Di pikirannya bahwa kehidupan dunia modern ini benar-benar menakjubkan sekaligus agak mengerikan. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang dia pelajari semalaman terlihat begitu ilmiah dan juga sangat bertolak belakang dibandingkan dengan yang ada di dunia dewa.
Kendati demikian, Theo sudah berhasil untuk beradaptasi dengan aturan-aturan di dunia ini, baik itu kehidupan, tradisi dan juga gaya hidup para manusia. Bahkan saat dia berangkat secara tergesa-gesa seperti ini, dia sudah tidak heran dengan gedung-gedung tinggi, kendaraan berlalu lalang serta kehidupan yang tentram tanpa adanya kekuatan sihir.
Melalui pikirannya, dia merasa bahwa dirinya akan terlambat. Sehingga Theo terus berlari mengejar waktu sebelum dirinya terlambat. Pasalnya sangat jarang dia terlambat berangkat ke sekolah yang jelas akan sangat merepotkan.
“Sial, ini pukul berapa.” Batin Theo.
Dari kejauhan, dia bisa melihat seorang pria gendut sedang menyeret sebuah gerbang dicat biru. Jelas itu membuat Theo semakin panik dan mempercepat langkahnya karena jika gerbang itu ditutup seutuhnya maka akan menjadi sangat merepotkan.
“Tunggu!”
Satpam gendut itu sama sekali tidak menghiraukan teriakan Theo. Aturan tetaplah berlaku apabila gerbang ditutup seutuhnya alias tidak bisa masuk, maka akan ada sebuah konsekuensi yang merepotkan.
Untungnya Theo melihat sebuah pohon mangga yang berdiri kooh di depan gerbang. Dia hanya fokus pada satu tempat tersebut, dan sama sekali tidak peduli dengan gerbang yang ditutup. Selama dia bisa masuk, maka dia aman.
Pintu gerbang ditutup seutuhnya. Satpam gendut itu tersenyum puas karena bisa memberikan sebuah pelajaran bagi murid yang terlambat. Apalagi setelah satpam itu menyipitkan matanya, dia bisa mengenal siapa bocah itu.
“Theo Javier? Setelah berhari-hari akhirnya dia masuk. Tapi sayang sekali untuk saat ini dia akan menghadapi konsekuensi.”
Tapi, itu semua tidak seperti yang dia harapkan. Dimana Theo langsung melompat ke arah pohon mangga, dan langsung meloncati sebuah pagar sambil jungkir balik di udara. Kemudian, dia mendarat dengan bertumpu pada kedua kaki dan salah satu tangannya sehingga dia bisa masuk ke dalam sekolah sepenuhnya.
Barulah, dia berlari untuk menuju kelasnya, sebelum guru masuk terlebih dahulu.
Satpam tersebut mengucek matanya. Kejadian melompati pagar tentu saja merupakan sebuah kejadian pertama yang mana itu semua sama sekali belum pernah dilakukan oleh satu orang muridpun. Tapi kali ini, dia baru melihat salah satu murid yang bisa berakrobat seperti itu.
Apa yang membuatnya tidak percaya, sebenarnya adalah bahwa anak itu adalah Theo Javier!
“Apakah itu memang Theo?” dia melotot, lama untuk mempercayainya. “Itu Theo Javier?”
...........
SMA Swasta kota Saranja. Jelas itu merupakan sebuah sekolah bergengsi yang ada di kota angin ini. Beberapa murid merupakan putra dari keluarga berada, terutama Zhayn Agam yang menjadi sosok murid yang paling mencolok di sini.
Tidak, semuanya memang berani, selama seseorang memiliki uang, kekuasaan dan apa yang mereka kehendaki, siapapun akan mereka lawan. Bahkan jika dewan rakyat? Itu hanya sepele. Tapi, bagaimana dengan Theo? Ibarat dia adalah seorang tikus yang berada di kandang dengan ribuan singa.
Dan juga Theo tentunya. Hanya saja dia tidak tahu bagaiman dirinya membayar. Setiap waktu tempo pembayaran, tagihannya sudah lunas. Dan dia pasti yakin bahwa yang membayar adalah ayahnya. Meski sebenarnya hal paling berat ketika tahu bahwa ayahnya memang diam-diam membayar uang sekolahnya.
Padahal sekolah ini cukup bergengsi, dia tidak tahu bagaimana bisa ayahnya membayarnya. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu apa pekerjaan ayah Theo yang sebenarnya.
Theo melewati lorong, menuju kelas miliknya. Sedikit informasi, dia adalah seorang siswa yang berada di 11 kelas Sains. Cukup keren sepertinya jika masuk ke dalam kelas matematika dan ipa yang membuat seseorang benar-benar pusing.
Tapi dia menyadari, saat ini dia melewati sebuah kelas yang sebelumnya neraka baginya. Social adalah tempat yang menakutkan, tapi bagi Theo sebelumnya. Sebelum dia koma, tempat ini kerap kali membuat dia harus masuk dan dipukuli oleh anak-anak 11 kelas sosial. Dan tentunya, Zhayn dan rekan-rekannya berada di tempat ini.
Namun, tiba-tiba dia teringat bahwa di kelas ini juga ada seorang wanita yang bisa dibilang nakal, tapi tidak terlalu. Dan, kebenarannya adalah .... Viona, kekasih Theo. Entah bagaimana bisa terjadi, yang pasti memiliki masa lalu yang panjang dan mungkin Viona melakukannya hanya sekedar sebagai sebuah permainan untuk mempermainkan Theo. Tapi, Theo dulu justru menganggapnya serius yang membuat dia tambah dipermalukan.
Melewati sebuah pintu, dia menoleh ke samping dengan pelan. Memberikan senyuman yang menakutkan dan memandang beberapa siswa 11 Kelas Sosial sebelum dia benar-benar pergi.
“Itu, itu Theo. Sial, dia ternyata masih hidup! Bos, Theo baru saja datang ke sekolah ini!” Salah satu siswa yang menyadari itu, dia langsung melaporkannya kepada Zhayn.
Seluruh siswa 11 kelas sosial ini benar-benar terkejut. Apalagi dibuktikan bahwa beberapa siswa yang melihat Theo berlari sambil melirik ke arah sini dengan tatapan yang tajam.
“Theo, sial! Bukankah seharusnya dia meninggal?! Haha tapi tidak apa-apa. Kita masih memiliki target untuk menjadi bahan perundungan.” Zhayn Agam benar-benar bersemangat.
Viona hanya diam dan sama sekali tidak peduli secara nyata. Tapi dalam hatinya dia tidak percaya bahwa anak itu masih hidup. Walaupun dia tidak tahu bagaimana menyikapinya, lagipula dia meminta Theo untuk menjadi pacarnya bukan karena perasaan, melainkan dia juga ingin mempermainkan Theo. Dan yang membuatnya mengundang gelak tawa ketika Theo justru menganggap hubungan ini benar-benar serius.
Siapa yang menyangka bahwa Theo Javier berani melakukan hal demikian? Viona misalnya adalah seorang keluarga yang terpandang. Orang-orang menganggap Theo yang rendahan benar-benar sangat bodoh. Dan Theo sekarang menyadari, bahwa dirinya bodoh akan hal itu.
Orang berpikir kembalinya Theo akan menjadi sasaran empuk bagi singa-singa di sini. Tapi Theo menyadari sesuatu bahwa, “Mulai hari ini, tidak akan terjadi lagi. Aku yang akan ada di puncak. Javier, kau tenang saja.”
“Istirahat, panggil dia kesini. Aku hanya ingin bermain-main.” Kata Zhayn dengan senyuman di wajahnya.
“Tapi bos, bukankah dia baru saja keluar dari rumah sakit? apakah itu tidak berlebihan?” Tanya bawaham Zhayn yang lainnya.
“Ayolah, kita hanya bermain-main.”
..............
“Selamat pagi!”
Siapa yang peduli dengan keberadaan seorang pecundang? Theo berdiri di depan pintu, menyapa dengan lembut kepada semua orang. Tapi, tatapan mata kosong hanya tertuju padanya, tidak ada yang begitu peduli kepada sosok pecundang yang tidak bisa berbuat apa-apa ini.
Tatapan kosong, dibalas tatapan kosong. Mereka tidak peduli? Baik, siapa yang akan peduli kepada mereka sekarang? Theo juga memberikan kesan kosong, ekspresi yang datar. Ini sebenarnya hal yang mengejutkan bagi orang-orang yang ada di kelas ini.
Awalnya mereka memang tidak peduli, apakah Theo masuk hari ini atau tidak setelah beberapa minggu lamanya, namun kedatangan Theo sungguh berbeda, sangat berbeda. Aura Theo tampak begitu tenang, dan tak ada sedikitpun kesedihan di dalam diri Theo. Jika dipikir-pikir, kedatangan Theo ke kelas, pasti dimulai dengan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap siapa-siapa dan cukup memalukan.
Namun kali ini, mereka bak ditatap seorang pemburu, binatang buas atau hal lainnya yang intinya menunjukkan tatapan yang begitu tajam. Kesan yang berbeda sehingga 36 dari 37 siswa di kelas 11 sains ini tidak mengalihkan pandangannya.
“Kehidupanmu mengerikan sekali, ya?” Theo bermonolog. Kehidupan Javier terlalu menyedihkan. Dibandingkan dengan diri Theo di alam dewa yang memiliki kehidupan yang penuh hormat, diagungkan, Javier justru sebaliknya. Dia diinjak-injak oleh orang yang begitu kuat, dia bukan lagi diagungkan, tetapi direndahkan serendah-rendahnya. Layaknya seekor tikus yang tidak memiliki harga diri sama sekali.Sebenarnya yang menjadi masalah, Theo Javier, terlalu penakut. Juga teman-teman sekelas Theo, seluruh guru, mereka semuanya terlau penakut. Lagipula kehidupan di sekolah ini layaknya alam liar, juga penuh dengan kehidupan superior. Tidak menurut? Kekayaan bisa membungkam.Teman-teman sekelas Theo, alias 11 sains memang kaya-kaya. Itu fakta. Tapi dibandingkan dengan kekayaan orang yang berpengaruh di sekolah ini seperti Zhayn Agam, mereka memilih untuk tidak ikut campur urusan anak-anak orang yang lebih kaya dan berpengaruh itu, termasuk apabila anak-anak konglomerat itu mengganggu Theo. Reputasi j
Perkelahian ini jauh menjadi lebih intensif, tidak ada yang menduga hal ini. Semua teman sekelas Theo keuar dengan wajah yang buruk, terkejut, tidak menyangka, dan paling buruk adalah membuka mulut mereka. Theo tidak pernah sebrutal ini sebelumnya.Paling tidak, mereka mengerti sesuatu, bahwa Theo adalah siswa aneh, lemah dan gampang sekali ditindas. Dan itu sudah mengakar di pikiran mereka bahwa Theo orang yang seperti itu. Namun kondis hari ini benar-benar berubah 180 derajat, berubah drastis. Dimulai dari kedatangan Theo saat mengangkat kepalanya, hingga hal yang mengejutkan seperti memukuli Zhayn dan anteknya.Sekarang kelas ini menjadi ajang singa yang akan menerkam mangsanya, bahkan kondisi bangku sekolah mawut dan tidak dalam kondisi seperti semula. Kondisi Zhayn sangat mendominasi. Zhayn bahkan dipukuli tiada ampun, hingga dia terbaring lemas di sela kosongnya kelas ini. Paling kuat Steve mungkin, bahkan dia kewalahan menghadapi Theo. Sudah berapa kai dia terkena pukulan telak
Viona berdiri di depan pintu yang mana dia diam mematung dan tidak bergerak sama sekali. Tangannya bergetar, bibirnya berkedut saat memperhatikan bahwa Theo duduk dengan tenang tanpa ada rasa takut sediktpun setelah dia melakukan apa yang dia takutkan. Biasanya pun, Theo tidak akan pernah untuk mengangkat kepalanya, dia selalu menunduk dan tidak memiliki wibawa sama sekali. Jarang-jarang juga para pria di sekolah ini menyebutkan sebagai seorang laki-laki femboy. Atau paling tidak para wanita akan menggodanya untuk menjatuhkan harga diri si Theo ini. Yang paling parah ketika Viona menjadikan Theo pacar bukan karena rasa suka, itu karena agar menjatuhkan harga diri Theo sejatuh-jatuhnya. Orang-orang se sekolahan akan mengolok-ngoloknya. Selain itu, karena tingkah Theo yang seolah seperti seorang perempuan, maka Viona juga tidak peduli apakah perbuatannya bisa menggodanya atau tidak. Tapi itu cukup membuat Theo tidak punya harga diri. Namun setelah kejadiian ini, keberadaan Theo yang s
Sudah cukup membuktikan bahwa Theo tidak memiliki rasa takut sama sekali, percaya diri dan tidak segan untuk menghantam siapapun lawannya. Yang paling emosinal ketika satu kelas social menghadang Theo, Theo tetap mau untuk berdiri dan akan bertarung dengan mereka.“Jika tubuh ini memiliki postur yang jauh lebih kuat, menghadapi lima belas siswa tadi bukanlah masalah. Theo Javier tidak pernah berolahraga yang membuat dia tidak akan pernah bisa menang melawan pertarungan.” Theo membatin.Sekarang dia berniat keluar dari sekolah. Biarlah urusan ini diselesaikan di sekolah ini dahulu. Paling tidak, dia tidak ingin membuat orang-orang takut kepadanya. Namun pertunjukan itu sudah menunjukkan bahwa Theo bukanlah orang yang kemarin.“Theo, tunggu! Kepalamu berdarah.”Theo berhenti ketika mendengar ada suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke samping saat ada seorang wanita, berkacamat dengan rambut dikepang menghampirinya, membawakan sebuah sapu tangan untuk Theo. Ini adalah hal yang mengejutk
“Itu kurang ajar! Aku akan membantumu melakukan visum! Aku akan melakukan apapun agar kamu diberikan sebuah keadilan yang sepadan. Agam hanyalah keluarga rendahan di depan Winata, itu adalah hal yang sepele. Kenapa kau tidak bilang sebelumnya?” Lyra menggenggam erat setir mobil miliknya. Dia merasa geram sekarang.Theo membalasnya dengan cepat sambil menggelengkan kepalanya. “Itu sia-sia. Aku baru saja balas dendam, Zhayn sekarang masuk ke rumah sakit dan justru akulah yang bermasalah sekarang. Aku pernah mendengar keluarga Agam tidak pernah menggunakan jalur kepolisian untuk menghancurkan lawannya, tetapi ada mafia dibaliknya. Nah, masalah mafia aku sama sekali tidak peduli jika aku dikejar, tapi masalahnya jika itu dikeluarkan dari sekolah akan sangat pasti.”“Tidak peduli jika kau dikejar? Theo! Kau dalam masalah besar! Itu bukan hal yang sepele seperti kau mengalahkan perampok itu dan juga bocah Agam itu.” Lyra naik pitam mendengar demikian. Dia kemudian melanjutkan ucapannya, “Te
Theo sempat berpikir, mereka pasti akan ragu hal ini. Theo juga berpikir bahwa Lyra melakukan hal ini karena agar Theo bisa dilindungi oleh mafia yang ada di balik keluarga Agam sekalipun. Lyra tahu caranya mengucapkan terimakasih, jadi dia akan melindungi orang seperti Theo yang pernah menjadi penolongnya.Tidak peduli apakah Theo sangatlah lemah dibandingkan dengan mereka, tujuan Lyra hanyalah melindungi Theo.Sebenarnya Sahal dan lainnya ingin tertawa. Lyra tampak seperti memberikan sebuah lelucon. Tapi demi menghormati keluarga Winata, mereka menahan ucapan ucapan yang merendahkan. Sebagai gantinya, Sahal berkata,“Nona, sepertinya aku perlu melihat seberapa tangguh anak ini ketika Anda menaruhnya di sini. Tetapi apabila kemampuan anak ini dibawah rata-rata, mohon maaf nona, kami tidak bisa menerimanya.”“Tapi ....” Lyra berkata dengan ragu, Theo memotong ucapan Lyra.“Tidak apa-apa.” Theo sedikit percaya diri sekarang.Sahal merasa bahwa Theo terlihat membicarakan omong kosong. M
“Huh melelahkan.”“Ada apa Lyra? Kau terlihat bahagia sekali hari ini?” Ibu Lyra, Helen, angkat bicara melihat putrinya pulang dalam keadaan tersenyum sambil duduk di atas sofa. Secara bersamaan, William juga datang dan melihat cucunya pulang.“Anak yang bernama Theo itu, aku bertemu lagi.”“Oh, dan kau sudah mengucapkan terimakasih?” William ikut duduk di atas sofa.“Sudah. Tapi, dia mendapatkan masalah besar sekarang. Aku benar-benar sangat kasihan.” Wanita berumur 22 tahun itu menundukkan wajahnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia berada di posisi Theo, maka dia tidak akan bisa tenang dalam hidupnya. Masalahnya Theo hanya ingin membalas dendam dari apa yang orang lain perbuat padanya, tapi justru orang itu mengincarnya sekarang.“Ada apa?” William bertanya.Lyra kemudian menceritakan situasinya. Dimana tentang mengapa tadi Theo pulang lebih awal yang Lyra kira Theo sedang membolos sekolah. Kemudian Theo menunjukkan kepalanya yang menunjukkan luka bekas jahitan yang ma
Theo berjalan dipinggir jalan untuk menuju rumahnya. Sudah banyak kejadian dia hari ini yang menjadikan pengalaman barunya untuk mendapati hukuman di dunia modern. Ayahnya sepertinya benar, walau baru beberapa hari saja, dia sudah dapat mengetahui bahwa kekuasaan tidak seharusnya dilakukan dengan semena-mena. Dan sombong menjadi momok yang menyakitkan karena tidak selamanya seseorang berada di atas.Tapi, sampai kapan dirinya akan menjalani hukuman di sini? Ini yang membuat Theo sedih.Saat dia berada di pinggir jalan, kendaraan berlalu lalang lewat sangat normal. Pejalan kaki juga banyak yang berseliweran melewati atau bersinggungan dengan Theo. Namun saat itu, perasaan Theo sedikit kacau. Sehingga dia berhenti, mengamati keadaan disekitar dan mengerutkan dahinya.Sorot matanya melihat sebuah truk yang berhenti dipinggir jalan jauh di belakangnya. Dia mengerutkan dahinya. Tapi dia segera acuh tak acuh dan menganggap tidak akan ada apa-apa. Bahkan melihat seorang nenek-nenek berhenti
Tapi siapa yang berpikir bahwa orang yang membaca koran tersebut melipat korannya dan langsung menghadap ke arah perginya Theo. Pada akhirnya, pria itu mengikuti kemana perginya Theo.Theo mempercepat langkahnya dan segera berjalan ke tempat yang cukup sepi, gelap atau dicelak-celah bangunan. Dia berpura-pura panik hingga membuat penguntit itu tersenyum lebar. Dan tetap mengikuti kemana perginya Theo.Saat Theo berbelok ke sebuah gang buntu, penguntit itu mengikutinya. Tapi dia terkejut saat Theo dari balik tembok langsung menarik kerah orang tersebut. Reflekspun, orang itu mengayunkan pukulannya dari bawah.Tapi refleks Theo jauh lebih bagus, dimana dia langsung mengangkap pukulannya dengan bagus. Tatapan tajam dari Theo membuat lawannya merasa sangat terintimidasi.“Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?” Tanya orang tersebut.“Hah? Orang gila mana yang menggunakan baju musim dingin pada musim panas?”Orang itu kemudian menyeringai, alih-alih merasa ketakutan, orang itu memiliki suatu h
Saat kakinya ditangkap dengan cepat dia memutar tubuhnya, kaki kirinya juga bergerak dengan tenaga penuh hingga berhasil menendang kepala orang kedua hingga terjatuh.Tidak berhenti, dia masih harus berhadapan dengan orang pertama. Poisi tangannya masih terkepal dan langsung dia dorong cepat dari kiri. Orang pertama bisa menghindar dengan baik, namun dia juga melayangkan tendangan lurus ke depan dengan target dagu Theo. Tapi, tidak semudah itu. Theo menarik wajahnya ke belakang dengan jarak beberapa inchi dai kaki lawannya.Dan dari kiri bergerak sangat cepat, orang kedua memasang posisi mendorong sebuah siku tepat di kiri wajah Theo. Ini sangat merepotkan, Theo menggertakkan giginya dan langsung menangkap sikut orang itu dengan tangan kosong, tangan kiri Theo melakukan uppercut, hingga mengenai dagu orang kedua hingga dia terdorong ke belakang.Theo mundur menghela napas, tapi orang pertama melompat ke depan, melakukan putaran dan menendang dengan kaki-kakinya selama hampir lima meni
“Itu......” Theo tersenyum kecut sambil menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada ayahnya bahwa situasinya benar-benar sangat terbalik 180 derajat? Sekarang justru Theo lah yang membawa Zuan masuk rumah sakit, dan bukan dirinya yang masuk rumah sakit. Meski begitu, ini juga menjadi sebuah masalah yang begitu besar. Beberapa ancaman akan ada padanya atau bahkan ayahnya yang membuat Theo tidak tahu bagaimana unuk bercerita. “Aman, mereka tidak mengganggu ku kok.” Katanya sambil Theo cengar cengir.“Baiklah jika memang begitu. Kamu tahu, ayah benar-benar sangat khawatir Theo. Perbuatan Zhayn itu tidak bisa dimaafkan. Sebenarnya, ayah bisa membuat Zhayn bermasalah, tapi agaknya sangat sulit dan ini akan membuat perkara jadi lebar. Satu-satunya yang ayah bisa adalah memindahkanmu.”“Apa engkau sudah memiliki opsi?”“Tentu saja.”Theo menghela napas. Percuma jika dirinya dipindahkan, ini akan menjadi sebuah perkara yang begitu sulit. Dia sudah dic
Theo berjalan dipinggir jalan untuk menuju rumahnya. Sudah banyak kejadian dia hari ini yang menjadikan pengalaman barunya untuk mendapati hukuman di dunia modern. Ayahnya sepertinya benar, walau baru beberapa hari saja, dia sudah dapat mengetahui bahwa kekuasaan tidak seharusnya dilakukan dengan semena-mena. Dan sombong menjadi momok yang menyakitkan karena tidak selamanya seseorang berada di atas.Tapi, sampai kapan dirinya akan menjalani hukuman di sini? Ini yang membuat Theo sedih.Saat dia berada di pinggir jalan, kendaraan berlalu lalang lewat sangat normal. Pejalan kaki juga banyak yang berseliweran melewati atau bersinggungan dengan Theo. Namun saat itu, perasaan Theo sedikit kacau. Sehingga dia berhenti, mengamati keadaan disekitar dan mengerutkan dahinya.Sorot matanya melihat sebuah truk yang berhenti dipinggir jalan jauh di belakangnya. Dia mengerutkan dahinya. Tapi dia segera acuh tak acuh dan menganggap tidak akan ada apa-apa. Bahkan melihat seorang nenek-nenek berhenti
“Huh melelahkan.”“Ada apa Lyra? Kau terlihat bahagia sekali hari ini?” Ibu Lyra, Helen, angkat bicara melihat putrinya pulang dalam keadaan tersenyum sambil duduk di atas sofa. Secara bersamaan, William juga datang dan melihat cucunya pulang.“Anak yang bernama Theo itu, aku bertemu lagi.”“Oh, dan kau sudah mengucapkan terimakasih?” William ikut duduk di atas sofa.“Sudah. Tapi, dia mendapatkan masalah besar sekarang. Aku benar-benar sangat kasihan.” Wanita berumur 22 tahun itu menundukkan wajahnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia berada di posisi Theo, maka dia tidak akan bisa tenang dalam hidupnya. Masalahnya Theo hanya ingin membalas dendam dari apa yang orang lain perbuat padanya, tapi justru orang itu mengincarnya sekarang.“Ada apa?” William bertanya.Lyra kemudian menceritakan situasinya. Dimana tentang mengapa tadi Theo pulang lebih awal yang Lyra kira Theo sedang membolos sekolah. Kemudian Theo menunjukkan kepalanya yang menunjukkan luka bekas jahitan yang ma
Theo sempat berpikir, mereka pasti akan ragu hal ini. Theo juga berpikir bahwa Lyra melakukan hal ini karena agar Theo bisa dilindungi oleh mafia yang ada di balik keluarga Agam sekalipun. Lyra tahu caranya mengucapkan terimakasih, jadi dia akan melindungi orang seperti Theo yang pernah menjadi penolongnya.Tidak peduli apakah Theo sangatlah lemah dibandingkan dengan mereka, tujuan Lyra hanyalah melindungi Theo.Sebenarnya Sahal dan lainnya ingin tertawa. Lyra tampak seperti memberikan sebuah lelucon. Tapi demi menghormati keluarga Winata, mereka menahan ucapan ucapan yang merendahkan. Sebagai gantinya, Sahal berkata,“Nona, sepertinya aku perlu melihat seberapa tangguh anak ini ketika Anda menaruhnya di sini. Tetapi apabila kemampuan anak ini dibawah rata-rata, mohon maaf nona, kami tidak bisa menerimanya.”“Tapi ....” Lyra berkata dengan ragu, Theo memotong ucapan Lyra.“Tidak apa-apa.” Theo sedikit percaya diri sekarang.Sahal merasa bahwa Theo terlihat membicarakan omong kosong. M
“Itu kurang ajar! Aku akan membantumu melakukan visum! Aku akan melakukan apapun agar kamu diberikan sebuah keadilan yang sepadan. Agam hanyalah keluarga rendahan di depan Winata, itu adalah hal yang sepele. Kenapa kau tidak bilang sebelumnya?” Lyra menggenggam erat setir mobil miliknya. Dia merasa geram sekarang.Theo membalasnya dengan cepat sambil menggelengkan kepalanya. “Itu sia-sia. Aku baru saja balas dendam, Zhayn sekarang masuk ke rumah sakit dan justru akulah yang bermasalah sekarang. Aku pernah mendengar keluarga Agam tidak pernah menggunakan jalur kepolisian untuk menghancurkan lawannya, tetapi ada mafia dibaliknya. Nah, masalah mafia aku sama sekali tidak peduli jika aku dikejar, tapi masalahnya jika itu dikeluarkan dari sekolah akan sangat pasti.”“Tidak peduli jika kau dikejar? Theo! Kau dalam masalah besar! Itu bukan hal yang sepele seperti kau mengalahkan perampok itu dan juga bocah Agam itu.” Lyra naik pitam mendengar demikian. Dia kemudian melanjutkan ucapannya, “Te
Sudah cukup membuktikan bahwa Theo tidak memiliki rasa takut sama sekali, percaya diri dan tidak segan untuk menghantam siapapun lawannya. Yang paling emosinal ketika satu kelas social menghadang Theo, Theo tetap mau untuk berdiri dan akan bertarung dengan mereka.“Jika tubuh ini memiliki postur yang jauh lebih kuat, menghadapi lima belas siswa tadi bukanlah masalah. Theo Javier tidak pernah berolahraga yang membuat dia tidak akan pernah bisa menang melawan pertarungan.” Theo membatin.Sekarang dia berniat keluar dari sekolah. Biarlah urusan ini diselesaikan di sekolah ini dahulu. Paling tidak, dia tidak ingin membuat orang-orang takut kepadanya. Namun pertunjukan itu sudah menunjukkan bahwa Theo bukanlah orang yang kemarin.“Theo, tunggu! Kepalamu berdarah.”Theo berhenti ketika mendengar ada suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke samping saat ada seorang wanita, berkacamat dengan rambut dikepang menghampirinya, membawakan sebuah sapu tangan untuk Theo. Ini adalah hal yang mengejutk
Viona berdiri di depan pintu yang mana dia diam mematung dan tidak bergerak sama sekali. Tangannya bergetar, bibirnya berkedut saat memperhatikan bahwa Theo duduk dengan tenang tanpa ada rasa takut sediktpun setelah dia melakukan apa yang dia takutkan. Biasanya pun, Theo tidak akan pernah untuk mengangkat kepalanya, dia selalu menunduk dan tidak memiliki wibawa sama sekali. Jarang-jarang juga para pria di sekolah ini menyebutkan sebagai seorang laki-laki femboy. Atau paling tidak para wanita akan menggodanya untuk menjatuhkan harga diri si Theo ini. Yang paling parah ketika Viona menjadikan Theo pacar bukan karena rasa suka, itu karena agar menjatuhkan harga diri Theo sejatuh-jatuhnya. Orang-orang se sekolahan akan mengolok-ngoloknya. Selain itu, karena tingkah Theo yang seolah seperti seorang perempuan, maka Viona juga tidak peduli apakah perbuatannya bisa menggodanya atau tidak. Tapi itu cukup membuat Theo tidak punya harga diri. Namun setelah kejadiian ini, keberadaan Theo yang s