Tring...Tring....Entah sejak kapan ponselku berdering tapi kurasa di alam bawah sadarku sampai terbawa mimpi suara dering itu terus berbunyi.Aku dan istriku yang tertidur dalam posisi berpelukan dan hanya ditutupi sebuah selimut terjaga karena suara ponselku."Mas." Istriku mengguncang pipiku dan memintaku untuk segera menjawab panggilan itu.Aku bangkit sementara dia kembali merangkum selimut untuk menutupi tubuhnya dari dinginnya hawa air conditioner."Ada apa?""Mas, sebaiknya kamu datang sekarang.""Kenapa?""Aku keguguran Mas!""Apa?"Aku terlonjak bangkit dari posisiku berdiri dengan wajah tegang dan setengah tidak percaya dengan perkataannya.Keguguran?Kapan dia hamil, kalau dia hamil anakku, kenapa dia tidak memberitahuku agar aku lebih memperhatikan kesehatan dan keinginannya. Kalau ternyata bukan Anakku berarti dia menipuku selama ini, menipuku di mana Aku tetap berhubungan dengannya dan dia memanfaatkanku padahal dia punya pacar lain."Mas, apa kau mendengarku?"Sesaat
Aku panik dan langsung mengangkat tubuhnya dari sofa meminta petugas kesehatan yang barusan untuk menolongnya. Wanita itu sigap memberi bantuan dia memeriksa denyut jantung dan suhu tubuh lalu berusaha menyadarkan ailin dengan perlahan. "Bagaimana dia? Apa kita harus melarikan dia ke UGD?""Tidak, Pak, dia tak akan mau.""Apa keadaan masih bisa ditangani di sini?""Ya, aku bisa, dia hanya lelah.""Ya ampun," desahku dengan resah, aku memahami betapa sakitnya hati Airin kehilangan calon bayinya, aku juga panik khawatir terjadi apa-apa pada wanita itu. Jika dia sampai meninggal maka sudah dipastikan aku dalam masalah besar.Perlahan wanita c itu siuman rambutnya yang ikal mayang menempel di wajah dan keringatnya, membuat dia nampak cantik dan makin terlihat luar biasa di mataku meski dia pucat. Aku mendekat padanya dan menggenggam tangannya menyapanya dengan perlahan lalu mencium keningnya."Kau baik baik saja?""Sebaiknya kau pulang. Amaira, pasti bertanya-tanya di mana kau sekarang.
Bisa bicara seperti itu ayah bangkit dari tempat dudukku. Dia berjalan perlahan, meski dengan langkah yang setengah tertatih tapi lelaki itu masih nampak berwibawa dan punya kekuatan. Tentu saja Meski aku anak semata wayang tapi aku sangat gentar jika Ayahku sedang marah, dia bisa menghancurkan hidupku dalam satu jentikan jari saja."Terima kasih sudah datang ayah.""Tak masalah, aku pulang dulu, ada janji dengan beberapa pemilik perusahaan besar jadi aku akan bicara pada mereka.""Semoga lancar ayah.""Aku membantumu untuk melancarkan bisnis, istrimu juga membantu agar regulasi keuangan berjalan dengan lancar dan kau tidak merugi, orang-orang yang ada di perusahaan ini semuanya baru membawa membantumu jadi jangan merusak segalanya hanya dengan perselingkuhan dengan wanita itu.""Baik Ayah.""Cepat cepatlah sadar.""Baik, Ayah."Seiring dengan menghilangnya Ayah dari balik tembok yang jadi pembatas antara kantorku dan koridor utama. Aku menghela nafas, aku kembali terpikirkan akan ung
"Dengan siapa kau bertengkar?""Eh, bu-bukan."Ternyata istriku menyimak percakapan, dia berdiri di belakangku sambil melipat tangannya dan menatap diri ini dengan ekspresi datar seakan dia memaklumi setiap dosa yang kulakukan dengan tenang."Kalau wanita itu ingin kau ada di sisi-nya maka kau bisa pergi menemani dia.""Tidak, tidak usah?""Mengapa tidak usah!""Kemarilah!" Aku memberi isyarat agar dia mendekat.Dia maju beberapa langkah lalu aku menarik tangannya agar dia begitu dekat padaku, dia berdiri sejajar pinggangnya dengan kepalaku, aku yang di posisi duduk tiba-tiba memeluknya wanita itu kaget dan terperangah."Ada apa denganmu?""Lima menit saja," ucapku sambil memejamkan mata."Apa.. kau bertengkar dengan pacarmu?""Tolonglah, Aku butuh ketenangan 5 menit saja.""Baiklah." Wanita itu terdiam sambil mengelus puncak kepalaku dan menepuk-nepuk bahuku secara lembut, tiba-tiba aku merasa menemukan kedamaian yang sudah sejak lama aku cari, berapa jauh aku mengembara di rimba d
"Mas ... Mas, tunggu, meski aku menyakitinya, iya tetap berusaha mengejar dan menggapai tanganku dengan air mata yang sudah membasahi pipinya wanita itu berusaha membujuk dan berusaha tersenyum di hadapanku."Mas, aku minta maaf, aku yakin, aku sudah kehilangan akal saat mengatakan hal-hal tadi. Aku minta maaf, Mas," ujarnya sambil memegang pakaianku, dia memelas dan minta maaf dengan tatapan menyedihkan."Aku harus rapat," ujarku melepas cengkeraman tangannya."Tidak, aku tidak akan melepaskanmu selagi kau tidak bilang bahwa kau memaafkanku!" ujarnya sambil makin mengeratkan tangannya."Ailin sudah!" Brak!Aku menepis dan menghempaskan tangannya, segera mungkin kutinggalkan wanita itu di ujung lorong kantor yang sepi sambil berharap tidak ada yang memperhatikan adegan tadi. "Mas, teganya kamu, aku bersumpah akan membuat kamu kembali dan berlutut di kakiku," ujarnya sambil memaki.Aku tak peduli, aku naik ke lift dan pergi ke ruang rapat.Kucoba meredakan lebaran jantungku yang berd
Sepanjang perjalanan menyetir mobil menuju ke rumah aku merasa hatiku tertinggal sebelahnya, tertinggal pada air yang beberapa saat selalu kucampakkan dan kutinggalkan. Aku tahu mengecewakan seseorang bukanlah sesuatu yang ingin kulakukan, tapi dengan sengaja aku malah melakukan itu untuk melukai istri dan anak-anakku.Tiba-tiba perasaanku menjadi aneh dan hampa, ada sensasi sesak dan seperti pisau yang mengoyak perasaanku. Sulit untuk berpisah dari Ailin Karena Wanita itu adalah pencerah dalam kehidupanku dan memberiku kenikmatan yang luar biasa tapi istriku ... Kasihan dia bertahun-tahun Dia bersabar atas perselingkuhanku. Bertahun-tahun dia memaklumi perbuatanku dan menutupinya dari muka umum, sekali ini aku harus memperbaiki kesalahan dan kembali mempertahankan istriku.Rasa yang ada di hatiku benar-benar kacau aku sedih dan merasa bersalah meninggalkan ayah dan tapi aku merindukan pelukan istriku dan benar-benar ingin minta maaf serta mencuci dosa-dosa ini.*Sesampainya di rumah
*Sehari berikutnya setelah aku dan ailin bertemu di pesta."Jadi ternyata kau masih menyimpan kerinduan untuk selingkuhanmu itu untuk wanita yang pernah ada dalam kehidupan dan menjeratmu selama 10 tahun?""Aku tidak bermaksud begitu, Meski aku terlihat bermesraan dengannya tapi aku benar-benar tidak bermaksud begitu, aku minta maaf Amaira," ujarku lirih. Aku tahu aku menorehkan belatik pada luka-luka istriku yang beberapa tahun kemarin baru saja disembuhkan. Harusnya, aku tidak menikam di bekas luka yang sama. Aku merasa malu dan sangat bersalah.Terjadi percakapan dingin antara aku dan dia. Hubungan kami hancur dalam waktu semalam hanya gara-gara aku berjumpa dengan mantan kekasihku dan terbawa suasana lalu berciuman dengannya. Aku benar benar merasa sangat buruk."Hmm, Aku merasa sangat bersalah padamu tapi yang lebih parah dari semua perasaan itu adalah rasa malu. Aku sudah berkomitmen untuk tidak mengulang kesalahanku Tapi entah kenapa...."Wanita itu diam di depanku dan tidak
Wanita itu berani sekali, ia nyaman menggoda dan melecehkan secara seksual padahal ia adalah seorang wanita, ia terlalu berani mungkin karena aku begitu memberinya ruang dan keleluasaan. Dia berani bersikap seperti itu karena dia sudah tahu sejauh apa aku mencintainya saat itu. Tapi, sekarang aku sudah berubah, aku benar-benar berkomitmen pada keluargaku dan ingin mengembalikan kepercayaan Amaira, Aku ingin mempertahankan istri dan keluargaku juga jabatanku. Ternyata sulit sekali kalau sudah terjerat dalam lingkup pergaulan setan semacam ini, aku sudah lepas dari jerat Ailin, wanita itu seakan menguntit dan mengikuti kehidupanku kemanapun. Meski aku sudah menyingkirkannya dia selalu datang dan datang lagi berulang-ulang. Dia selalu punya alasan untuk ada di sekitarku dan berhubungan dengan rekan-rekan bisnisku. Sepertinya wanita itu tidak akan melepaskanku sekuat apapun aku berusaha untuk lepas darinya. Dia akan selalu berada di belakangku seperti bayangan, membayangi kehidupanku