공유

Bab 93

작가: Azzurra
last update 최신 업데이트: 2024-10-29 19:42:56

Setelah membersihkan tangan dan kaki Nisa menggambil pakaian tidur, di lihatnya pakaian kurang bahan yang belum sempat dia gunakan. Rencananya pakaian ini akan dia pakai di hari-hari terakhir di tempat terakhir acara hanymoon mereka.

Dia masukkan pakaian itu ke dalam kotak lalu membuangnya ke tempat sampah. Sekilas Damar melihat Nisa membuang sesuatu ke dalam tempat sampah. Setelah Nisa membaringkan tubuh, lelaki atletis ini mengambil kotak yang tadi Nisa buang.

Damar mengambil lagi pakaian yang Nisa buang tadi, lalu mendekati wanitanya yang sudah berbaring. Ada titik bening meluncur di ujung netra wanita lemah ini. Damar mengecup kepala Nisa membelai pipi Nisa.

"Nis, maafin. Mas sadar sudah menyakiti kamu." Damar terus mengucapkan kata maaf, dadanya pun sesak melihat istri kecilnya bersedih.

Nisa tak menanggapi. Wanita muda ini menggigit bibirnya agar tak mengeluarkan suara tangisannya, sekuat tenaga dia meredam gejolak jiwa, sekuat tenaga dia menyembunyikan semua rasa kecewa in
잠긴 챕터
앱에서 이 책을 계속 읽으세요.
댓글 (6)
goodnovel comment avatar
Azzurra
terimakasih komennya readers... ikuti terus Nisa Damar Kirana. jangan lupa kasih vote sebanyak2nya.
goodnovel comment avatar
Gee Gnaz
mgkn Kirana ada kanker atau lagi hamil ..
goodnovel comment avatar
Gee Gnaz
enggak mudah bermadu , pasti akan ada hati yg tersakiti ..g mana yg dikatakan suami mampu berlaku adil ..kan lebih baik suami punya satu isteri saja .. mati kan saja satu watak jika Damar x mahu pisah ..
댓글 모두 보기

관련 챕터

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 94

    Kirana sudah di periksa oleh seorang Dokter wanita, setelah serangkaian pengecekan Kirana dinyatakan baik-baik saja.Dokter wanita ini tersenyum simpul, "Selamat ya, Pak. Bapak akan kembali memiliki momongan." Dokter Priska menjelaskan. Kirana terperanjat, mendengar penuturan Dokter cantik ini. Tapi bulan kemarin saya masih datang bulan Dok! bulan ini belum waktunya datang bulan," ujar Kirana. Dokter cantik dengan rambut lurus sebahu ini tersenyum lembut, "Memang cek kehamilan dari datang bulan terakhir, Bu. Besok tiga hari lagi saat waktunya Ibu datang bulan pasti sudah tidak akan datang itu bulan." Dokter Priska menjelaskan sambil tersenyum ramah, berusaha membuat percakapan menjadi hidup. Kirana menganguk. Damar terlihat berseri mengetahui Kirana hamil kembali. Setelah mengantarkan si dokter cantik kembali Damar menemui Kirana. Lelaki atletis ini duduk di tepi ranjang wanita yang begitu ia cinta, mengecup kening perlahan, "Selamat ya, bakalan jadi bunda untuk yang kedua kali,"

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 95

    Bagus keluar kamar dengan menenteng tas berisi alat cek up kesehatan. Berjalan penuh pesona ke arah Nisa. "Mas duduk dulu, Nih Nisa beliian ini, pas beli ini Nisa inget Mas Bagus, kayanya bagus di pake sama kamu, Mas." Wanita muda ini memberikan seutas gelang pada lelaki tampan ini. Bagus menerima pemberian Nisa lalu memakainya. Seutas gelang berwarna hitam, terdapat maskot dari negara Finlandia. "Sini aku pasangin." Kembali Nisa mengambil gelang dari tangan Bagus, lalu memakaikan pada tangan lelaki tampan ini. "Tuh kan beneran bagus." Nisa menatap tangan Bagus mengelus gelang yang melingkar di tangan Bagus. Bagus meraih jemari Nisa, mengenggam perlahan. Mendapat reaksi Bagus Nisa menarik tangannya dari genggaman tangan lelaki tampan ini. "Non, kalo ada masalah sama Damar, ngomong ke saya, cari saja Bagus," Bagus menunjuk dirinya. "Pak Chandra meminta saya menjaga Non Nisa," Bagus menatap Nisa yang menundukkan Kepala. Tangan lelaki bergelar dokter Ini meraih dagu Nisa, bola ma

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 96

    Sudah tiga hari Damar tak menginap di rumah Nisa sejak pulang dari bulan madu, setiap sore dan pagi sebelum dan sesudah pulang dari kantor Damar menemui Nisa, tetapi setiap malam Damar pasti pulang ke rumah Kirana. "Mas, harusnya kamu menginap di sini," ujar Nisa sambil menaruh kopi di atas meja. Damar mengalihkan mata dari layar laptop di pangkuannya. Tersenyum teduh pada wanita cantik di sebelahnya. Lalu kembali netra legamnya menatap layar segi empat di hadapannya.Nisa mengambil remot mengutak atik layar segi empat berukuran paling besar yang menampilkan film kartun si kembar dari Negri Jiran, lalu membesarkan volume dari layar segi empat itu. Suara dua bocah yang sedang tertawa dari televisi menggema memenuhi ruang besar ini. Darmi berlari terbirit melihat keadaan, tetapi dia urung mendekat. Dia tau pasti ini ulah anak asuhnya. Damar menutup layar laptop di pangkuan lalu menaruh di atas meja, mengambil cangkir kopi dan menyesap sedikit isinya. Lalu memalingkan muka pada istri

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 97

    "Ya begitu deh," Nisa menggedikkan bahu, enggan menjawab. "Iisshhh ... Mana foto-fotonya?" cecar Dini. Nisa mengambil gawai memperlihatkan koleksi foto dia dan Damar selama di sana. "Bu Nisa, ini suami Bu Nisa?" tanya Dini penasaran. Nisa menggangguk. Dini diam sesaat menatap layar ponsel di gengaman tangan, jari-jari tangannya trampil menggulir ponsel. Netranya berbinar melihat begitu banyak tempat-tempat indah yang di abadikan pasangan ini. "Uiihhh ... Doain dong aku juga pengen hanymon minimal ke tempat indah di Indonesia deh, nggak usah muluk-muluk ke luar negri." Dini menyerahkan ponsel Nisa. "Udah punya pasangan belum?" tanya Nisa, Dini menggeleng cepat. "Kalo belum punya pasangan mau hanymoon sama siapa?" tanya Nisa, senyumnya seolah mengejek."Ya cari dulu, Bu. Namanya juga hanymoon harus sama pasangan halal pastinya." Dini mencebik kesal. Nisa terkikik melihat reaksi Dini, gaet Pak Emran aja, nih biar bisa deket, anterin ini ke ruangannya." Nisa menyodorkan oleh-oleh

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 98

    "Ya sudah, rumah Bu Nisa sudah dekat ini," ujar Emran. "Kok Pak Emran tau rumah saya sudah dekat?" tanya Nisa. "Apa yang nggak Emran tau tentang para pengajar di yayasannya, Bu," ujar Emran.Nisa hanya diam, "Iya juga ya, aku kan kerja di yayasannya, nggak mungkin Emran nggak tau aku tinggal di mana." monolog Nisa."Ngomong-ngomong makasih oleh-olehnya, Bu," ucap Emran, memulai pembicaraan yang sempat terhenti tadi. "Cuma sedikit Pak," Nisa menatap Emran, tetapi ternyata Emran memalingkan wajah menatap Nisa juga. Pandangan mata mereka bertemu sesaat, Nisa langsung mengalihkan tatapan mata pada lelaki tampan di sebelahnya. "Sudah sampai Bu, Alhamdulillah hujannya juga udah berhenti.""Terimakasih, Pak. Mampir dulu, ngopi biar sedikit hangat," ujar Nisa basa basi. "Emang nggak ada yang marah kalo saya mampir?" Bibir Emran terkulum, Nisa baru menyadari jika senyum Emran begitu mempesona.Bibir Nisa langsung tersungging, " Ada Pak," ujar Nisa apa adanya. Dia langsung mengingat kecem

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 99

    Nisa menyandarkan kepala di dada bidang lelakinya. Merasa nyaman, pikirannya melayang-layang, entah kenapa banyak sekali bayangan-bayangan beberapa lelaki berkelebat di rongga kepalanya. Netranya terpejam, penciumannya mengendus tulang selangka Damar. "Mas, kok Nisa belum hamil juga, ya?" tanya Nisa. "Hamil, punya anak itu hak preogratif dari Allah. Usaha aja maksimal," ujar Damar. "Abis ini kita usaha lagi ya," Damar menaik turunkan alis, mengecup bibir Nisa sesaat. "Nanti jatuh dari tangga Mas!! Jangan mesum mulu kenapa?" cebik Nisa, menepuk pundak Damar. "Sama istri sendiri kok mesum." Damar meremas bokong Nisa yang tepat berada di telapak tangannya. Aww .... Bola mata Nisa membola mendapat remasan di bokong sintalnya. Damar terkikik mendapati wajah masam Nisa. Sebelum menaruh bobot tubuh Nisa di atas kursi, lagi Damar melumat bibir kemerahan milik Nisa yang cemberut menggemaskan. "Iihhh ... Malu tuh, sama Mbak Marni, sama Mbok Darmi, nyosor aja." tunjuk Nisa pad

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 100

    "Waalaikumsalam Kak Ayo borong." tawar Nisa. Dia mengambil satu makanan dan mengangsurkan ke arah Fatta. "Ini puding buatan Kak Mitha," ujar Nisa, menengok pada gadis kecil di sebelahnya. Fata meraih puding pemberian Nisa. Kirana menyuapi, "Fatta mau lagi?" tanya Kirana pada gadis kecilnya. Fatta memgangguk. "Suka ya?" tanya Nisa. Lagi Fatta mengangguk. "Borong Mas!" ujar Nisa pada Damar, dia tersungging kikuk melihat Damar memperhatikannya sejak tadi. "Ya udah Mas borong semua pudingnya, bungkus buat Fatta 10, buat kamu 10 bawa pulang ya. Sisanya kamu bagi-bagi aja," perintah Damar pada Nisa. Dini begitu terpana melihat penampilan Damar, dia pun tak habis pikir dengan Nisa dan satu wanita yang sedang menyuapi Fatta, "Kok bisa dia nggak bertengkar atau cemburu, melihat suaminya bergandengan dengan wanita lain." monolog Dini. "Asiikk...." Nisa bersorak. "Mitha dagangan kita langsung abis," ujar Nisa pada Mitha siswi yang di dampingi berjualan. Damar memberikan beberapa lembar

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   101

    Di rumah megah milik Nisa seorang pria sedang mencoba merayu permata yamg selama ini dia jaga, lelaki ini khawatir si permata akan jatuh pada kubang dosa jika di biarkan terus berada berdekatan dengan pria yang bukan mukhrim. Selama ini dia sedikit abai, tetapi setelah melihat kejadian siang tadi, mata kepala Damar kembali terang, bahwa Nisa masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya. "Nis, kamu betah kerjanya?" tanya Damar. Memeluk Nisa dari belakang. "Betah, emang kenapa, tumben tanya-tanya?" tanya Nisa. "Mas Damar butuh sekretaris tambahan, kamu aja yang jadi sekretaris, biar nggak jauh-jauh dari Mas." Damar mencium pudak Nisa. "Nisa 'kan males kerja di kantor," tolak Nisa, "Pusing liat angka-angka, sama jadwal.""Nisa cuma perlu temenin Mas doang, ngingetin Mas meeting, makan. Itu doang." Lagi Damar mencoba meyakinkan bahwa perkerjaan Nisa mudah nantinya. "Kan ada Pak Roni!!" "Tapi Mas butuh kamu di deket Mas tiap hari." Lebih baik menjaga Nisa di dekatnya dari

    최신 업데이트 : 2024-10-29

최신 챕터

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 181

    Di gedung Hardiyata, Damar menyugar rambutnya frustasi bayangan Nisa memenuhi isi otaknya. Sudah lama Damar berpuasa, tak berani menyentuh istrinya. Di raihnya gawai lalu di tekan nomor Nisa, Damar menatap ponsel tak berkedip, nampak Nisa menggunakan pakaian haram yang sedang dia coba. "Mah, lagi ngapain? Kok pake pakaian seperti itu?" tanya Damar, jakunnya turun naik melihat penampakan istrinya. "Eh ... Lupa Nisa lagi pake baju beginian," segera Nisa memakai daster yang teronggok di pinggir ranjang. "Nisa lagi nyoba-nyoba, masih muat apa, nggak!" ujar Nisa salah tingkah melihat Damar menatap tak berkedip. Damar terus mengajak Nisa bicara, lelaki ini beranjak dari tempat duduk, meninggalkan kantor, tetapi masih terus berbincamg dengan Nisa. "Mas kamu mau kemana? Kalo sibuk matiin aja, Nisa mau nenenin Agam," ujar Nisa, sudah mengeluarkan aset yang membuat Damar berkhayal kemana-mana. "Ya sudah." Damar mematikan ponsel, lima belas menit kemudian dia sudah berada di depan pintu kama

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 180

    Bayi mungil sudah berada di box bayi, pengajian di gelar di rumah megah ini. Mengundang anak-anak yatim dari beberapa yayasan. Besok siangnya di rumah mengadakan open house, membagikan sembako gratis untuk warga kurang mampu bekerja sama dengan rt setempat membagikan hadiah atas kebahagian yang sudah keluarga Chandra dapat. Semakin hari kebahagian semakin berpendar di dalam rumah ini, anak-anak yang sehat dan terlihat bahagia. Chandra pun semakin sehat, Fina semakin mendekatkan diri pada sang Maha Pencipta. Karir Damar semakin gemilang dan Nisa semakin memperbaiki diri menjadi orang tua dari tiga anak yang masih sangat membutuhkan kasih sayang. Pagi ini rumah terasa berbeda dari sebelumnya.Oe oe oe ....Huuu ... huuu ... huuu ....Suara nyaring bayi bersahutan dengan suara tangis Nisa. Damar terlihat gelisah dan bingung. Dia mengayun bayi yang sedang menangis kencang. Sudah dua minggu berlalu dari masa Nisa melahirkan, selama itu Damar tak bisa pergi kemanapun. Hari ini Damar mema

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 179

    Nafas Nisa sudah teratur Damar menatap Nisa, ingin mencium bibir yang sedikit terbuka, tetapi di urungkan, dia tak ingin mengganggu istri kecilnya. Lelaki ini menuju ruang kantor, menyelesaikan tugas kantor dari rumah. Roni pun siaga menghandle pekerjaan Damar. Memang Roni merupakan tangan kanan yang tak diragukan lagi kesetiaannya sejak di bawah naungan Chandra, hingga kini Damar yang menguasai pun Roni masih terus setia. Setelah menyelesaikan pekerjaan lelaki ini menuju ruang makan, ternyata Nisa sudah duduk di sana, menunggu anggota keluarga yang lain datang ke meja makan untuk makan siang. "Sudah bangun?" sapa Damar. Nisa mengangguk. "Mau langsung makan, Mas?" tanya Nisa."Nanti tunggu, Papah," jawab Damar. "Makan lah dulu, tak usah menunggu kalau lama." Suara Chandra menyahut, lalu duduk di tempat biasa lelaki tua ini duduk. "Mamih mana, Pah?" tanya Nisa. "Lagi rewel Alika, nanti papah bawakan makanan ke kamar saja. Ayo di makan." Chandra mempersilahkan anak-anaknya makan.

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 178

    Nisa menatap kamar bayi bernuansa biru laut. Menurut prediksi dokter, bayi dalam kandungan Nisa adalah bayi laki-laki. Semua barang yang Nisa beli untuk calon bayinya berwarna biru, orens, hijau, sebisa mungkin dia hindari warna pink. Nisa duduk di pinggir ranjang melipat pakaian kecil, sesekali mencium, seolah dia sudah begitu rindu pada bayi yang sudah sekian lama di nanti. Damar mengamati gerik Nisa dari ambang pintu, lelaki ini menyandar di daun pintu, sambil melipat tangan. Bibirnya tersenyum senang melihat Nisa bahagia. "Masih ada yang kurang, Mah?" tanya Damar, membuat Nisa terjingkat tak mengira Damar menyapa. "Mas ... bikin kaget," ujar Nisa mengerucutkan bibir. Damar menghampiri Nisa, menarik bangku kecil lalu menaikkan kaki Nisa di atas bangku kecil. "Kakinya bengkak banget, sakit nggak?" tanya Damar. "Kalo berdiri lama sakit, kamu nggak kenapa-kenapa cuti kerja lama, Mas?" tanya Nisa, "Yang mau lahiran kan Nisa kok yang cuti kerja kamu?" tanya Nisa penasaran la

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 177

    Waktu kian berjalan, mengiringi kebahagiaan Nisa dan Damar. Semakin hari cinta mereka semakin bersemi. Pagi ini Nisa berada di balkon duduk di kursi goyang menghadap taman di bawah kamarnya, tangannya mengelus perut yang semakin membuncit.Terdengar pintu terbuka, Damar menghampiri Nisa lalu berjongkok di hadapan wanita cantik ini. Lelaki ini terlihat berkeringat, tubuhnya berbalut kaos tanpa lengan terlihat otot tangannya menyembul, menandakan kekuatan tubuhnya. Tanpa aba-aba lelaki atletis ini mencium pipi Nisa. "Udah mandi belum?" tanya Damar, menyeka keringat di dahi, dengan anduk kecil yang terlampir di leher.Nisa menggeleng. "Nanti aja, Nisa mode males. Kok udahan olah raganya?" tanya Nisa. "Udah." Damar bangun dari jongkok, langsung mengangkat tubuh Nisa memggendong seraya berjalan ke arah kamar mandi. "Kamu masih keringetan, nanti dulu mandinya," ujar Nisa, menyentuh leher Damar menyeka keringat yang masih tersisa. Langkah Damar terhenti, beralih menuju ranjang. "Duduk du

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 176

    Nisa menggendong Attala karna batita ini merajuk minta di gendong, Nisa mengendong lalu mencium batita ini, menyalurkan kasih sayang, menunjukkan bahwa kasih sayangnya kepada Attala tidak akan berkurang, walau ada bayi lain hadir di rumah ini. Attala tertawa terbahak karna Nisa memborbardir dengan ciuman bertubi. "Dedek Atta ngiri sama dedek bayi?" tanya Nisa. Bola mata bulat mengerjap mencerna ucapan Nisa. "Bener kan Atta ngiri, nggak boleh ngiri, Mamah, Opa, Oma tetep sayang sama kamu, ya!! Attala juga harus sayang sama dedek bayi oke!!" ujar Nisa mengajarkan Attala, anak lelaki Damar dan Kirana. Attala tersenyum melihat raut wajah Nisa, bayi satu tahun ini kembali terbahak karna di serang ciuman oleh Nisa. Damar baru saja pulang dari kantor, bibirnya tersenyum bahagia melihat Nisa dan seluruh keluarga menyayangi kedua putra putrinya. Melihat Damar pulang Nisa segera menyambut suaminya, memberinya sesajen khas suami baru pulang kerja. lelaki ini memandang bayi dalam ayunan, mem

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 175

    Mentari memberi kehangatan pada penduduk bumi. Nisa menghampiri Damar yang sedang bercermin, wanita muda ini mengambil krim penghilang kemerahan di wajah Damar akibat gigitan semut semalam. "Mas, maafin Nisa ya!" ujar Nisa dengan wajah menggemaskan, tangannya lincah membubuhi krim di wajah suaminya. Damar mengangguk. "Buat Mamah cantik, sama calon dedek bayi apa sih yang nggak," ujar Damar tulus, tangannya mengelus perut Nisa yang sudah sedikit menonjol. Nisa merangkulkan tangan di leher Damar, mencium lembut bibir suaminya. "Makasih ya, Mas, dedek bayinya seneng banget." Setelah mencium Damar Nisa menarik tangan lelaki atletis ini keluar kamar. Karna tangan lelakinya sudah semakin menggerayang ke tempat lain.Damar merangkul pinggang Nisa erat, berjalan turun ke bawah, sampai di bawah Nisa langsung menuju kulkas hendak mengambil buah yang suaminya petik semalam. Beberapa pintu kulkas sudah Nisa buka tetapi barang yang dia cari tak ada. "Mbak, tempat ungu di sini liat nggak?" tany

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 174

    Indahnya dunia membuat banyak orang terlena. Sisi gelap dunia lebih mendominasi menampilkan kesempurnaan, keindahan juga kebahagiaan. Keindahan dunia hanyalah fatamorgana kebahagaian, daya tarik agar manusia lalai pada kebenaran dan jalan Tuhan. Tetapi bagi mereka yang mendapatkan keindahan dunia dan menggunakan dengan baik, untuk kebaikan diri dan orang lain, maka mereka mendapatkan kebaikan dari apa yang dia miliki dan menjadi bekal kehidupan abadi kelak. Damar lelaki penyayang ini duduk di bangku kebesarannya mendengarkan Roni menyampaikan pencapaian-pencapaian semua bisnis yang sekarang dalam genggaman. Semua usaha yang awalnya di niatkan untuk membantu masyarakat nyatanya menghasilkan rupiah di luar ekspektasi. Wajah cerah, senyum menawan terukir di bibir Damar, begitu pun Roni tak henti menjelaskan apa yang harus dia jelaskan dan paparkan. "Makasih Ron, sudah membersamai saya selama ini, saya harap apa yang kita kerjakan bisa memberikan kebaikan untuk orang lain terutama unt

  • Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.   Bab 173

    "Duduk dulu, Bu," ujar Damar, di buat sesantai mungkin. Melihat tak ada reaksi apapun dari Damar membuat Ivana makin meradang. "Pak Damar nggak cemburu liat istrinya di peluk lelaki lain?" tanya Ivana berapi-api. Damar mencoba tersenyum senatural mungkin. "Nanti bisa saya tanyakan ke istri saya, Bu. Jadi Bu Ivana tak usah repot-repot, menunjukkan hal seperti ini kepada saya, lain kali."Mendengar penuturan Damar, Ivana mengepalkan telapak tangan kencang, hingga kuku menancap pada telapak tangan. "Oke, kalo foto ini memang nggak berpengaruh," ujar Ivana, "Permisi. Sekarnag pasti lelaki ini sedang ada di rumah Pak Damar." Ivana bangkit dari duduk lekas meninggalkan kantor. Setelah Ivana pergi Damar memanggil Roni berbincang, lalu dia meninggalkan kantor. Dengan Cepat Damar menaiki mobil tanpa supir. Klakson berbunyi nyaring di depan pintu pagar yang menjulang tinggi, dengan cepat Rudi membuka pagar. Hati Damar sedikit terbakar tadi, tapi sebisa mungkin dia harus bisa meredam segal

DMCA.com Protection Status