“Dengan ini aku memberikan pedang Crystal Frostweaver kepada putraku, Theodoric Alknight.”
Itulah ucapan yang Sirius Alnight ingat beberapa minggu yang lalu. Pedang yang hanya bisa diangkat oleh keturunan Alknight itu sekarang berada di tangan putranya. Harapan yang ingin nyata, bahwa pemegang pedang turun termurun bisa menjadi pelindung bagi orang-orang lemah di masa depan.Tapi nyatanya berbeda, Theodoric Alknight berdiri dengan sombongnya di puncak gunung. Menyangga dirinya dengan menggunakan sebuah pedang dengan tatapan yang cukup tajam. Menatap lawan atau ayahnya bagaikan mata pedang yang siap untuk menusuk kapapun.Alam Nirwana, tempat berkumpulnya para dewa baru saja melihat sebuah pertarungan ayah dan anak. Hanya karena anak, Theodoric Alknight menyalahgunakan kekuatannya hanya untuk bersenang-senang dengan cara yang salah.Usai mendapatkan Crystal Frostweaver, Theo justru semakin sombong. Dia menantang siapa saja untuk melawan dirinya. Dan itu berakibat fatal. Beberapa orang yang ditantang oleh Theo berakhir jatuh di tangan tabib, mungkin juga mendapatkan luka yang cukup serius dari Theo.Tidak heran, di dalam lingkungan istana, Theo mendapatkan sebuah seni bela diri yang hebat. Beberapa pegulat juga dia kalahkan yang seharusnya bisa membuat ayahnya bangga, tapi nyatanya tidak.“Theodoric Alknight, kau menyalah gunakan kekuasaanmu untuk melawan orang-orang yang lemah. Tapi sekarang dimana kekuatanmu? Meski kau menggunakan pedang Crystal Frost, kau hanyalah serangga di hadapanku!” Teriak Sirius.Theodoric menatap ayahnya dengan penuh ketegangan, tetapi di dalam hatinya masih terbakar api perlawanan.“Ayahanda, kau benar-benar kehilangan akal kewarasanmu hingga mau bertarung dengan putramu sendiri.”Theo mulai kembali mengangkat Crystal Frost, tatapannya masih maju ke depan dan mulai kembali menunjukkan sikap pemberontak. Tidak peduli apakah ayahnya adalah kaisar dewa es, tapi yang paling penting dia tidak suka apa yang namanya sebuah aturan yang mengekang dirinya sendiri.Hidup sebagai putra kaisar dewa es membuat Theo merasa haus akan kehormatan. Tapi di sisi lain dia mendapatkan kekangan yang luar biasa untuk terus menjalankan etiket sebagai seorang pangeran. Seni bela diri harus dia pelajari setiap saat, ditambah dengan elemental ice yang dia miliki secara turun temurun membuatnya harus mempelajarinya tiap hari.Reaksi jujurnya, sebenarnya dia ingin mendapatan sebuah kekuatan secara instant. Dan semenjak dia mendapatkan pedang Crystal Frost, barulah dia bisa bertindak semena-mena. Karena pedang itu merupakan kekuatan isntant yang diturunkan secara turun temurun dari kaisar es kepada putranya sebagai perwujudan pangeran mahkota.Tidak ada siapapun yang bisa mengangkat pedang itu kecuali garis keturunan Alknight.Gagang pedang yang dipegang oleh Theo berubah menjadi hawa dingin, mengeluarkan sebuah hembusan asap yang merupakan sebuah kabut bertebangan keluar. Dia lagi-lagi siap memberontak kepada ayahnya.Wushhhh!Beberapa kristal es muncul di sekitar Sirius yang sedang melayang. Kekuatan dahsyat mungkin akan keluar. Tapi itu benar saja, puluhan krsital itu melesat bergerak ke arah Theo yang sudah siap kapan saja menerima sebuah serangan.Theo mengangkat pedang Crystal Frostweaver, dia melakukan sebuah gerakan memutarkan pedang secara cepat untuk membuat sebuah tameng.Hal tersebut membuat seluruh kristal yang dikeluarkan oleh Sirius menjadi tertahan dan tidak mengenai atau menggores tubuhnya. Ini adalah suatu kebanggan bagi Theo, dia merasa senang dan hampir tertawa karena mampu untuk menahan kekuatan dari ayahnya.Tapi seketika dia tidak menyadari ada sebuah kekuatan yang lebih besar, yang dikeluarkan oleh ayahnya. Sebuah rantai melesat, membuat Theo harus terpukul mundur meskipun rantai itu mengenai pedangnya.Rantai es itu kemudian mengikat Theo dengan kuat, membuat Theo merasa cukup sesak. Dia lagi-lagi memberontak, berteriak dengan cukup kuat dan mengeluarkan tenaga-tenaganya.Tidak berhenti begitu saja, Sirius melayang terbang di atas Theo. Itu membuat Theo cukup panik dan berusaha untuk berlari meski dalam kondisi terikat. Tapi semuanya sudah terlembat, karena Sirius membentuk sebuah segel tangan rumit.Seketika sebuah kabut melesat ke arah Theo yang mulai berlari. Keadaan di atas puncak gunung tiba-tiba berubah suhu menjadi 0 derajat. Theo tidak bisa berkutik lagi, yang ada dia hanya mendekam dan membeku di dalam sebuah es kuat dan tak terpatahkan. “Sirius Alknight!” Sebuah suaran lembut tapi nada tinggi menghentikan ketegangan di antara perseteruan seorang ayah dan anak.“Carina, biarkan aku yang berbicara dengan putramu.” Sirius Alknight menoleh dan menatap seorang wanita yang baru saja muncul.Carina adalah istri Sirius alias ibunda Theodoric Alknight. Dia adalah wanita yang tidak bisa meninggalkan kecantikannya. Orang-orang yang melihatnya juga bagaikan sebuah permata yang abadi dan tidak bisa disentuh oleh siapapun selain sang kaisar dewa itu sendiri.Orang bilang bahwa sosok yang paling mengerti adalah ibu. Tapi bagi Theo itu hanya setengah-setengah. Bagaimana tidak? terkadang ibunya juga kerap memberikan sebuah pukulan keras untuk tidak melakukan apa yang namanya sebuah perlawanan, semuanya waktu harus dilakukan untuk belajar, berlatih dan yang lainnya.Tapi di satu sisi, sang ibu sebenarnya juga tidak bisa orang lain memarahi Theodoric, bahkan ayahnya sekalipun tidak bisa memarahinya.“Jika kau membunuhnya, maka kau harus berhadapan denganku. Apa yang kau lakukan jika tidak ada bedanya.” Kata Carina dengan tatapan sinis.Tapi itu ada benarnya, Sirius tidak bisa bertindak untuk membunuh putranya sesuka hati. Dia masih memiliki perasaan.Sirius berpikir sejenak. Dia berencana memberikan sebuah hukuman kepada putranya sebagai balasan karena dia bertindak kurang ajar. Ini mungkin sedikit menakutkan, tapi setidaknya akan memberikan sebuah pelajaran kepada Theodoric agar dia mengerti, bahwa orang biasa sekalipun tidak akan ada yang namanya sebuah kebebasan.Tidak hanya orang besar yang hidup dalam belenggu, tapi orang kecil juga akan hidup dalam sebuah masalah. Jadi ini mungkin akan menjadi sebuah pembelajaran bagi Theo sekaligus juga hukuman baginya.“Baik! Theodoric Alknight, dengarkan aku! Hukuman ini akan setimpal dengan apa yang kau perbuat.”Theodoric terkejut mendengar keputusan ayahnya saat dia diam membeku. Meskipun ia seperti merasa akan ada ketidakadilan dalam hukumannya, ia juga merasakan getaran perubahan yang mendalam di dalam hatinya. Ia menyadari bahwa inilah kesempatan baginya untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri.Dalam sekejap, jiwa Theodoric Alknight merasa seperti terpisah dari tubuhnya dan mengambang di udara. Sirius Alknight mengarahkan kekuatan ilahi untuk memindahkan Theodoric ke dunia manusia. Dalam kilatan cahaya yang memukau Theodoric hampir terkejut sebuah getaran dan kekuatan yang cukup hebat menembus dirinya sendiri.Sosok Theo seolah dihajar dengan kekuatan yang menakjubkan. Tubuhnya seperti melayang di udara bebas tanpa ujung yang membuat dia cukup ketakutan. Ada sebuah rasa sakit diseluruh tubuhnya.Sirius menghela napas. Ini bukan membunuh anaknya, tapi melenyapkan jasadnya dan memindahkan jiwanya ke tempat lain. Kemudian dia menghampiri sebuah Crystal Frostweaver, menghampiri dan menciumnya.“Tidak ada yang bisa mengangkatmu kecuali garis keturunan Alknight. Pergilah bersama jiwa yang tenang itu.”Perlahan, Crsytal Frostweaver menghilang menjadi sebuah kabut, naik ke atas menuju alam bebas seolah menemani kemana perginya jiwa Theodoric Alknight.6 Juni 2045, Kota Angin (Kabupaten Nagayuka) Provinsi Javaland Timur, New Santara. Theo membuka matanya secara perlahan-lahan, tubuhnya mengalami kejut dan bangkit seolah dia mengalami mimpi yang cukup buruk. Tapi untuk saat ini, dia menyadari bahwa dia berada di suatu tempat yang cukup aneh. Saat dia bangun, seseorang berlari keluar. Seseorang yang sekilas adalah seseorang pria paruh yang tiba-tiba tergesa penuh kekhawatiran. Di sekitarnya adalah ruangan serba putih, sedangkan dirinya berada di atas sebuah kasur dengan selimut berwarna hitam putih bergaris. Selain itu juga, dia merasa bahwa sebuah selang menusuk tepat pada tangannya yang membuat dia cukup heran. Dia ingin menarik selang tersebut, tapi saat dia menurut selang tersebut dia bisa melihat sebuah cairan yang menggantung di sebuah tiang penyangga. Ekspresi Theo benar-benar tak karuan dan kacau. Dia tidak tahu dirinya berada di mana. Tempat ini cukup femillier dan aneh, terlihat asing dan cukup damai dan tidak ada apap
“Tuan Javier, putra Anda bisa pulang dan tidak boleh melakukan aktivitasnya selama satu minggu.” Kata dokter tersebut.“Aku mengerti pak.”“Tuan, ini adalah perundungan, aku menegaskan sekali lagi, bukankah seharusnya kejadian ini dilaporkan kepada polisi? Bahkan korban hampir meregang nyawa karena ada pendarahan di kepalanya.” Tanya dokter tersebut.Zuan Javier menggertakkan giginya perlahan, “Keluarga Agam memiliki kekuasaan yang besar. Bahkan setelah kepolisian bertindak, diduga putraku hanya jatuh dari lantai. Ini masalah permainan uang. Sialan, bedebah sialan itu benar-benar.”Siang itu Theo berjalan di koridor rumah sakit bersama ayahnya. Wajahnya benar-benar linglung karena ini terlihat sangat asing. Tidak juga sebenarnya, karena ingatan Theo Javier juga tercatat di pikiran Theo untuk saat ini. Sehingga dia bisa mengetahui satu persatu. Meski begitu, jiwa Theo Alknight berusaha untuk beradaptasi dengan hal yang berbeda dengan di alam Nirwana.Tapi sejujurnya, baginya ini adalah
Sempat mengalami kesulitan, akhirnya bisa beradaptasi di tubuh barunya. Beberapa ingatanjuga terkoneksi yang membuat dia sedikit paham cara kerja sistem dunia modern ini yang sungguh menakjubkan. Dimasa ini dia untuk sementara waktu akan hidup sebagai Theo Javier. Kehidupan yang baru ini sangat percuma untuk disesali, lagipula dia menyadari bahwa ini adalah hukuman ilahi dari ayahnya karena perbuatannya sendiri. Jadi lebih baik dia melanjutkan kehidupan apa yang ada, tidak peduli siapa dirinya tapi yang jelas dia menyandang bahwa identitasnya adalah Theo Javier, putra dari Zuan. Beberapa waktu yang lalu mereka pada akhirnya sudah pulang. Zuan berusaha untuk menuntun Theo tapi Theo menolak dan berjalan apa adanya dan semestinya. Pikirannya sudah tidak linglung lagi tentang adaptasi yang membuat dia kebingungan. Lagipula semuanya sudah ada yang membuat dia tidak untuk tidak paham, kecuali beberapa yang tidak diketahui oleh Theo sebelumnya. Apalagi seteleh Theo mencoba untuk mengangka
Bagi Zuan sendiri ini adalah perilaku yang cukup aneh untuk Theo. Dia bertanya-tanya, apakah selama dia beekrja, Theo akan melakukan aktivitias seperti ini? namun rasanya tidak, setiap dia pulang, Theo hanya akan bergegas untuk berangkat sekolah. Terlebih ini adalah masa pemulihannya, dan seharusnya Theo masih terbaring di atas kasur.Dia merasa, Theo seperti baik-baik saja.Pukul lima pagi, Theo hanya berjalan biasa. Saat itu juga bertepatan pada matahari yang akan terbit sehingga keadaan semakin terang. Dia melakukan ini hanya untuk membentuk fisiknya kembali. Karena dia merasa cukup aneh dengan keadaan fisik Theo yang sekarang.Jelas Theo Alknight harus bisa membuat tubuh Javier ini lebih berisi dan tidak akan menjadi bahan perundungan. Meski sebenarnya, di otaknya masih tertanam bahwa Theo Alknight bisa melakukan sebuah bela diri, sehingga melawan seseorang pun masih tergolong mudah untuk tubuhnya yang sekarang.Hanya saja Theo ingin hasil yang maksimal. Memang dia bisa mela diri,
“Aku tidak peduli, adik. Aku bukanlah orang bodoh dan yang memperdulikan hal itu.”“Aku hanya ingin olahraga, nona. Jadi, jangan mengganggu aktivitasku.” Kata Theo sambil berbalik badan dan kembali berlari.Lyra Winata tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menghela napas terpaksa.“Tapi setidaknya beritahu aku siapa namamu!” Teriak Lyra Winata.“Theo, Theo Javier.” Teriak Theo kembali.Lyra kembali senang, setidaknya jika dia sudah mengetahui namanya maka dia bisa mencarinya kapanpun dia mau. Lagipula dia masih berhutang budi kepada Theo karena sudah menolongnya. Selain itu, dia merasa bahwa Theo masih lah seorang pelajar yang membuat Lyra semakin tertarik.Lyra lantas pergi dari tempatnya. Berjalan ke arah sebuah mobil Audi a8 berwarna biru yang terlihat mencolok di pinggir jalan. Sebenarnya dia ingin mengikuti kemana perginya Theo, tapi dia tidak memilik banyak di pagi hari ini.Theo berlari santai sambil melihat keadaan sekitarnya, meski dia lelah, tapi jiwanya seolah masih bisa mena
Di pikirannya bahwa kehidupan dunia modern ini benar-benar menakjubkan sekaligus agak mengerikan. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang dia pelajari semalaman terlihat begitu ilmiah dan juga sangat bertolak belakang dibandingkan dengan yang ada di dunia dewa.Kendati demikian, Theo sudah berhasil untuk beradaptasi dengan aturan-aturan di dunia ini, baik itu kehidupan, tradisi dan juga gaya hidup para manusia. Bahkan saat dia berangkat secara tergesa-gesa seperti ini, dia sudah tidak heran dengan gedung-gedung tinggi, kendaraan berlalu lalang serta kehidupan yang tentram tanpa adanya kekuatan sihir.Melalui pikirannya, dia merasa bahwa dirinya akan terlambat. Sehingga Theo terus berlari mengejar waktu sebelum dirinya terlambat. Pasalnya sangat jarang dia terlambat berangkat ke sekolah yang jelas akan sangat merepotkan.“Sial, ini pukul berapa.” Batin Theo.Dari kejauhan, dia bisa melihat seorang pria gendut sedang menyeret sebuah gerbang dicat biru. Jelas itu membuat Theo semakin pani
“Kehidupanmu mengerikan sekali, ya?” Theo bermonolog. Kehidupan Javier terlalu menyedihkan. Dibandingkan dengan diri Theo di alam dewa yang memiliki kehidupan yang penuh hormat, diagungkan, Javier justru sebaliknya. Dia diinjak-injak oleh orang yang begitu kuat, dia bukan lagi diagungkan, tetapi direndahkan serendah-rendahnya. Layaknya seekor tikus yang tidak memiliki harga diri sama sekali.Sebenarnya yang menjadi masalah, Theo Javier, terlalu penakut. Juga teman-teman sekelas Theo, seluruh guru, mereka semuanya terlau penakut. Lagipula kehidupan di sekolah ini layaknya alam liar, juga penuh dengan kehidupan superior. Tidak menurut? Kekayaan bisa membungkam.Teman-teman sekelas Theo, alias 11 sains memang kaya-kaya. Itu fakta. Tapi dibandingkan dengan kekayaan orang yang berpengaruh di sekolah ini seperti Zhayn Agam, mereka memilih untuk tidak ikut campur urusan anak-anak orang yang lebih kaya dan berpengaruh itu, termasuk apabila anak-anak konglomerat itu mengganggu Theo. Reputasi j
Perkelahian ini jauh menjadi lebih intensif, tidak ada yang menduga hal ini. Semua teman sekelas Theo keuar dengan wajah yang buruk, terkejut, tidak menyangka, dan paling buruk adalah membuka mulut mereka. Theo tidak pernah sebrutal ini sebelumnya.Paling tidak, mereka mengerti sesuatu, bahwa Theo adalah siswa aneh, lemah dan gampang sekali ditindas. Dan itu sudah mengakar di pikiran mereka bahwa Theo orang yang seperti itu. Namun kondis hari ini benar-benar berubah 180 derajat, berubah drastis. Dimulai dari kedatangan Theo saat mengangkat kepalanya, hingga hal yang mengejutkan seperti memukuli Zhayn dan anteknya.Sekarang kelas ini menjadi ajang singa yang akan menerkam mangsanya, bahkan kondisi bangku sekolah mawut dan tidak dalam kondisi seperti semula. Kondisi Zhayn sangat mendominasi. Zhayn bahkan dipukuli tiada ampun, hingga dia terbaring lemas di sela kosongnya kelas ini. Paling kuat Steve mungkin, bahkan dia kewalahan menghadapi Theo. Sudah berapa kai dia terkena pukulan telak
Tapi siapa yang berpikir bahwa orang yang membaca koran tersebut melipat korannya dan langsung menghadap ke arah perginya Theo. Pada akhirnya, pria itu mengikuti kemana perginya Theo.Theo mempercepat langkahnya dan segera berjalan ke tempat yang cukup sepi, gelap atau dicelak-celah bangunan. Dia berpura-pura panik hingga membuat penguntit itu tersenyum lebar. Dan tetap mengikuti kemana perginya Theo.Saat Theo berbelok ke sebuah gang buntu, penguntit itu mengikutinya. Tapi dia terkejut saat Theo dari balik tembok langsung menarik kerah orang tersebut. Reflekspun, orang itu mengayunkan pukulannya dari bawah.Tapi refleks Theo jauh lebih bagus, dimana dia langsung mengangkap pukulannya dengan bagus. Tatapan tajam dari Theo membuat lawannya merasa sangat terintimidasi.“Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?” Tanya orang tersebut.“Hah? Orang gila mana yang menggunakan baju musim dingin pada musim panas?”Orang itu kemudian menyeringai, alih-alih merasa ketakutan, orang itu memiliki suatu h
Saat kakinya ditangkap dengan cepat dia memutar tubuhnya, kaki kirinya juga bergerak dengan tenaga penuh hingga berhasil menendang kepala orang kedua hingga terjatuh.Tidak berhenti, dia masih harus berhadapan dengan orang pertama. Poisi tangannya masih terkepal dan langsung dia dorong cepat dari kiri. Orang pertama bisa menghindar dengan baik, namun dia juga melayangkan tendangan lurus ke depan dengan target dagu Theo. Tapi, tidak semudah itu. Theo menarik wajahnya ke belakang dengan jarak beberapa inchi dai kaki lawannya.Dan dari kiri bergerak sangat cepat, orang kedua memasang posisi mendorong sebuah siku tepat di kiri wajah Theo. Ini sangat merepotkan, Theo menggertakkan giginya dan langsung menangkap sikut orang itu dengan tangan kosong, tangan kiri Theo melakukan uppercut, hingga mengenai dagu orang kedua hingga dia terdorong ke belakang.Theo mundur menghela napas, tapi orang pertama melompat ke depan, melakukan putaran dan menendang dengan kaki-kakinya selama hampir lima meni
“Itu......” Theo tersenyum kecut sambil menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada ayahnya bahwa situasinya benar-benar sangat terbalik 180 derajat? Sekarang justru Theo lah yang membawa Zuan masuk rumah sakit, dan bukan dirinya yang masuk rumah sakit. Meski begitu, ini juga menjadi sebuah masalah yang begitu besar. Beberapa ancaman akan ada padanya atau bahkan ayahnya yang membuat Theo tidak tahu bagaimana unuk bercerita. “Aman, mereka tidak mengganggu ku kok.” Katanya sambil Theo cengar cengir.“Baiklah jika memang begitu. Kamu tahu, ayah benar-benar sangat khawatir Theo. Perbuatan Zhayn itu tidak bisa dimaafkan. Sebenarnya, ayah bisa membuat Zhayn bermasalah, tapi agaknya sangat sulit dan ini akan membuat perkara jadi lebar. Satu-satunya yang ayah bisa adalah memindahkanmu.”“Apa engkau sudah memiliki opsi?”“Tentu saja.”Theo menghela napas. Percuma jika dirinya dipindahkan, ini akan menjadi sebuah perkara yang begitu sulit. Dia sudah dic
Theo berjalan dipinggir jalan untuk menuju rumahnya. Sudah banyak kejadian dia hari ini yang menjadikan pengalaman barunya untuk mendapati hukuman di dunia modern. Ayahnya sepertinya benar, walau baru beberapa hari saja, dia sudah dapat mengetahui bahwa kekuasaan tidak seharusnya dilakukan dengan semena-mena. Dan sombong menjadi momok yang menyakitkan karena tidak selamanya seseorang berada di atas.Tapi, sampai kapan dirinya akan menjalani hukuman di sini? Ini yang membuat Theo sedih.Saat dia berada di pinggir jalan, kendaraan berlalu lalang lewat sangat normal. Pejalan kaki juga banyak yang berseliweran melewati atau bersinggungan dengan Theo. Namun saat itu, perasaan Theo sedikit kacau. Sehingga dia berhenti, mengamati keadaan disekitar dan mengerutkan dahinya.Sorot matanya melihat sebuah truk yang berhenti dipinggir jalan jauh di belakangnya. Dia mengerutkan dahinya. Tapi dia segera acuh tak acuh dan menganggap tidak akan ada apa-apa. Bahkan melihat seorang nenek-nenek berhenti
“Huh melelahkan.”“Ada apa Lyra? Kau terlihat bahagia sekali hari ini?” Ibu Lyra, Helen, angkat bicara melihat putrinya pulang dalam keadaan tersenyum sambil duduk di atas sofa. Secara bersamaan, William juga datang dan melihat cucunya pulang.“Anak yang bernama Theo itu, aku bertemu lagi.”“Oh, dan kau sudah mengucapkan terimakasih?” William ikut duduk di atas sofa.“Sudah. Tapi, dia mendapatkan masalah besar sekarang. Aku benar-benar sangat kasihan.” Wanita berumur 22 tahun itu menundukkan wajahnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia berada di posisi Theo, maka dia tidak akan bisa tenang dalam hidupnya. Masalahnya Theo hanya ingin membalas dendam dari apa yang orang lain perbuat padanya, tapi justru orang itu mengincarnya sekarang.“Ada apa?” William bertanya.Lyra kemudian menceritakan situasinya. Dimana tentang mengapa tadi Theo pulang lebih awal yang Lyra kira Theo sedang membolos sekolah. Kemudian Theo menunjukkan kepalanya yang menunjukkan luka bekas jahitan yang ma
Theo sempat berpikir, mereka pasti akan ragu hal ini. Theo juga berpikir bahwa Lyra melakukan hal ini karena agar Theo bisa dilindungi oleh mafia yang ada di balik keluarga Agam sekalipun. Lyra tahu caranya mengucapkan terimakasih, jadi dia akan melindungi orang seperti Theo yang pernah menjadi penolongnya.Tidak peduli apakah Theo sangatlah lemah dibandingkan dengan mereka, tujuan Lyra hanyalah melindungi Theo.Sebenarnya Sahal dan lainnya ingin tertawa. Lyra tampak seperti memberikan sebuah lelucon. Tapi demi menghormati keluarga Winata, mereka menahan ucapan ucapan yang merendahkan. Sebagai gantinya, Sahal berkata,“Nona, sepertinya aku perlu melihat seberapa tangguh anak ini ketika Anda menaruhnya di sini. Tetapi apabila kemampuan anak ini dibawah rata-rata, mohon maaf nona, kami tidak bisa menerimanya.”“Tapi ....” Lyra berkata dengan ragu, Theo memotong ucapan Lyra.“Tidak apa-apa.” Theo sedikit percaya diri sekarang.Sahal merasa bahwa Theo terlihat membicarakan omong kosong. M
“Itu kurang ajar! Aku akan membantumu melakukan visum! Aku akan melakukan apapun agar kamu diberikan sebuah keadilan yang sepadan. Agam hanyalah keluarga rendahan di depan Winata, itu adalah hal yang sepele. Kenapa kau tidak bilang sebelumnya?” Lyra menggenggam erat setir mobil miliknya. Dia merasa geram sekarang.Theo membalasnya dengan cepat sambil menggelengkan kepalanya. “Itu sia-sia. Aku baru saja balas dendam, Zhayn sekarang masuk ke rumah sakit dan justru akulah yang bermasalah sekarang. Aku pernah mendengar keluarga Agam tidak pernah menggunakan jalur kepolisian untuk menghancurkan lawannya, tetapi ada mafia dibaliknya. Nah, masalah mafia aku sama sekali tidak peduli jika aku dikejar, tapi masalahnya jika itu dikeluarkan dari sekolah akan sangat pasti.”“Tidak peduli jika kau dikejar? Theo! Kau dalam masalah besar! Itu bukan hal yang sepele seperti kau mengalahkan perampok itu dan juga bocah Agam itu.” Lyra naik pitam mendengar demikian. Dia kemudian melanjutkan ucapannya, “Te
Sudah cukup membuktikan bahwa Theo tidak memiliki rasa takut sama sekali, percaya diri dan tidak segan untuk menghantam siapapun lawannya. Yang paling emosinal ketika satu kelas social menghadang Theo, Theo tetap mau untuk berdiri dan akan bertarung dengan mereka.“Jika tubuh ini memiliki postur yang jauh lebih kuat, menghadapi lima belas siswa tadi bukanlah masalah. Theo Javier tidak pernah berolahraga yang membuat dia tidak akan pernah bisa menang melawan pertarungan.” Theo membatin.Sekarang dia berniat keluar dari sekolah. Biarlah urusan ini diselesaikan di sekolah ini dahulu. Paling tidak, dia tidak ingin membuat orang-orang takut kepadanya. Namun pertunjukan itu sudah menunjukkan bahwa Theo bukanlah orang yang kemarin.“Theo, tunggu! Kepalamu berdarah.”Theo berhenti ketika mendengar ada suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke samping saat ada seorang wanita, berkacamat dengan rambut dikepang menghampirinya, membawakan sebuah sapu tangan untuk Theo. Ini adalah hal yang mengejutk
Viona berdiri di depan pintu yang mana dia diam mematung dan tidak bergerak sama sekali. Tangannya bergetar, bibirnya berkedut saat memperhatikan bahwa Theo duduk dengan tenang tanpa ada rasa takut sediktpun setelah dia melakukan apa yang dia takutkan. Biasanya pun, Theo tidak akan pernah untuk mengangkat kepalanya, dia selalu menunduk dan tidak memiliki wibawa sama sekali. Jarang-jarang juga para pria di sekolah ini menyebutkan sebagai seorang laki-laki femboy. Atau paling tidak para wanita akan menggodanya untuk menjatuhkan harga diri si Theo ini. Yang paling parah ketika Viona menjadikan Theo pacar bukan karena rasa suka, itu karena agar menjatuhkan harga diri Theo sejatuh-jatuhnya. Orang-orang se sekolahan akan mengolok-ngoloknya. Selain itu, karena tingkah Theo yang seolah seperti seorang perempuan, maka Viona juga tidak peduli apakah perbuatannya bisa menggodanya atau tidak. Tapi itu cukup membuat Theo tidak punya harga diri. Namun setelah kejadiian ini, keberadaan Theo yang s