Maksudmu apa? Aku sama Mas Dirga itu masih sah menjadi suami istri karena kami belum bercerai,"jawabku karena memang begitulah kenyataannya aku dengan mas Dirga belum resmi bercerai. "Kamu sudah keluar rumah genap 3 bulan berarti ada alasan untuk Dirga menggugat kamu,"jawab Dave enteng soalnya tidak ada beban sama sekali.Tiba-tiba saat aku berdebat dengan Deva pembantu Deva datang."Ada apa?"tanya pria itu yang berubah tegas apabila menghadapi pembantunya. Bibir yang tadi tersenyum manis kepadaku kini terlihat serius. "Ini Tuan ada surat."Pembantu itu menyerahkan amplop kepada Dev sempat Dave menerima sambil meliriku."Ada apa?"Pria itu menyerahkan surat itu kepadaku dan betapa kagetnya aku saat melihat isi surat itu karena surat itu ternyata...Aku menatap Dave tidak percaya dengan apa yang aku baca. Bagaimana mungkin surat ini bisa datang kepadaku. Padahal selama ini aku tidak pernah menggugat Mas Dirga. "Ini surat apa Dave?"tanyaku sambil menatap tajam Dave."Kamu bisa mem
Aku terkejut karena tiba-tiba dia sudah berada di belakangku. "Benarkah Om?" Aida langsung berdiri dan menatap Dave dengan mata yang berbinar bahagia. Tampak sekali anakku itu gembira dengan apa yang di Dave ucapkan. Sementara Dave menunduk lalu kemudian mensejajarkan tubuh dengan Aida."Tentu saja benar sayang. Om kan sudah bilang, Om akan menyayangi kamu Karena Om akan menggantikan peran ayah kamu. Jika ayah kamu tidak pernah menyayangi kamu maka Om akan menyayangi kamu dengan sepenuh hati apa yang tidak dapat dari ayah kamu Om akan memberikannya," ucap Dave dengan suara yang lembut lalu kemudian membelai rambut Aida dengan lembut dan penuh kasih."Serius. Om janji?" Aida menunjukkan jari kelingkingnya lalu Dave pun melakukan hal yang sama sehingga kedua jari itu pun saling berpaut."Janji. Mulai saat ini Om akan melindungi kamu dan juga ibu kamu. Takkan membiarkan satu orang pun menyakiti kalian,"ucap Dev yang membuat Aida berteriak riang."Sekarang kamu pergi ke kamar dulu karena
Jangan bilang kamu merusakkan hp-ku. Aku baru saja membelinya,"jawabku kesal."Bahkan aku bisa menggantinya 10 kali lipat dari itu."Aku menarik nafas dalam rasanya aku tidak suka dengan laki-laki itu yang selalu saja memaksakan kehendaknya padaku. "Sebenarnya apa mau kamu Dave? Kenapa kamu mengurung aku di sini? Memang selama ini pintu rumahmu selalu terbuka untukku tapi setiap kali aku ingin keluar dari rumah ini kamu selalu mengejarku.""Aku ingin menyelamatkan kamu. Aku tidak rela laki-laki itu menyakiti hati kamu." Dave menatapku lekat lalu kemudian mendekat padaku,"lupakan masa lalu , kita mulai dari sekarang. Kita bisa menikah dan bisa memulai hidup baru. Aku akan membesarkan Aida seperti membesarkan anakku sendiri.""Kamu pikirkan segampang itu? Aku sudah baikan dengan papaku. Papaku tidak akan membiarkan kamu mendekati aku. Bahkan mungkin sebentar lagi pun Papaku pasti akan menemukan aku," jawabku. Namun, Dave bukannya gentar malah tersenyum."Mungkin beberapa tahun yang lal
ya, tadi karena susah membujuk anakku aku pun terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa kami akan pergi menjemput Dave di Bandara.Aku diam otaku segera berpikir untuk mencari alasan," tadi Om menelpon katanya dia tidak jadi pulang hari ini. Jadi Dia menyuruh kita untuk jalan-jalan,"ucapku cari alasan."Kalau begitu Aida pulang aja Aida nggak mau ikut ibu." Aida mulai merajuk dia sepertinya tahu kalau aku membohonginya. "Sayang, kita akan bersenang-senang. Besok baru kita ketemu sama Om ."Aku berusaha membujuk, bagaimanapun akan sangat susah Kalau anakku merajuk. "Kalau begitu Aida pengen ngomong sama Om."Aku diam, bagaimana ini? Sedangkan aku tidak mungkin menelpon Dave. Akhirnya aku punya akal. "Sayang, sepertinya Om sibuk," ucapku setelah pura-pura menelpon nomor Dave."Sini biar Aida yang telepon."'Aduh, mati aku kalau Aida telepon bisa bisa daftar Kalau kami mau kabur,' batinku."Ibu cepetan berikan hp-nya."Aida merebut ponselku dengan paksa dan aku tidak bisa mencegahnya
Aku merasakan sebuah tangan kekar merangkulku dari belakang dan setelah itu dia mendekap mulutku. Aku berusaha meronta. Tapi, semakin lama aku semakin merasa lemas dan tak bertenaga, setelah itu semua menjadi gelap.________Suasana sangat sunyi, yang terdengar hanyalah suara jangkrik yang berbunyi di luar. Kepalaku terasa pusing dan berdenyut mataku juga terasa berat Tapi aku berusaha membukanya. "Ini dimana?" gumamku. Aku berusaha menggerakkan tanganku yang terasa pegal tapi tidak bisa hingga aku sadar ternyata tanganku telah diikat Begitu juga dengan kakiku. Perlahan aku mulai mengingat-ingat kejadian apa yang menimpa diriku. Kepala belakangku terasa pusing dan pegal aku sendiri bingung apa mungkin kepalaku terkena pukulan benda tumpul hingga rasanya sungguh sakit Tapi kalau aku mengingat kembali sepertinya tadi tidak ada adegan itu. Aku ingat aku kabur dari rumah Dave lalu kemudian menginap di hotel dan setelah itu kami pergi ke pasar malam."Aida, kemana Aida," ucapku saatnya
Dave menarik nafas dalam dia sadar tak ada gunanya dia marah," pergilah!" ucapnya.Pria itu mengeluarkan permen min lalu menghisapnya, itu biasa dia lakukan jika sedang berpikir. Dave dulu seorang perokok tetapi ketika dia menjalin hubungan dengan Murni, wanita itu selalu melarangnya dan Dave tidak pernah mengingkari janjinya. Bertahun-tahun berpisah dari Murni dia selalu mengingat kata-kata kekasihnya itu untuk tidak merokok karena bisa membahayakan kesehatan. "Kamu jangan keseringan merokok Dave, Aku tak mau nanti kalau kamu tidak berumur panjang. Aku ingin hidup sampai ketua sama kamu." Itulah ucapan Murni yang masih terngiang di kepala Dave. Walaupun murni telah mengkhianatinya dengan menikahi Dirga, tapi Dave masih setia. Dia rela masih hidup single walau umurnya sudah hampir menginjak kepala 4. "Aku kehilangan istri dan anakku tolong cari dia!" Ucap Dave kepada anak buahnya yang berada di luar sana."Nanti aku kirimkan fotonya. Aku curiga dia diculik," lanjut lelaki tampan itu
"Aku tidak tahu. Aku memang ada masalah dengan Pak Prabu, tapi aku tidak memiliki keinginan seburuk itu dengan menculik anaknya," jawab lelaki yang wajahnya telah Bapak perlu dihajar oleh Dave."Kamu pikir aku akan percaya begitu saja. Manusia licik seperti kamu pasti hanya akan berbohong untuk keselamatan diri kamu." Dave memegang kerah baju orang itu," kalau sampai terbukti kamu terlibat dalam penculikan ini maka kamu jangan pernah bermimpi untuk bebas!" Dave melepaskan cengkraman bajunya dengan kasar lalu mendorong kursi itu hingga terjatuh. "Argh," orang itu berteriak karena saat kursi itu terjatuh kepalanya membentur lantai."Awasi orang ini lakukan apa saja agar dia buka mulut karena aku yakin dia terlibat dalam penculikan Murni," kesal Dave. Rasanya dia sudah hampir putus asa untuk mencari Murni tetapi rasa cinta dan kasih sayangnya membuat dia tidak ingin menyerah. Murni dan Aida harus dia temukan dalam keadaan selamat.Lelaki itu kemudian meninggalkan tempat yang digunakan u
Sebuah pukulan mendarat di wajahnya. Bug Pria itu terjungkal apalagi ditambah tendangan telak diperut oleh orang tadi. "Rasain! Emang enak."Pria itu tersenyum puas dengan cepat dia bergerak masuk ke dalam kamar dimana Murni di sekap."Cepat lepaskan ikatannya Bos mau dia tetap hidup." Pria itu mendekat ke arah Murni dengan lemah wanita itu bertanya," kalian siapa?"Lelaki itu segera masuk ke dalam kamar dan melepaskan ikatan Murni."Kalian siapa?"tanya Murni dengan suara yang lemah dan pucat karena sudah beberapa hari dia mogok makan. Dia senang sekaligus terkejut karena tak menyangka ada orang yang menyelamatkan dirinya."Nyonya, Nyonya tenang saja sebentar lagi Nyonya akan kami bawa ke tempat yang aman," ucap salah seorang preman itu dengan nada sopan. Sementara murni hanya mampu mengangguk lemah, tenaganya sudah habis.Pria itu segera melepaskan ikatan Murni dan tepat saat ikatannya dilepas Murni pun pingsan. "Murni."Dave yang tadi mendapat kabar dari anak buahnya bahwa Murn
Dirga menatap anaknya," apa setelah keluar dari rumah Papa, ibu kamu selalu mengajarkan kamu untuk masak sendiri atau ibu kamu terlalu sibuk bekerja sampai kamu harus masak sendiri?" Bocah itu menggeleng," pas keluar dari rumah Papa Aida ketemu sama Om Dave, tiap hari diajak main. Bahkan Aida pernah mau diajak main ke Singapura mau lihat patung singa. Tapi, sayang waktu itu Ibu nggak mau, padahal Aida kepingin banget ke sana." Mata anak kecil itu terlihat terus minar bahagia ketika bercerita tentang Dave membuat Dirga hanya mampu menelan salivanya jujur dia merasa cemburu karena melihat anaknya justru memuji orang lain yang bukan apa-apanya."Ya sudah kalau begitu Papa pergi dulu. Nanti papa pulang, Papa bawakan kamu makanan tapi kamu jangan masak makanan sendiri ya nanti tangan kamu kena minyak," pesan Dirga yang kemudian berjalan meninggalkan rumah. ________"Dirga, besok kamu mau mangkal nggak?" Dirga menoleh ke arah temannya. "Ya kan biasa kita mangkal di sini, memangnya ada ap
Aida," panggil Dirga," kenapa diam saja Nak?" tanya Dirga lembut sambil mengelus pucuk kepala putrinya."Ayo makan, ini rasanya pasti wangi," ucap Dirga mengambilkan sepotong martabak lalu hendak menyuapi Aida. Sungguh sampai umur anaknya hampir delapan tahun, inilah kali pertama dia hendak menyuapi anaknya."Nggak usah, Aida bisa makan sendiri kok," ucap anak kecil itu lalu kemudian mengambil sepotong martabak dan memakannya. Tak ada senyum di wajah anak itu seperti harapan Dirga."Ini, sate yang dulu selalu kamu minta. Ini juga enak loh, yang jualan masih sama kok nggak ada yang berubah," ucap.Dirga berharap mendapatkan senyuman Aida. Namun, tetap sama anak kecil itu tetap dingin. "Apa kamu rindu Ibu kamu, besok kita cari ibumu. Papa akan keliling kota untuk mencari keberadaan ibu kamu kalau perlu papa akan lapor polisi. Supaya kamu bisa bertemu dengan ibumu."Aida menggelengkan kepalanya," Aida mau pulang ke rumah Papa Dave," jawabnya membuat Dirga terdiam. Dia ingin protes bahwa
Dave: baik, kali ini aku ikuti permainan kamu. Tapi kamu harus ingat aku bukan orang yang mudah dipermainkan Jika kamu kembali mengancamku lagi maka Aku pastikan anak buahku akan mencarimu dan aku pasti kan kamu tidak akan bisa bernafas lagi!Pengacau: Baik. Kamu bisa pegang janjiku.Dave terpaksa mengikuti permainan si pengacau itu walaupun dia tahu ini sebenarnya adalah hal bodoh yang sepatutnya tidak dia lakukan. Tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Pria itu segera turun lalu meletakkan amplop di tempat yang telah ditentukan oleh si pengacau dan setelahnya dia pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Di tempat yang agak gelap Dave sengaja turun dari mobilnya lalu berusaha mengintai siapa gerangan si pengacau itu. Namun, sudah beberapa saat menunggu tidak ada satu orang pun yang datang. "Sial, kemana dia?" gumam Dave.Beberapa saat kemudian ponsel laki-laki itu berbunyi. Pengacau: Kamu pikir aku bodoh. Cepat pergi dari sini atau aku akan berubah pikiran. Jika bukti ini aku
Dave meletakkan jemari tengah ke bibir Murni," Tuhan tahu mana yang terbaik bagi kita walaupun terkadang itu rasanya sakit tetapi setiap apa yang diputuskan Tuhan untuk kita itulah yang terbaik."Cukup lama Murni termenung dihadapan makam itu bersama dengan Dave. Dia mengirimkan doa yang panjang kepada anaknya tanpa dia tahu sebenarnya Aida masih hidup dan sedang bersama dengan Dirga. Selesai berdoa dan memohon kepada Tuhan agar Aida diterima di sisinya Murni pun berdiri dibantu dengan Dev lalu mereka berdua melangkah bergandengan menuju mobil dan selanjutnya pergi meninggalkan pemakaman umum tersebut. "Kita berhenti dulu ya, makan di Cafe kebetulan ada menu favorit kamu di sana. Cah kangkung, sambal terasi, udang dan cumi crispy."Murni seketika menoleh ke arah lelaki tampan yang sedang asyik memandangi jalanan itu."Kamu masih ingat makanan kesukaan aku Dave?"tanya wanita itu sambil mengulas senyum. Dia tidak menyangka setelah bertahun-tahun berpisah lelaki itu masih mengingat mak
"Orang tua gak tau malu! Harusnya kamu itu tahu diri Mas sebentar lagi kamu itu akan punya cucu masih mikir mau nikah lagi." Wanita itu kelihatan geram apalagi ketika melihat wanita yang kemungkinan akan menjadi calon madunya.Dave menarik tangan Murni menjauh dari tempat itu. Mereka melanjutkan acara fitting baju mereka. "Jadi bagaimana, kamu mau pakai baju yang ada ini atau kamu mau pesan?"tanya Dave kepada Murni dengan suara lembut."Aku nggak masalah sih soalnya di pernikahan aku terdahulu..." Murni tidak melanjutkan ucapannya karena Dave meletakkan jarinya tepat di bibir Murni. Lelaki itu menggelengkan kepalanya," jangan samakan pernikahan kita dengan pernikahan kamu terdahulu, ini beda. Jika dulu kamu menikah secara koboi bersama dengan Dirga dan akhirnya tidak bahagia tapi di pernikahan ini kita menikah secara terang-terangan. Kita akan pamerkan kepada semua orang tentang kebahagiaan kita biar mereka mendoakan kita supaya kita bisa menjalani rumah tangga kita sampai akhir hay
Beberapa saat kemudian makanan yang dipesan oleh Dirga pun datang dan Aida pun makan dengan lahap. "Habiskan, Nak! Kamu pasti lapar," ucap Dirga. Untuk pertama kalinya tangan kekar laki-laki itu mengelus rambut anaknya. Aida bahkan sampai berhenti mengunyah, dia terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Dirga."Maafkan papa ya nak. Papa sadar Papa telah salah, sekarang setelah kamu dan ibumu pergi Papa merasa kesepian dan papa sadar ternyata kalian sangat berarti bagi Papa." Mata Dirga berkaca-kaca bahkan kemudian air matanya menetes sehingga membuat laki-laki itu buru-buru untuk menghapusnya. "Nak, boleh Papa tanya sama kamu?" tanya Dirga pelan setelah Aida selesai makan. "Mau tanya apa?" tanya gadis kecil itu. Walaupun berusaha bersikap baik padanya akhirnya tampak masih canggung dengan Dirga. "Kenapa kamu sendirian, ibu kamu ke mana?" Dirga menatap Aida dengan pertanyaan penuh di kepala. Sementara Aida menarik nafas dalam lalu dengan terbata-bata anak itu menceritakan semua yang
Semua mata tertuju pada insiden kecelakaan itu. Sesosok tubuh anak perempuan tertabrak mobil yang melaju dengan sangat kencang di jalan raya. Tubuhnya terlempar jauh ke sisi jalan dengan luka yang terlihat parah. Terlihat baju anak itu basah dan berwarna merah. Orang-orang yang ada disekitar situ heboh dan mulai bergerombol mendekat ke arah korban."Apa dia meninggal?"tanya salah seorang lelaki berpakaian sederhana memakai kaos oblong berwarna putih dan bercelana hitam. Dia berdiri sambil memperhatikan tubuh yang meringkuk di tepi jalan itu. "Biar aku periksa," jawab seorang pemuda yang berdiri di sampingnya. Namun, buru-buru tangannya dicekal oleh orang lain. "Jangan sentuh dulu! Kita tunggu polisi datang,"ucap lelaki berkulit sawo matang dan memiliki tahi lalat di bibirnya. "Tapi kasihan, bagaimana kalau dia masih hidup," bantah pemuda itu. Dia berpikir mungkin saja korban masih hidup dan harus secepatnya mendapatkan pertolongan. Tapi, para warga memiliki pikiran lain Mereka taku
Kamu nggak papa?"tanya Abdullah ketika melihat wajah Aida yang pucat."Nggak apa-apa kok kek hanya sedikit pusing." Abdullah tampak cemas melihat Aida," apa kamu kurang sehat? Kalau kamu kurang sehat kita pergi lain kali saja sampai kamu merasa tidak pusing lagi." Tangan keriput Abdullah menyentuh kening Aida. "Aku nggak papa kok, kek. Kita lanjutkan saja rasanya Aida sudah enggak sabar ingin membeli boneka," ucap anak kecil itu meyakinkan sang kakek bagaimanapun dia tidak mau rencananya batal. Abdullah tersenyum dia senang melihat semangat Aida, Mereka pun melanjutkan perjalanan. Dari kampung tempat Abdullah menuju ke kota memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan menggunakan angkot. Pusing dan sedikit mual Aida dengan sebisa mungkin menahan diri hingga sampailah mereka ke sebuah pasar yang cukup besar. Sampai di sana Aida sempat bingung, bagaimana caranya dia kabur agar bisa bertemu dengan ibunya. "Ayo kamu ingin beli apa?" tanya kakek Abdullah ketika sampai di sebuah deretan tok
Abdullah segera berjalan menuju ke kamar miliknya lalu lelaki itu segera mengintip ke bawah dipan yang digunakannya untuk tidur. Dengan tersenyum dia meraih celengan berbentuk ayam jago yang sudah lama disimpan di bawah dipan itu. Dulu dia memiliki beberapa ayam lalu setiap ayamnya bertelur dia selalu menjualnya ke pasar dan hasilnya dia tabung di dalam celengan itu ditambah beberapa hasil panen yang dia dapatkan. Sudah lama Abdullah menyimpan uang itu dia berpikir Mungkin suatu hari dia memerlukan uang-uang itu. "Ini lihat, uang kakek banyak. Dengan uang ini kamu bisa beli boneka dan juga membeli baju baru." Pria yang giginya telah ompong itu tersenyum, wajahnya tampak sumringah saat menunjukkan celengan itu kepada Aida. "Asyik," Aida berteriak girang. Tapi sebenarnya bukan karena dia akan mendapatkan boneka akan tetapi karena rencana yang telah disusun berjalan dengan mulus."Ayo sekarang kita pecahkan celengan ini lalu kita ambil uangnya."Aida mengangguk," iya kek."Aida segera