Kamu dari mana Dave?" tanya Murni yang saat itu sedang duduk di taman. Sekarang murni berusaha melupakan Aida, dia tidak ingin lagi mengingat-ingat tentang kejadian tragis yang menimpa anaknya walaupun itu sulit. Murni tidak terus menerus terpuruk, walau bagaimanapun hidup harus tetap diteruskan. Walaupun terkadang murni merasa bahwa Aida masih hidup dan berada di suatu tempat. Dave tersenyum," aku ada urusan sebentar. Kenapa tanya? Kamu kangen sama aku ya," goda lelaki itu. Dia hendak memeluk Murni. Namun, Murni menolak."Kita bukan mahram Dave," ucap Murni dan memang walaupun mereka tinggal satu rumah Murni selalu menjaga jarak dengan Dave. "Iya maaf," jawab Dave."Dave, Aku ingin mengadakan yasinan untuk Aida. Aku akan mengundang beberapa anak yatim untuk mengirimkan doa padanya," ucap Murni pelan. Dada wanita itu sesak saat menyebut nama Aida. Air mata hampir tak bisa dibendung. "Besok malam saja. Aku janji. Karena nanti malam aku sedang mempersiapkan sesuatu untuk kamu." Dave
Dave merasa resah apalagi mengingat hubungannya dengan Prabu tidak pernah baik. Mereka memiliki bisnis yang berseberangan sehingga membuat hubungan mereka tidak baik."Papa, Aida.." Murni tak kuasa meneruskan ucapannya. Kemarin dia sudah tegar tapi di depan kekasih pertamanya itu dia kembali lemah. Wanita itu menangis dalam dekapan papanya."Kamu dari dulu tidak pernah berubah. Kamu tidak memiliki adat dan sopan santun, itu kenapa dari dulu aku tidak pernah rela jika anakku kamu nikahi! Bukan karena kamu anak orang miskin tapi karena kamu tidak memiliki sopan santun. Aku masih ingat saat Murni membawamu datang ke rumah, kamu masuk dan melewati aku begitu saja tanpa permisi dan tanpa mau mengucapkan salam. Mulai saat itu aku membencimu dan memberi kamu label sebagai anak yang tidak pernah dididik oleh orang tuanya. Jadi aku mulai mencari tahu tentang orang tuamu dan ketika aku tahu bagaimana latar orang tuamu aku sadar, keputusan aku untuk menjauhkan Murni darimu itu sudah benar ."Dav
Ku Kembalikan Uang Suamiku "Bu sepatu Aida sobek, Aida malu Bu," adu anakku yang masih 2 SD . Wajar saja dia malu, sepatunya sobek seperti mulut buaya di depan. Bukannya aku tak peduli dengan anakku, tapi, mau bagaimana lagi aku hanya IRT yang tak punya kerjaan. Dulu aku kerja bantu-bantu tetangga tapi, begitu suami dan mertuaku tahu, pulangnya aku kena marah dan parahnya lagi orang yang memperkerjakan aku dilabrak habis-habisan oleh mertuaku."Maaf Murni, bukannya ibu gak mau bantu kamu lagi, tapi ibu malu. Kemarin mertua kamu datang ke sini dan memaki ibu, katanya ibu syok kaya padahal hutang ibu banyak. Ibu berlagak katanya sok-sokan nyari pembantu. Padahal kamu tahu, ibu sebenarnya juga gak begitu membutuhkan tenaga kamu, hanya karena ibu kasihan makanya ibu ajak kamu bantu-bantu di sini," ujar Bu Sintia dengan wajah sendu. Aku tahu sifat mertuaku pasti dia telah bicara macam-macam pada Bu Sintia.Kutarik napas dalam lalu setelah kejadian itu tak lagi kerja di tempat Bu Sintia.
Bab 2 Aku Bukan GembelTak lama kemudian notifikasi m Bankingku berbunyi dan sejumlah uang yang aku minta telah masuk ke rekeningku. Sebenarnya aku selalu mendapat transferan tiap bulan dari papaku. Tapi, aku sengaja pura-pura miskin di depan suamiku untuk menguji tanggung jawab Mas Dirga, aku mencoba bertahan walaupun hanya dijatah sisa gaji yang tak seberapa olehnya.Semua aku lakukan untuk menguji sejauh mana tanggung jawab suamiku, bisakah dia menjadi lelaki yang bertanggung jawab atau tidak. Namun, kali ini kesabaranku telah habis, mas Dirga sudah keterlaluan dengan melempar uang diwajah ku, padahal aku hanya meminta hakku saja."Bu, dapat?" tanya anakku dengan mata yang berbinar. Sepertinya dia berharap akan memakai sepatu baru esok hari agar teman-temannya tak lagi mengejeknya. maklum anak disini reseh dan usil jadi saat melihat anakku memakai sepatu bolong pasti akan menjadi bahan ejekan bagi mereka.Aku tersenyum dan kuusap lembut kepalanya."Dapat, habis ini kita pergi ke mal
Bab 3 "Awas ya kalau sampai nanti kalian gak bisa bayar, jangan harap aku mau memberikan uang untuk bayar belanja!" Teriak Mas Dirga yang membuat aku seketika menghentikan langkah. Memutar tubuh dan aku lihat Mas Dirga tersenyum mengejek."Takut kan, kalian pikir barang-barang di mall itu murah hingga PD bener mau beli ke sana! Heh, mall itu sepatu mahal, kalaupun ada yang murah itu juga sejuta, terus kalian dapat daripada uang segitu. Mau minta aku?" Mas Dirga menaikkan sebelah bibirnya," jangan harap!"Aku menarik nafas lalu mencoba tersenyum walaupun rasanya getir dan hati sakit."Jangan kuatir aku gak akan minta uang kok sama Mas Dirga karena aku tahu prioritas mas itu bukan kami tapi keluarga mas dan aku juga mau memberikan peringatan sama mas, nanti malam kamu kalau dingin jangan minta peluk istrimu lagi, kalau sakit dan gak bisa jalan juga jangan minta kami untuk ambil minum, mas suruh saja ibu sama kakak mas, termasuk kalau mas pingin, mas kelonin saja mereka," ucapku sengit
Bab 5 Istri Hanya Orang AsingDirga masih kesal dengan Murni istrinya itu, entah kemana perginya dia dari tadi malam sampai sekarang gak pulang. Apa wanita itu tersesat atau kehabisan ongkos, atau mungkin dia mencuri di mall lalu ditangkap polisi dan di penjara lalu hpnya di bawa polisi hingga ketika dia hubungi gak pernah diangkat. Tapi, bagaimana dia bisa menjawab WhatsAppnya tadi malam. Tadi malam karena kesal, Dirga menghubungi Murni agar cepat pulang untuk memasak karena memang uang Dirga sudah habis tinggal sisa lima ratus ribu di dompet dan itu rencananya memang untuk ongkos bensin sebulan. Tapi, jawaban Murni sungguh membuat Dirga sakit hati.[Uang kamu kan kamu berikan semua untuk keluarga kamu mas, kalau kamu lapar kamu mintalah mereka!] Dirga bekerja di sebuah perusahaan swasta, jabatannya memang manager dan gaji pokoknya saja mencapai 15 juta perbulan, tapi, dia juga memiliki banyak tanggungan.Cicilan rumah 4 juta setiap bulannya, belum cicilan mobil, Cicilan motor N Ma
Bab 5 Istri Hanya Orang AsingDirga masih kesal dengan Murni istrinya itu, entah kemana perginya dia dari tadi malam sampai sekarang gak pulang. Apa wanita itu tersesat atau kehabisan ongkos, atau mungkin dia mencuri di mall lalu ditangkap polisi dan di penjara lalu hpnya di bawa polisi hingga ketika dia hubungi gak pernah diangkat. Tapi, bagaimana dia bisa menjawab WhatsAppnya tadi malam. Tadi malam karena kesal, Dirga menghubungi Murni agar cepat pulang untuk memasak karena memang uang Dirga sudah habis tinggal sisa lima ratus ribu di dompet dan itu rencananya memang untuk ongkos bensin sebulan. Tapi, jawaban Murni sungguh membuat Dirga sakit hati.[Uang kamu kan kamu berikan semua untuk keluarga kamu mas, kalau kamu lapar kamu mintalah mereka!] Dirga bekerja di sebuah perusahaan swasta, jabatannya memang manager dan gaji pokoknya saja mencapai 15 juta perbulan, tapi, dia juga memiliki banyak tanggungan.Cicilan rumah 4 juta setiap bulannya, belum cicilan mobil, Cicilan motor N Ma
Bab 6 Perang WhatsApp POV Murni Aku bangun di pagi hari dengan tubuh yang segar, inilah untuk pertama kalinya setelah bergelar menjadi istri aku bisa bangun siang karena biasanya aku dituntut bangun pagi. Jam tiga pagi aku harus bangun untuk mencuci baju, kami tidak memakai mesin cuci padahal Mas Dirga mampu beli, dia lebih mementingkan ibunya dari pada istrinya. Terkadang jika aku mencuci baju-baju Mas Dirga rasanya aku ingin menangis, celana Mas Dirga kebanyakan celana jeans dengan bahan yang tebal dan aku harus mencuci dengan tangan, pernah aku protes dan bilang aku capek nyuci terus pakai tangan dan Mas Dirga menjawab."Apa gunanya kamu di rumah ini, apa gunanya kamu sebagai seorang istri kalau bukan untuk mencuci pakaian suamimu!" Itu semua juga dia ucapkan bukan dengan bahasa yang halus tapi dengan bahasa kasar penuh makian. Bodoh? Iya aku bodoh karena rela hidup susah padahal anak orang kaya, tapi, itulah cinta yang kadang antara bodoh dan cinta itu beda tipis saja. Hanya sa