Sebuah pukulan mendarat di wajahnya. Bug Pria itu terjungkal apalagi ditambah tendangan telak diperut oleh orang tadi. "Rasain! Emang enak."Pria itu tersenyum puas dengan cepat dia bergerak masuk ke dalam kamar dimana Murni di sekap."Cepat lepaskan ikatannya Bos mau dia tetap hidup." Pria itu mendekat ke arah Murni dengan lemah wanita itu bertanya," kalian siapa?"Lelaki itu segera masuk ke dalam kamar dan melepaskan ikatan Murni."Kalian siapa?"tanya Murni dengan suara yang lemah dan pucat karena sudah beberapa hari dia mogok makan. Dia senang sekaligus terkejut karena tak menyangka ada orang yang menyelamatkan dirinya."Nyonya, Nyonya tenang saja sebentar lagi Nyonya akan kami bawa ke tempat yang aman," ucap salah seorang preman itu dengan nada sopan. Sementara murni hanya mampu mengangguk lemah, tenaganya sudah habis.Pria itu segera melepaskan ikatan Murni dan tepat saat ikatannya dilepas Murni pun pingsan. "Murni."Dave yang tadi mendapat kabar dari anak buahnya bahwa Murn
"Tuan Dave."Prabu menatap anak buahnya sebentar walaupun dia sedang menduga bahwa Dave yang membebaskan murni tetapi itu cukup membuat dia terkejut. "Rupanya dia masih mencintai Murni," gumam Prabu," andai saja Dia tidak memiliki bisnis yang berseberangan denganku tentunya aku akan pertimbangkan kembali untuk menerima dia sebagai menantuku. Sayangnya mungkin itu tidak akan pernah terjadi," lanjut pria itu sambil menarik napas dalam. Dia ingin sekali menjenguk murni tetapi dia tahu kalau itu hanya akan memancing musuh-musuhnya. Keberadaan murni akan semakin terancam jika dirinya menjenguk anak perempuannya itu. "Awasi putriku setiap saat. Aku ingin mengetahui perkembangannya terutama perkembangan kesehatannya," ucap Prabu tegas. "Tapi Tuan Saya membawa kabar duka untuk anda."Prabu menatap anak buahnya,"kabar duka apa?""Cucu perempuan Tuan kabarnya telah dibunuh dan organnya telah dijual ke luar negeri."BrakPrabu menendang kursi yang ada di hadapannya hingga kursi itu terpelanti
Bau obat tercium dengan jelas, suasana juga sangat dingin saat Murni membuka mata. Dinding bercak putih khas rumah sakit itulah yang pertama kali dilihat oleh Murni. Wanita itu menoleh sebentar dilihatnya Dave sedang tertidur di tepi ranjang. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi. "Aida!" teriak Murni saat teringat nasib tragis yang menimpa anaknya membuat Dave terjaga dari tidurnya. Pria itu segera mendekati Murni. "Murni, tenanglah, tenang." Dave membawa Murni kedelapannya saat melihat air mata wanita itu mengalir deras. "Aida Dave," ucap wanita itu disela tangisnya."Tenanglah. Sabar," ucap Dave pelan. Jujur hati wanita lelaki itu juga hancur mengingat nasib tragis yang menimpa Aina. Dia pun merasakan kesedihan yang Murni rasakan. Terbayang di benak Dave saat-saat terakhir Aida. Wajah ceria anak itu yang melambaikan tangan kepadanya membuat Dave merasa sedih. Lelaki itu pun ingin menangis seperti Murni, akan tetapi dia tahan dan menguatkan hati. "Kenapa bukan aku saja yang di
Si kakek tua melihat tubuh anak kecil yang tersangkut di ranting kering yang hanyut di sungai. Diapun segera menolong dan membawa ke gubuk tua miliknya. Beberapa bulan yang lalu dia baru saja kehilangan cucu tercintanya karena sakit. Kini dia merasa mendapatkan penggantinya. Pria itu kemudian mengundang bidan desa yang tinggalnya tidak begitu jauh dari rumahnya untuk memeriksa keadaan anak kecil itu. Dia bersyukur karena menurut bidan dan juga dokter Puskesmas yang kebetulan dia undang keadaan anak kecil itu tidak terlalu parah. Hanya beberapa air masuk ke tubuhnya tapi tidak berbahaya. Namun, demi keselamatan. Si kakek membawa anak kecil itu untuk periksa ke Puskesmas dan setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan ternyata keadaannya sehat. Saat sadar anak itu seperti orang linglung dia bahkan tidak tahu siapa namanya dan apa yang terjadi kepadanya, kenapa sampai hanyut di sungai. Sejak saat itu si kakek memberikan nama sama persis dengan nama cucunya yang telah tiada. "Kenapa kakek
Kamu menyiapkan apa Dave?"tanya wanita itu lembut. Sekarang setiap kali dia menatap Dave dia merasakan getaran itu. Getaran yang dulu selalu ada setiap kali dia bersama dengan Dave. Pria dengan wajah lembut itu tersenyum," nanti juga kamu akan tahu," jawabnya yang membuat Murni mengkerucutkan bibirnya."Pakai rahasia segala," ucap Rumi.Dave mendekatkan wajahnya membuat Murni sedikit mundur kebelakang. Walau bagaimanapun dia tahu Dave bukan mahramnya. "I love you Murni," Dave menarik napas dalam dan memejamkan mata sesaat demi menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Setelah sekian lama kata itu tersimpan. Dave kembali bisa mengucapkankanya."Dave, kita bukan ABG lagi," jawab Murni."Cinta tidak mengenal usia Murni. Bahkan seorang kakek dan nenek pun tidak dilarang untuk mengucapkan kata cinta karena cinta itu dari sini." Dave meraih tangan Murni dan mendekatkannya ke dadanya serta menekan lembut bagian jantungnya hingga Murni bisa merasakan getaran itu. Hampir saja Dave tidak bisa men
"Baik buruknya seorang anak itu tergantung bagaimana didikan orang tuanya Jadi siapa yang harus aku salahkan?" Prabu menatap Dave dengan tatapan mata tajam. "Tidak ada yang salah dengan orang tua saya, Tuan. Karena sebagai orang tua mereka telah memberikan terbaik kepada saya hanya saja mungkin sikap saya terlalu cuek kepada orang lain. Itu semua karena tak pernah mendapatkan sikap ramah dari orang-orang di sekitar saya. Waktu kecil ketika Saya hendak bermain dengan mereka pun orang tua mereka selalu melarang padahal saya tidak memiliki niat jahat buruk sekalipun pada mereka. Sejak saat itu saya tak pernah peduli dengan orang lain, hati saya kosong dan dingin kepada siapapun," Dave menatap Murni ya sekarang berdiri di samping Papanya," Tapi semenjak mengenal Putri Anda saya mengerti. Saya mengubah pandangan saya dan saya mulai peduli kepada orang lain terutama kepada putri anda. Walaupun dia telah mengkhianati saya dengan menikah dengan laki-laki lain tetapi saya tetap peduli padanya
Papa suka sama orang yang rapi Dave, dia tidak suka lelaki yang kelihatan kotor. Kamu harus memotong rambut kamu supaya kelihatan rapi," Dave saat itu memiliki rambut yang panjang dan sedikit tidak terurus," lalu kamu juga harus mencukur jambang dan kumis kamu," lanjut Murni karena saat itu walaupun usianya masih belia dia juga memiliki jambang dan kumis sehingga wajahnya terkesan kotor," baju kamu juga yang rapi jangan pakai baju seperti ini. Nanti aku belikan, ok."Dia waktu itu hanya merespon dengan mengangguk datar. Tapi, ketika datang ke rumah Murni dia tidak melakukan apa yang diucapkan oleh Murni. Dia yang sudah di wanti-wanti oleh Murni supaya bersikap sopan saat bertemu dengan orang tuanya. Justru bersikap arogan dan terkesan tidak sopan kepada Prabu. Karena itulah Prabu sangat membenci Dave dan meminta Murni untuk memutuskan Dave waktu itu juga. Dave yang tak ingin berpisah dari Murni justru mengajak Murni untuk pergi. Namun, sayang saat Dave menepati janjinya dengan menungg
Dave mengangguk lalu meraih tangan Murni."Tidak ada laki-laki manapun yang bisa menjaga kamu seperti aku menjaga kamu Murni. Menikahlah denganku dan aku berjanji akan selalu menjagamu, mungkin aku pria yang tidak sempurna tapi aku akan berusaha untuk membahagiakan kamu."Murni diam, dia dalam dilema antara menerima tawaran Dave atau tidak. Ditempat lain tepatnya disebuah rumah tua yang ada di dekat sungai. Tampak seorang laki-laki tua sedang berjalan bersama dengan seorang anak kecil. "Kakek sebenarnya Ibuku ada dimana? Apa benar Ibu ku sudah meninggal?" tanya anak kecil itu sambil menggandeng tangan keriput yang sedang memikul kayu bakar dan cangkul. Mereka berdua sepertinya baru pulang dari kebun. Kakek itu berhenti sejenak lalu menatap gadis kecil yang menatapnya penuh harap. Tiba-tiba ingatan sang kakek tertuju kejadian beberapa bulan yang lalu. Dia yang bingung mencari lauk akhirnya memutuskan untuk memancing di dekat sungai. Pada saat itulah dia melihat tubuh kecil yang meng