Share

Bab 97

Author: Azzurra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ya begitu deh," Nisa menggedikkan bahu, enggan menjawab.

"Iisshhh ... Mana foto-fotonya?" cecar Dini.

Nisa mengambil gawai memperlihatkan koleksi foto dia dan Damar selama di sana.

"Bu Nisa, ini suami Bu Nisa?" tanya Dini penasaran.

Nisa menggangguk. Dini diam sesaat menatap layar ponsel di gengaman tangan, jari-jari tangannya trampil menggulir ponsel. Netranya berbinar melihat begitu banyak tempat-tempat indah yang di abadikan pasangan ini.

"Uiihhh ... Doain dong aku juga pengen hanymon minimal ke tempat indah di Indonesia deh, nggak usah muluk-muluk ke luar negri." Dini menyerahkan ponsel Nisa.

"Udah punya pasangan belum?" tanya Nisa, Dini menggeleng cepat.

"Kalo belum punya pasangan mau hanymoon sama siapa?" tanya Nisa, senyumnya seolah mengejek.

"Ya cari dulu, Bu. Namanya juga hanymoon harus sama pasangan halal pastinya." Dini mencebik kesal.

Nisa terkikik melihat reaksi Dini, gaet Pak Emran aja, nih biar bisa deket, anterin ini ke ruangannya." Nisa menyodorkan oleh-oleh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
MisDarwati
bagus itu,bosan dengan damar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 98

    "Ya sudah, rumah Bu Nisa sudah dekat ini," ujar Emran. "Kok Pak Emran tau rumah saya sudah dekat?" tanya Nisa. "Apa yang nggak Emran tau tentang para pengajar di yayasannya, Bu," ujar Emran.Nisa hanya diam, "Iya juga ya, aku kan kerja di yayasannya, nggak mungkin Emran nggak tau aku tinggal di mana." monolog Nisa."Ngomong-ngomong makasih oleh-olehnya, Bu," ucap Emran, memulai pembicaraan yang sempat terhenti tadi. "Cuma sedikit Pak," Nisa menatap Emran, tetapi ternyata Emran memalingkan wajah menatap Nisa juga. Pandangan mata mereka bertemu sesaat, Nisa langsung mengalihkan tatapan mata pada lelaki tampan di sebelahnya. "Sudah sampai Bu, Alhamdulillah hujannya juga udah berhenti.""Terimakasih, Pak. Mampir dulu, ngopi biar sedikit hangat," ujar Nisa basa basi. "Emang nggak ada yang marah kalo saya mampir?" Bibir Emran terkulum, Nisa baru menyadari jika senyum Emran begitu mempesona.Bibir Nisa langsung tersungging, " Ada Pak," ujar Nisa apa adanya. Dia langsung mengingat kecem

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 99

    Nisa menyandarkan kepala di dada bidang lelakinya. Merasa nyaman, pikirannya melayang-layang, entah kenapa banyak sekali bayangan-bayangan beberapa lelaki berkelebat di rongga kepalanya. Netranya terpejam, penciumannya mengendus tulang selangka Damar. "Mas, kok Nisa belum hamil juga, ya?" tanya Nisa. "Hamil, punya anak itu hak preogratif dari Allah. Usaha aja maksimal," ujar Damar. "Abis ini kita usaha lagi ya," Damar menaik turunkan alis, mengecup bibir Nisa sesaat. "Nanti jatuh dari tangga Mas!! Jangan mesum mulu kenapa?" cebik Nisa, menepuk pundak Damar. "Sama istri sendiri kok mesum." Damar meremas bokong Nisa yang tepat berada di telapak tangannya. Aww .... Bola mata Nisa membola mendapat remasan di bokong sintalnya. Damar terkikik mendapati wajah masam Nisa. Sebelum menaruh bobot tubuh Nisa di atas kursi, lagi Damar melumat bibir kemerahan milik Nisa yang cemberut menggemaskan. "Iihhh ... Malu tuh, sama Mbak Marni, sama Mbok Darmi, nyosor aja." tunjuk Nisa pad

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 100

    "Waalaikumsalam Kak Ayo borong." tawar Nisa. Dia mengambil satu makanan dan mengangsurkan ke arah Fatta. "Ini puding buatan Kak Mitha," ujar Nisa, menengok pada gadis kecil di sebelahnya. Fata meraih puding pemberian Nisa. Kirana menyuapi, "Fatta mau lagi?" tanya Kirana pada gadis kecilnya. Fatta memgangguk. "Suka ya?" tanya Nisa. Lagi Fatta mengangguk. "Borong Mas!" ujar Nisa pada Damar, dia tersungging kikuk melihat Damar memperhatikannya sejak tadi. "Ya udah Mas borong semua pudingnya, bungkus buat Fatta 10, buat kamu 10 bawa pulang ya. Sisanya kamu bagi-bagi aja," perintah Damar pada Nisa. Dini begitu terpana melihat penampilan Damar, dia pun tak habis pikir dengan Nisa dan satu wanita yang sedang menyuapi Fatta, "Kok bisa dia nggak bertengkar atau cemburu, melihat suaminya bergandengan dengan wanita lain." monolog Dini. "Asiikk...." Nisa bersorak. "Mitha dagangan kita langsung abis," ujar Nisa pada Mitha siswi yang di dampingi berjualan. Damar memberikan beberapa lembar

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   101

    Di rumah megah milik Nisa seorang pria sedang mencoba merayu permata yamg selama ini dia jaga, lelaki ini khawatir si permata akan jatuh pada kubang dosa jika di biarkan terus berada berdekatan dengan pria yang bukan mukhrim. Selama ini dia sedikit abai, tetapi setelah melihat kejadian siang tadi, mata kepala Damar kembali terang, bahwa Nisa masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya. "Nis, kamu betah kerjanya?" tanya Damar. Memeluk Nisa dari belakang. "Betah, emang kenapa, tumben tanya-tanya?" tanya Nisa. "Mas Damar butuh sekretaris tambahan, kamu aja yang jadi sekretaris, biar nggak jauh-jauh dari Mas." Damar mencium pudak Nisa. "Nisa 'kan males kerja di kantor," tolak Nisa, "Pusing liat angka-angka, sama jadwal.""Nisa cuma perlu temenin Mas doang, ngingetin Mas meeting, makan. Itu doang." Lagi Damar mencoba meyakinkan bahwa perkerjaan Nisa mudah nantinya. "Kan ada Pak Roni!!" "Tapi Mas butuh kamu di deket Mas tiap hari." Lebih baik menjaga Nisa di dekatnya dari

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 102

    "Jangan di sini, Nis." Fina menarik tangan Nisa keluar kamar. "Apa sebaiknya Papah di rawat di Rumah Sakit, Nis. Mamih khawatir," ada raut cemas di wajah Fina. Dia harus bisa mengambil hati anak sambungnya kali ini."Iya, ini Nisa juga mau ajak Papah untuk di rawat, tadi kata Mas Bagus nggak mau," ujar Nisa. "Iya, tadi sudah mau di panggilkan ambulance tapi Papah nggak mau." "Ya udah Mih, nanti kalo Papah udah bangun panggil Nisa biar kita ajak ke Rumah Sakit," ujar Nisa lagi. Fina mengangguk, "Nis maafin mamih ya," ujar Fina menguatkan hati mencoba memberi kesan baik pada anak sambungnya. "Untuk apa Mih?" tanya Nisa. "Karna mengabaikan kamu selama ini," ujar Finna. Nisa tersenyum. "Iya Mih, ya udah Nisa naik dulu capek banget baru pulang kerja." Fina memandangi kepergian Nisa, dia harus menjalankan strategi baru, mendekati Nisa agar dia bisa tetap berada di sini walau Chandra telah tiada nanti. Kemarin Chandra sudah menceraikan Fina tanpa sepengetahuan siapapun, hanya pengac

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 102

    Setiap Nisa keluar rumah Damar selalu waspada, memikirkan istri kecilnya, khawatir melakukan hal yang di luar batas. zaman yang sekarang di lalui adalah tahapan pada akhir jaman, siapa yang tidak waspada maka akan celaka. "Mas, ngapain sih sering banget telpon." Wajah Nisa terpampang cemberut di layar ponsel Damar."Kamu makan siang sama siapa?" tanya Damar. "Sama Bu Dini, di dalam kelas." Suara Nisa terlihat sekali tak suka karna Damar sudah beberapa kali menelponnya hari ini, Nisa sampai hafal betul jam Damar menelponnya. Dini cekikikan, melihat eksperesi kesal Nisa. Dan wajah Dini di sorot kamera Damar, karna Damar meminta Nisa menyorot semua ruangan. "Apaan sih, Mas!! Udah ... aku nggak mau di telponin mulu," ujar Nisa. "Kok cuma berdua, muridnya mana?" tanya Damar."Udah pada pulang, 'kan Nisa ngajar kelas satu, jam satu mereka pulang." "Kenapa kamu pulang jam tiga, dua jam ngapain aja di situ?" tanya Damar menelisik. "Ngerjain tugas lain, udah ah ... Nisa tutup telponnya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 103

    "Tapi tak bisa semudah itu risign dari yayasan ini, Pak Damar."ucapan Emran membuat Damar sedikit gelisah, tak mudah rupanya menarik istrinya dari tempat ini."Iya saya tau akan hal ini, silahkan cari guru pengganti secepatnya, minimal tiga hari kedapan istri cantik saya ini harus sudah bisa keluar dari yayasan Anda." Damar berkata tegas. Menekankan ucapan di kata 'istri cantik'."Minimal dua minggu paling lama satu bulan," ujar Emran dia menyandarkan bahu, mengangkat kedua tangan ke atas sandaran kursi, mengungkapkan dia tak mau di bantah, karna sekarang ini mereka ada di wilayahnya. "Oke," jawab Damar seolah itu tak masalah. Semua sudah ia pertimbangkan, dan mau tidak mau Damar harus mengikuti peraturan yang berlaku, dia tak ingin Emran tau, jika Damar menarik Nisa Karna cemburu dengannya."Mas, Nisa kan belum setuju mau risign!!" Nisa mencoba bernego dengan Damar. "Bu Nisa, lain waktu kalau ingin kembali ke sini, silahkan. Pintu sekolah kami terbuka untuk Ibu. " Emran mengakhiri

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 105

    "Ahhh ... Hati kenapa kamu menghianatiku, kenapa aku jadi galau sendiri. Kenapa nggak bisa membenci Kirana." Nisa berbincang sendiri sejak tadi. "Dek." Lamunan Nisa buyar mendengar Kirana memanggil. Wanita muda ini menggeser tubuh saat Kirana ingin duduk di sebelahnya, baru tadi hatinya bilang Kirana baik, sekarang hati yang lain merasa iri melihat perut Kirana. "Alhamdulillah," ucap Kirana saat berhasil mendaratkan bokong di kursi empuk sebelah Nisa."Dek, ini tas rajut, ini syal. Semua ini kakak yang buat sendiri. Nih buat dek Nisa." Kirana meyerahkan barang di tangannya pada Nisa. "Syalnya kakak buat tiga untuk kamu kakak sama Mas Damar. Semoga kita selalu rukun, ya. Bisa sampai ke Jannahnya Allah." Kirana menerangkan jika dia sendiri yang buat tas dan syal pada Nisa. "Bagus, Kak. Tangan kakak trampil banget bikin rajutan," ucap Nisa, meneliti setiap detai rajutan tangan Kirana. "Buat ngisi waktu, Dek. biar nggak jenuh," ujar Kirana. Senyum Kirana begitu tulus, membuat hati N

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 181

    Di gedung Hardiyata, Damar menyugar rambutnya frustasi bayangan Nisa memenuhi isi otaknya. Sudah lama Damar berpuasa, tak berani menyentuh istrinya. Di raihnya gawai lalu di tekan nomor Nisa, Damar menatap ponsel tak berkedip, nampak Nisa menggunakan pakaian haram yang sedang dia coba. "Mah, lagi ngapain? Kok pake pakaian seperti itu?" tanya Damar, jakunnya turun naik melihat penampakan istrinya. "Eh ... Lupa Nisa lagi pake baju beginian," segera Nisa memakai daster yang teronggok di pinggir ranjang. "Nisa lagi nyoba-nyoba, masih muat apa, nggak!" ujar Nisa salah tingkah melihat Damar menatap tak berkedip. Damar terus mengajak Nisa bicara, lelaki ini beranjak dari tempat duduk, meninggalkan kantor, tetapi masih terus berbincamg dengan Nisa. "Mas kamu mau kemana? Kalo sibuk matiin aja, Nisa mau nenenin Agam," ujar Nisa, sudah mengeluarkan aset yang membuat Damar berkhayal kemana-mana. "Ya sudah." Damar mematikan ponsel, lima belas menit kemudian dia sudah berada di depan pintu kama

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 180

    Bayi mungil sudah berada di box bayi, pengajian di gelar di rumah megah ini. Mengundang anak-anak yatim dari beberapa yayasan. Besok siangnya di rumah mengadakan open house, membagikan sembako gratis untuk warga kurang mampu bekerja sama dengan rt setempat membagikan hadiah atas kebahagian yang sudah keluarga Chandra dapat. Semakin hari kebahagian semakin berpendar di dalam rumah ini, anak-anak yang sehat dan terlihat bahagia. Chandra pun semakin sehat, Fina semakin mendekatkan diri pada sang Maha Pencipta. Karir Damar semakin gemilang dan Nisa semakin memperbaiki diri menjadi orang tua dari tiga anak yang masih sangat membutuhkan kasih sayang. Pagi ini rumah terasa berbeda dari sebelumnya.Oe oe oe ....Huuu ... huuu ... huuu ....Suara nyaring bayi bersahutan dengan suara tangis Nisa. Damar terlihat gelisah dan bingung. Dia mengayun bayi yang sedang menangis kencang. Sudah dua minggu berlalu dari masa Nisa melahirkan, selama itu Damar tak bisa pergi kemanapun. Hari ini Damar mema

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 179

    Nafas Nisa sudah teratur Damar menatap Nisa, ingin mencium bibir yang sedikit terbuka, tetapi di urungkan, dia tak ingin mengganggu istri kecilnya. Lelaki ini menuju ruang kantor, menyelesaikan tugas kantor dari rumah. Roni pun siaga menghandle pekerjaan Damar. Memang Roni merupakan tangan kanan yang tak diragukan lagi kesetiaannya sejak di bawah naungan Chandra, hingga kini Damar yang menguasai pun Roni masih terus setia. Setelah menyelesaikan pekerjaan lelaki ini menuju ruang makan, ternyata Nisa sudah duduk di sana, menunggu anggota keluarga yang lain datang ke meja makan untuk makan siang. "Sudah bangun?" sapa Damar. Nisa mengangguk. "Mau langsung makan, Mas?" tanya Nisa."Nanti tunggu, Papah," jawab Damar. "Makan lah dulu, tak usah menunggu kalau lama." Suara Chandra menyahut, lalu duduk di tempat biasa lelaki tua ini duduk. "Mamih mana, Pah?" tanya Nisa. "Lagi rewel Alika, nanti papah bawakan makanan ke kamar saja. Ayo di makan." Chandra mempersilahkan anak-anaknya makan.

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 178

    Nisa menatap kamar bayi bernuansa biru laut. Menurut prediksi dokter, bayi dalam kandungan Nisa adalah bayi laki-laki. Semua barang yang Nisa beli untuk calon bayinya berwarna biru, orens, hijau, sebisa mungkin dia hindari warna pink. Nisa duduk di pinggir ranjang melipat pakaian kecil, sesekali mencium, seolah dia sudah begitu rindu pada bayi yang sudah sekian lama di nanti. Damar mengamati gerik Nisa dari ambang pintu, lelaki ini menyandar di daun pintu, sambil melipat tangan. Bibirnya tersenyum senang melihat Nisa bahagia. "Masih ada yang kurang, Mah?" tanya Damar, membuat Nisa terjingkat tak mengira Damar menyapa. "Mas ... bikin kaget," ujar Nisa mengerucutkan bibir. Damar menghampiri Nisa, menarik bangku kecil lalu menaikkan kaki Nisa di atas bangku kecil. "Kakinya bengkak banget, sakit nggak?" tanya Damar. "Kalo berdiri lama sakit, kamu nggak kenapa-kenapa cuti kerja lama, Mas?" tanya Nisa, "Yang mau lahiran kan Nisa kok yang cuti kerja kamu?" tanya Nisa penasaran la

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 177

    Waktu kian berjalan, mengiringi kebahagiaan Nisa dan Damar. Semakin hari cinta mereka semakin bersemi. Pagi ini Nisa berada di balkon duduk di kursi goyang menghadap taman di bawah kamarnya, tangannya mengelus perut yang semakin membuncit.Terdengar pintu terbuka, Damar menghampiri Nisa lalu berjongkok di hadapan wanita cantik ini. Lelaki ini terlihat berkeringat, tubuhnya berbalut kaos tanpa lengan terlihat otot tangannya menyembul, menandakan kekuatan tubuhnya. Tanpa aba-aba lelaki atletis ini mencium pipi Nisa. "Udah mandi belum?" tanya Damar, menyeka keringat di dahi, dengan anduk kecil yang terlampir di leher.Nisa menggeleng. "Nanti aja, Nisa mode males. Kok udahan olah raganya?" tanya Nisa. "Udah." Damar bangun dari jongkok, langsung mengangkat tubuh Nisa memggendong seraya berjalan ke arah kamar mandi. "Kamu masih keringetan, nanti dulu mandinya," ujar Nisa, menyentuh leher Damar menyeka keringat yang masih tersisa. Langkah Damar terhenti, beralih menuju ranjang. "Duduk du

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 176

    Nisa menggendong Attala karna batita ini merajuk minta di gendong, Nisa mengendong lalu mencium batita ini, menyalurkan kasih sayang, menunjukkan bahwa kasih sayangnya kepada Attala tidak akan berkurang, walau ada bayi lain hadir di rumah ini. Attala tertawa terbahak karna Nisa memborbardir dengan ciuman bertubi. "Dedek Atta ngiri sama dedek bayi?" tanya Nisa. Bola mata bulat mengerjap mencerna ucapan Nisa. "Bener kan Atta ngiri, nggak boleh ngiri, Mamah, Opa, Oma tetep sayang sama kamu, ya!! Attala juga harus sayang sama dedek bayi oke!!" ujar Nisa mengajarkan Attala, anak lelaki Damar dan Kirana. Attala tersenyum melihat raut wajah Nisa, bayi satu tahun ini kembali terbahak karna di serang ciuman oleh Nisa. Damar baru saja pulang dari kantor, bibirnya tersenyum bahagia melihat Nisa dan seluruh keluarga menyayangi kedua putra putrinya. Melihat Damar pulang Nisa segera menyambut suaminya, memberinya sesajen khas suami baru pulang kerja. lelaki ini memandang bayi dalam ayunan, mem

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 175

    Mentari memberi kehangatan pada penduduk bumi. Nisa menghampiri Damar yang sedang bercermin, wanita muda ini mengambil krim penghilang kemerahan di wajah Damar akibat gigitan semut semalam. "Mas, maafin Nisa ya!" ujar Nisa dengan wajah menggemaskan, tangannya lincah membubuhi krim di wajah suaminya. Damar mengangguk. "Buat Mamah cantik, sama calon dedek bayi apa sih yang nggak," ujar Damar tulus, tangannya mengelus perut Nisa yang sudah sedikit menonjol. Nisa merangkulkan tangan di leher Damar, mencium lembut bibir suaminya. "Makasih ya, Mas, dedek bayinya seneng banget." Setelah mencium Damar Nisa menarik tangan lelaki atletis ini keluar kamar. Karna tangan lelakinya sudah semakin menggerayang ke tempat lain.Damar merangkul pinggang Nisa erat, berjalan turun ke bawah, sampai di bawah Nisa langsung menuju kulkas hendak mengambil buah yang suaminya petik semalam. Beberapa pintu kulkas sudah Nisa buka tetapi barang yang dia cari tak ada. "Mbak, tempat ungu di sini liat nggak?" tany

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 174

    Indahnya dunia membuat banyak orang terlena. Sisi gelap dunia lebih mendominasi menampilkan kesempurnaan, keindahan juga kebahagiaan. Keindahan dunia hanyalah fatamorgana kebahagaian, daya tarik agar manusia lalai pada kebenaran dan jalan Tuhan. Tetapi bagi mereka yang mendapatkan keindahan dunia dan menggunakan dengan baik, untuk kebaikan diri dan orang lain, maka mereka mendapatkan kebaikan dari apa yang dia miliki dan menjadi bekal kehidupan abadi kelak. Damar lelaki penyayang ini duduk di bangku kebesarannya mendengarkan Roni menyampaikan pencapaian-pencapaian semua bisnis yang sekarang dalam genggaman. Semua usaha yang awalnya di niatkan untuk membantu masyarakat nyatanya menghasilkan rupiah di luar ekspektasi. Wajah cerah, senyum menawan terukir di bibir Damar, begitu pun Roni tak henti menjelaskan apa yang harus dia jelaskan dan paparkan. "Makasih Ron, sudah membersamai saya selama ini, saya harap apa yang kita kerjakan bisa memberikan kebaikan untuk orang lain terutama unt

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 173

    "Duduk dulu, Bu," ujar Damar, di buat sesantai mungkin. Melihat tak ada reaksi apapun dari Damar membuat Ivana makin meradang. "Pak Damar nggak cemburu liat istrinya di peluk lelaki lain?" tanya Ivana berapi-api. Damar mencoba tersenyum senatural mungkin. "Nanti bisa saya tanyakan ke istri saya, Bu. Jadi Bu Ivana tak usah repot-repot, menunjukkan hal seperti ini kepada saya, lain kali."Mendengar penuturan Damar, Ivana mengepalkan telapak tangan kencang, hingga kuku menancap pada telapak tangan. "Oke, kalo foto ini memang nggak berpengaruh," ujar Ivana, "Permisi. Sekarnag pasti lelaki ini sedang ada di rumah Pak Damar." Ivana bangkit dari duduk lekas meninggalkan kantor. Setelah Ivana pergi Damar memanggil Roni berbincang, lalu dia meninggalkan kantor. Dengan Cepat Damar menaiki mobil tanpa supir. Klakson berbunyi nyaring di depan pintu pagar yang menjulang tinggi, dengan cepat Rudi membuka pagar. Hati Damar sedikit terbakar tadi, tapi sebisa mungkin dia harus bisa meredam segal

DMCA.com Protection Status