiri. Ya, sudah seminggu atas kabar kak Fariz dibawakan ke rumah sakit akibat pembengkakan di kakinya, kegiatan kami yang semula akan aktif terhenti sejenak.Tepat Di Hari minggu setelah Zain memutuskan untuk tidak mengikuti acara rekreasi keluarga besar dan lebih memilih rekreasi di rumah sambil bermalas-malas sangat menyenangkan rasanya.Walaupun lebih memilih tetap tinggal dirumah, tetap saja tugas rumah menantiku untuk bertumbuk sehingga energiku akan terkuras juga.Kalau saja bukan soal komputer baru—nghh…ah gapapalah hitung-hitung mengisi waktu luang.Kata bunda anak lelaki itu juga harus tau betapa beratnya pekerjaan wanita di rumah, nah mumpung kamu dirumah mending bantuin selesain tugas-tugas bunda biar pas bunda pulang kan enak, ya perkataanya teringat betul di gendang telingaku.Namun, bukan Zain kalau tidak meminta imbalan komputer baru haha.  
Seseorang pernah berkata kepadaku, tulislah jika ingin menulis.Semua cerita bisa kamu tuangkan dalam sebuah bentuk tulisan yang kamu ciptakan, tak terkecuali peristiwa serta kejadian yang pernah dialami.Lambat laun manusia pasti akan menua. Dalam artian bukan tua, melainkan mereka tumbuh menjadi pribadi kuat.Dimana kuat bertempur dalam lingkungan pergaulan baru, kuat menghadapi masalah, serta kuat menerimanya, begitupun hal semacam lainnya.Setiap kisah selalu punya makna.“Genggam pena catat peristiwa”Begitulah kalimat spontanitas yang dilontarkan pemuda-pemudi yang jauh kulihat namun bisa ku pandang wujudnya, dilihatnya sambil membawa bendera kebangsaannya.Semangatnya 45, teriaknya sungguh menembus gendang telingaku. Kalau saja pisau yang menjadi deskripsi sebuah teriakan itu, mungkin ku sudah tertusuk.Dan cerita pun berakhir.Terbesit dalam sanubariku, ada hal ganjal dingatan.Bukan mereka, na
Perjuangan dilewati dengan berkorban.Penurut, kreatif, penuh semangat, mungkin tidak salah pula jika dikatakan rupawan. Semua ada pada Zain, menjadi calon sejarawan baginya merupakan sebuah hasil usaha dan kemampuannya.Sejak ia mencoba mengajukan rapot nilai hasil kelulusannya dua tahun lalu.Zain bukan satu-satunya seseorang yang tak sesempurna dibayangkan di lingkungannya, semenjak di bangku madrasah tsanawiyah (Mts) , Zain yang penurut hanya memenuhi semua kebutuhan yang terbaik untuk dirinya ditangan orangtua.Tidak jarang, keinginannya selalu ia batalkan karena fikiran negatifnya selalu menghantui jika ia melangkah sendiri.Semua orang bangga pada Riri, begitu juga Zain. Ingatkanku kembali di masa dimana Riri, ia sesosok sebagai perempuan yang pintar juga optimis.Selain bertetangga, Zain dan Riri juga merupakan teman sekelas di waktu SMA, jika jam sekolah berakhir, tak jarang mereka pulang bersama.Kami berkenalan sepintas dis
“Bukannya lu itu nggak jadi putus? Kok malah dibilang mantan?”, Tanya Azka pada Brivio. mereka ada di sisi depan meja. Atmosfer kini mengelilinginya saat ditanya perihal hubungannya dengan sang perempuan yang dibilang mantan oleh Farel.Namanya Atla. Bisa dikatakan ialah cinta pertamanya. Sewaktu dibangku madrasah tsanawiyah (MTs) pertemuan mereka yang singkat pada ujian nasional ternyata menimbulkan suatu getaran asmara diantara keduanya.Laki-laki bertubuh gembul itu merupakan anak dari Ustad di tempat sekolahnya di MTs, Ya, Brivio memang dikenal laki-laki yang mengumbar pesona. maksudku populer. bagaimana tidak? Hampir semua kalangan area tempat perempuan mengenali Brivio. Tak heran ia selalu dicurigai banyak pengintai guru-guru BK namun sejauh ini, Nyatanya belum ada sesuatu kasus pun menimpa Brivio.Hanya saja, saat ujian nasional dimana para murid akhi dan ukhti bercampur sehingga beberapa diantaranya mengambil kesempatan disitu, pada momen selesainy
Aku seperti berada dalam tempo hari yang cukup cerah. Secerah matahari juga hati Jefri saat sekarang ini. Perjalanan kami belum saja tuntas, aku termenung memikirkan surat yang berisi denah lokasi pesantren. Karena mereka masih memenuhi energi untuk berkeliling, maka setelah ke Masjid Sang Cipta Rasa selesai berbuah manis. Tak lama kemudian kami pun menyusuri daerah Pesantren Azzikri untuk dikunjungi.“antum Lurus saja.. ka sana. A…nanti ada perempatan beloklah ke kanan”, ujar bapak-bapak yang kami temui di jalan.Kami mengangguk dan kembali menyusuri jalan. Sekitar waktu 25 menit hampir setengah jam, mobil melaju penuh kebingungan menyesuaikan arah yang benar pada lokasi denah yang tertulis,Belum lama ini aku baru saja mengetahui adanya Pesantren di kawasan ini, Farel mungkin sudah bisa ketebak bahwasannya dia punya pengalaman sewaktu kecil disana, Farel menjelaskan dirinya itu yang pernah tinggal di Pesantren berumur 5 tahun. Semua orang yang ber
“silahkan duduk”, ucap seorang Pria paruh baya tersebut. rupanya beliau adlah Adik kandung dari Fathur, beliau bernama Andi. Wajahnya ternyata agak terlihat lebih muda dari biasanya kulihat waktu itu.Tapi sekilas mirip, seperti saudara kembar seiras.Kami dibawa ke sebuah kantoe miliknya. Santri yang membawa Kami pamit pergi dan meninggalkan Kami dengan Kak Andi di ruangannya.Dengan tampak canggung, banyak diantara Kami diam. Bingung ingin membahas apa. Alhasil Kak Andi membuka suaranya dan memulai sebuah Topik pembicaraan.“Apakah ada kendala untuk, perjalanan menuju tempat ini?”, Tanya nya kepada Kami. Menoleh sebagian dari pada Kami. “tidak ada kak, justru kami sangat antusias karena bisa ditawarin untuk main ke Pesantren”. Jawabnya Farel.Zain memainkan manik matanya, Beliau terlihat sedikit mengenal sosok Farel hanya saja agak lupa darimana, ia mencoba membantunya mengingat siapatau beliau mengetahui Farel yang dulu
Usai berkunjung selesai Kami pulang dengan berpamitan. Sampai rumah pada sekitaran jam setengah lima. Zain berpamitan untuk pulang, dan yang lain juga ikut mengekor pulang ke rumah masing-masing. Sungguh hari yang menyenangkan.Zain sampai rumah. Sebelum membuka pintu, ia merogoh sakunya untuk mengambil kunci rumah cadangan yang di bawanya setiap bepergian ke luar, takutnya seisi rumah tidak ada orang, jadi dia antisipasi dengan membuat kunci duplikat yang saat itu ia pinjam dari bundanya. “cklekk..”,suara kunci membuka pintu rumah.Dan benar keadaan rumah tampak sepi. Kayaknya Via,Bunda, Abang serta Ayah sedang tidak berada di rumah. Sudah kuduga dirinya selalu saja ditinggali tanpa diberi kabar mereka pergi kemana. Zain melepas jaket yang terpasang di badannya. Ia selempangkan di atas tiang gantungan dekat laci ruang televisi. Lalu badannya ia lemparkan ke setumpuk bahan empuk yakni sofa. Ia rentakan kaki disana. Rebahan dimulai.Tepat setengah jam kedep
Gadis itu kali ini berputar-putar sambil memadangi kartu itu selayaknya dunia milik dia dan kartu itu…beberapa orang yang melihat terkadang tertawa dan mengherankan dengan tingkah yang dilakukan Viaa saat ini, aneh,aneh,aneh,aneh,aneh.“neng otaknya geser ya, sini ibu cari orang yang lain saja”.“eh jangan bu, saya kenal orangnya sayang kalau ibu kasihin ke yang lain dan dia gatau orangnya susah loh bu”.“oh yaudah”. Jam 18:00 WIBTibalah Buka Puasa…Bersyukur Via sudah pulang tepat waktu, ia bisa menyantap makanan di rumah.Kali ini Via membawa temannya dari kampus, namanya Thea.Sebenarnya mereka udah saling kenal sejak SMP.Berhubung sudah waktunya jam Berbuka puasa, alhasil Via menawari sahabatnya tersebut untuk makan dirumah dan Thea akan bermalam juga disana, hitung-hitung merayakan hari libur kuliah.Di sela-sela makan, mereka berbincang.
18:00 WIBSelesailah kegiatan kampus hari ini, sungguh hari-hari yang begitu sibuk dengan ditambah mengikuti kumpulan kajian ukm jurnalistik. Tumben apa Via rajin minggu ini. Ya mungkin saja Via sedang mencoba fokus pada kegiatan jurnalis daripada mata kuliah begitu menyulitkan.Mungkin saja jika waktu memihak pada Via tuk menjadi Reporter di yang akan datang sungguh pasti seru bukan.Matahari sudah terbenam otomatis langit pun bentar lagi akan gelap, kali ini dia akan pulang ke rumah dengan membawa motor. Untuk pertama kalinya Via mengendarai motor pada suasana malam.Yaela motornya nyempilBakalan susah diambil nihTepat di parkiran motor, terlihat Via yang sedang kebingungan akibat banyaknya motor yang memakirkan di dekat motornya sehingga terperangkap dan sulit keluar. Jalan satu-satunya ialah memindahkan motor-motor tersebut satu per satu.Suwe lahCoba Via berotot dah Via angkat tuh motor“Neng ada yang
***Kelas free karena dosen gak datang alhasil Ributnya kelas membuat Riri tak konsen merangkum matkul pagi ini di jam pertama yaitu mata kuliah ilmu sejarah. Cewek dengan lagak agak Tomboy itu heran sama kelas Riri sendiri santuy banget ngadepin tugas-tugas dari dosen yang kalau diitung entah itu seberapa Riri lupa lagian Riri sengaja dilupain biar tau rasa tuh tugas di kacangin wkwkwkwk.Bobrok nya bisa dibilang tidak jauh berbeda sama sekolah jaman SMA Riri dulu..akhhh..jadi gabisa move on nih walaupun Riri hanya sebagai pelaku figuran di setiap moment-moment seru di kelas tapi sekiranya Riri banggalah punya kelas penuh kenangan itu, kenangan bareng genk gue nya doang yaiyalah.“Tringtringtring”“aciee bebebbb nelpon tuh diangkatlah”. Temen-temen menyoraki Jiselle, palingan itu Betrand yang nelpon ucap Riri dalam batin.Nasib jadi single sejak lahir menjadikan Rriri sudah terbiasa dalam situasi seperti ini. Tahukah anda?terka
Di suatu hari pada Ramadhan yang baru tiba, tepat pada posisi cewek nelangsa disana. Rriri dan beberapa benda disekitarnya seperti pulpen, buku yang selalu aku corat-coret entah apa yang Riri tulis, Riri terus memenuhi lembar kosong kertas itu serta sesekali mengutak-ngatik hape untuk mengetahui banyaknya notifikasi yang masuk. namun hanya beberapa yang penting lalu Riri tutup kembali. televisi yang sekarang menemani kesendiriannya yang Riri putar siaran kartun, ya.... karena Riri suka kartun sampai sekarang. sebelas duabelas tidak jauh dengan Zain."males banget"tulisannya saat ini tidak teratur membuatnya malas menulis entah karena kehabisan ide atau apa Riri beralih mengenggam hape dan melihat beberapa grup yang belum sempat nya baca hemm... seperti sengaja tidak Riri baca-baca.yang pertama terdapat grup sebuah organisasi yang Riri masuki sewaktu semasa sekolah SMA Riri dulu,"sudah 400 lebih notifikasi grup ini""lebih
malam hari adalah malam yang paling asyik untuk kita merenungkan sesuatu pada hari esok.Ya yang kutahu malam ini penuh dengan bintang yang bersinar, tentu banyak disana berjejeran.“waw sungguh mereka beruntung bisa bersama-sama”Tak lama gadis itu mulai terhanyut pada khayalan yang entah kenapa terus menghatuinya minggu-miggu ini. Persis seperti kamar nobita yang dimana meja belajarnya dekat dengan jendela. Begitupun Viagatha.Viagatha atau bisa kita panggil dengan panggilan Via, sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan deadline pada 3 hari dari sekarang, Tugas sastra yang Via sukai lantas tak membuatnya harus bersemangat malam ini untuk ia selesaikan, bagaimana bisa sebuah ide memaksa masuk dalam sekejap. Apakah hasilnya akan maksimal?“Viiii makan, turun sini ada steak tempe”, teriak sang abang dari bawah tangga.Seleras Via mengucap “iya duluan bang, nanti Via turun bentar lagi”, Ucapnya bentar yang dimaksudkan entah
Jujur kalau harus jujur Zain bosan setengah mati jalan-jalan ke tempat ini. Satu, menurutku sih , tempat belanjanya tidak recommended. Ya, semua itu bisa juga kamu dapatkan di pasar okodomi. Pasar yang selalu rame, setiap harinya. Makanya Zain tidak menyukainya. Kedua, kamu akan melihat orang orang yang berteriak sana-kemari dari mulai penjual yang menjual barangnya serta pembeli yang rewel akan penawaran kepada penjual yang beda jauh banget.Tapi…ya maafkan hobi main bermain atau rebahan dirumah harus Zain hentikan sekarang. tak kerasa rasanya hari sudah Zain lewati selama sebulan penuh, dan sekarang bulan ramadhan datang juga. Seperti pada umumnya, di hari pertama untuk menyambut bulan ramadhan keluarga Zain berbelanja untuk kebutuhan berbuka dan sahur. Karena tadi malam kami berdiskusi dimana kami akan berbelanja, akhirnya diskusi tadi malam dimenangkan oleh ayah. beralasan menghemat perekonomian , meskipun begitu pasar adalah destinasi utama untuk berbelanja bahan ma
Zain keluar dari ruangan pasien. dan melihat Riri duduk sendirian. Iryn sepupu dari Riri pun gak kelihatan. Cowok itu langsung memindai pemandangan disana. Bahkan Brivio,Azka pun juga tak Nampak batang hidungnya. Mungkin Riri lagi nungguin mereka buat masuk bareng, atau yang lain nanti nyusul karena mereka kebelet ke WC secara bersama-sama. tapi nyatanya, Riri juga sedang kebingungan sendiri sekarang.Zain langsung tak segan bertanya dengan perempuan yang terlihat kebingungan itu. Mumpung Farel masih di dalam dan Zain sudah keluar terlebih dulu. Kondisi di dalam juga lumayan nyaman walau Zain ingin menengok keluar akhirnya. Nggak pakai acara duduk dulu ke bangkunya buat istirahat, Zain buru-buru deketin Riri.“Ri”Riri, yang lagi tenggelam dalam pikirannya di sanubarinya pada koridor ruangan pasien sampai langsung ngangkat kepalanya menoleh. Dia beneran kaget, soalnya Zain tau-tau udah berada di depan hadapannya. Udah gitu suaranya menganggetkan banget. Ka
Jam 13:30 WIB.Setelah menunggu mobil jemputan tiba dan kami berangkat saat itu juga, dengan perjalanan sekitar tiga puluh menitan, akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Ya,memang jarak dari lokasi rumah kami ke Rumah Sakit agak jauh, karena daerah rumah kami itu hanya dekat dengan puskesmas, adapun rumah sakit tetapi bangunannya sedang direnovasi, ada pula yang tak berpenghuni alias terbengkalai tak terawatt. Yang kalau kita uji nyali malam-malam bakal rame sejagad.Jarang sekali rasanya Zain mengunjungi ke tempat itu, ya sebaiknya jangan sampai terjadi menimpanya atau orang terdekatnya. Seperti diketahui, ia termasuk pertama kali datang ke rumah sakit menjenguk seseorang, biasanya sih Cuma menjenguk orang tuh di rumahnya itupun sakitnya karena masih bisa diwajarkan. Jadi sekarang Zain dibilang antusias pun mustahil soalnya juga ini adalah kabar buruk yang nggak mesti di gegerkan.Mobil melaju ke sisi tepat depan pintu utama Rumah Sakit Raya Agung, Kami diturunkan d
Iryn bersandar ke pepohonan dekat rumah. Menatap Brivio yang mau lewat dari hadapannya. Dan ternyata dia ingin menemui cewek yang sedang bersandar itu, Iryn memberikan sorot malas lalu menguap.“aku habis collab sama anak youtub, ngajinya pagian aja ya”.“emang aku ngajak kamu ngaji? Bukan, aku mau minta alamat rumah sakit itu”, ungkap cowok gembul yang terheran-heran walau sebenarnya dia ketawa dalam hati.“Raya Agung? Ohh bilang dong daritadi, nih”, Iryn merogoh ponsel yang berisi alamat rumah sakit itu.“oke makasih”, Brivio menjawab. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya ke depan sehingga meninggalkan Iryn yang ada di hadapannya. Iryn tampak memasang muka kesal karena orang itu nggak ada basa-basi sama sekali, “tunggu dulu bentar”.Brivio menengok, mengetahui dirinya dipanggil kemudian ia berjalan mundur menemui sang pemanggil, “kenapa?”.“ah iya. Aku ada kenalan teman p