"Aida mau ikut Om nggak ke Singapura, di sana nanti ada patung singanya, gede lagi,"kata Dave yang saat itu sedang duduk di sofa menghadap laptop. Sementara Aida saat itu sedang belajar. Terkadang jika melihat Dave dengan Aida yang begitu dekat aku merasa senang, sejak kecil merindukan kasih sayang papanya kini seperti terobati. Terkadang aku juga berfikir apakah pantas Aku tinggal di sini sementara aku dengan Dave tidak ada ikatan. Bahkan, sampai saat ini aku masih sah menjadi istri dari Mas Dirga. Dia belum memberikan surat talak kepadaku. Jadi artinya aku masih menjadi istri orang. Beberapa kali aku minta izin kepada Dave untuk pulang sekedar memberi penjelasan atau sekedar minta penjelasan tentang hubungan kami. Tapi, dia selalu tidak mengizinkan aku pergi. "Mau Om, mau banget. Soalnya dulu sama papa Aida nggak pernah diajak jalan, jangankan pergi ke luar negeri, pergi ke taman mini aja nggak pernah,"jawab anakku itu polos membuat Dave seketika meletakkan laptop lalu mengelus kep
Maksudmu apa? Aku sama Mas Dirga itu masih sah menjadi suami istri karena kami belum bercerai,"jawabku karena memang begitulah kenyataannya aku dengan mas Dirga belum resmi bercerai. "Kamu sudah keluar rumah genap 3 bulan berarti ada alasan untuk Dirga menggugat kamu,"jawab Dave enteng soalnya tidak ada beban sama sekali.Tiba-tiba saat aku berdebat dengan Deva pembantu Deva datang."Ada apa?"tanya pria itu yang berubah tegas apabila menghadapi pembantunya. Bibir yang tadi tersenyum manis kepadaku kini terlihat serius. "Ini Tuan ada surat."Pembantu itu menyerahkan amplop kepada Dev sempat Dave menerima sambil meliriku."Ada apa?"Pria itu menyerahkan surat itu kepadaku dan betapa kagetnya aku saat melihat isi surat itu karena surat itu ternyata...Aku menatap Dave tidak percaya dengan apa yang aku baca. Bagaimana mungkin surat ini bisa datang kepadaku. Padahal selama ini aku tidak pernah menggugat Mas Dirga. "Ini surat apa Dave?"tanyaku sambil menatap tajam Dave."Kamu bisa mem
Aku terkejut karena tiba-tiba dia sudah berada di belakangku. "Benarkah Om?" Aida langsung berdiri dan menatap Dave dengan mata yang berbinar bahagia. Tampak sekali anakku itu gembira dengan apa yang di Dave ucapkan. Sementara Dave menunduk lalu kemudian mensejajarkan tubuh dengan Aida."Tentu saja benar sayang. Om kan sudah bilang, Om akan menyayangi kamu Karena Om akan menggantikan peran ayah kamu. Jika ayah kamu tidak pernah menyayangi kamu maka Om akan menyayangi kamu dengan sepenuh hati apa yang tidak dapat dari ayah kamu Om akan memberikannya," ucap Dave dengan suara yang lembut lalu kemudian membelai rambut Aida dengan lembut dan penuh kasih."Serius. Om janji?" Aida menunjukkan jari kelingkingnya lalu Dave pun melakukan hal yang sama sehingga kedua jari itu pun saling berpaut."Janji. Mulai saat ini Om akan melindungi kamu dan juga ibu kamu. Takkan membiarkan satu orang pun menyakiti kalian,"ucap Dev yang membuat Aida berteriak riang."Sekarang kamu pergi ke kamar dulu karena
Jangan bilang kamu merusakkan hp-ku. Aku baru saja membelinya,"jawabku kesal."Bahkan aku bisa menggantinya 10 kali lipat dari itu."Aku menarik nafas dalam rasanya aku tidak suka dengan laki-laki itu yang selalu saja memaksakan kehendaknya padaku. "Sebenarnya apa mau kamu Dave? Kenapa kamu mengurung aku di sini? Memang selama ini pintu rumahmu selalu terbuka untukku tapi setiap kali aku ingin keluar dari rumah ini kamu selalu mengejarku.""Aku ingin menyelamatkan kamu. Aku tidak rela laki-laki itu menyakiti hati kamu." Dave menatapku lekat lalu kemudian mendekat padaku,"lupakan masa lalu , kita mulai dari sekarang. Kita bisa menikah dan bisa memulai hidup baru. Aku akan membesarkan Aida seperti membesarkan anakku sendiri.""Kamu pikirkan segampang itu? Aku sudah baikan dengan papaku. Papaku tidak akan membiarkan kamu mendekati aku. Bahkan mungkin sebentar lagi pun Papaku pasti akan menemukan aku," jawabku. Namun, Dave bukannya gentar malah tersenyum."Mungkin beberapa tahun yang lal
ya, tadi karena susah membujuk anakku aku pun terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa kami akan pergi menjemput Dave di Bandara.Aku diam otaku segera berpikir untuk mencari alasan," tadi Om menelpon katanya dia tidak jadi pulang hari ini. Jadi Dia menyuruh kita untuk jalan-jalan,"ucapku cari alasan."Kalau begitu Aida pulang aja Aida nggak mau ikut ibu." Aida mulai merajuk dia sepertinya tahu kalau aku membohonginya. "Sayang, kita akan bersenang-senang. Besok baru kita ketemu sama Om ."Aku berusaha membujuk, bagaimanapun akan sangat susah Kalau anakku merajuk. "Kalau begitu Aida pengen ngomong sama Om."Aku diam, bagaimana ini? Sedangkan aku tidak mungkin menelpon Dave. Akhirnya aku punya akal. "Sayang, sepertinya Om sibuk," ucapku setelah pura-pura menelpon nomor Dave."Sini biar Aida yang telepon."'Aduh, mati aku kalau Aida telepon bisa bisa daftar Kalau kami mau kabur,' batinku."Ibu cepetan berikan hp-nya."Aida merebut ponselku dengan paksa dan aku tidak bisa mencegahnya
Aku merasakan sebuah tangan kekar merangkulku dari belakang dan setelah itu dia mendekap mulutku. Aku berusaha meronta. Tapi, semakin lama aku semakin merasa lemas dan tak bertenaga, setelah itu semua menjadi gelap.________Suasana sangat sunyi, yang terdengar hanyalah suara jangkrik yang berbunyi di luar. Kepalaku terasa pusing dan berdenyut mataku juga terasa berat Tapi aku berusaha membukanya. "Ini dimana?" gumamku. Aku berusaha menggerakkan tanganku yang terasa pegal tapi tidak bisa hingga aku sadar ternyata tanganku telah diikat Begitu juga dengan kakiku. Perlahan aku mulai mengingat-ingat kejadian apa yang menimpa diriku. Kepala belakangku terasa pusing dan pegal aku sendiri bingung apa mungkin kepalaku terkena pukulan benda tumpul hingga rasanya sungguh sakit Tapi kalau aku mengingat kembali sepertinya tadi tidak ada adegan itu. Aku ingat aku kabur dari rumah Dave lalu kemudian menginap di hotel dan setelah itu kami pergi ke pasar malam."Aida, kemana Aida," ucapku saatnya
Dave menarik nafas dalam dia sadar tak ada gunanya dia marah," pergilah!" ucapnya.Pria itu mengeluarkan permen min lalu menghisapnya, itu biasa dia lakukan jika sedang berpikir. Dave dulu seorang perokok tetapi ketika dia menjalin hubungan dengan Murni, wanita itu selalu melarangnya dan Dave tidak pernah mengingkari janjinya. Bertahun-tahun berpisah dari Murni dia selalu mengingat kata-kata kekasihnya itu untuk tidak merokok karena bisa membahayakan kesehatan. "Kamu jangan keseringan merokok Dave, Aku tak mau nanti kalau kamu tidak berumur panjang. Aku ingin hidup sampai ketua sama kamu." Itulah ucapan Murni yang masih terngiang di kepala Dave. Walaupun murni telah mengkhianatinya dengan menikahi Dirga, tapi Dave masih setia. Dia rela masih hidup single walau umurnya sudah hampir menginjak kepala 4. "Aku kehilangan istri dan anakku tolong cari dia!" Ucap Dave kepada anak buahnya yang berada di luar sana."Nanti aku kirimkan fotonya. Aku curiga dia diculik," lanjut lelaki tampan itu
"Aku tidak tahu. Aku memang ada masalah dengan Pak Prabu, tapi aku tidak memiliki keinginan seburuk itu dengan menculik anaknya," jawab lelaki yang wajahnya telah Bapak perlu dihajar oleh Dave."Kamu pikir aku akan percaya begitu saja. Manusia licik seperti kamu pasti hanya akan berbohong untuk keselamatan diri kamu." Dave memegang kerah baju orang itu," kalau sampai terbukti kamu terlibat dalam penculikan ini maka kamu jangan pernah bermimpi untuk bebas!" Dave melepaskan cengkraman bajunya dengan kasar lalu mendorong kursi itu hingga terjatuh. "Argh," orang itu berteriak karena saat kursi itu terjatuh kepalanya membentur lantai."Awasi orang ini lakukan apa saja agar dia buka mulut karena aku yakin dia terlibat dalam penculikan Murni," kesal Dave. Rasanya dia sudah hampir putus asa untuk mencari Murni tetapi rasa cinta dan kasih sayangnya membuat dia tidak ingin menyerah. Murni dan Aida harus dia temukan dalam keadaan selamat.Lelaki itu kemudian meninggalkan tempat yang digunakan u