“Tuan Javier, putra Anda bisa pulang dan tidak boleh melakukan aktivitasnya selama satu minggu.” Kata dokter tersebut.
“Aku mengerti pak.”
“Tuan, ini adalah perundungan, aku menegaskan sekali lagi, bukankah seharusnya kejadian ini dilaporkan kepada polisi? Bahkan korban hampir meregang nyawa karena ada pendarahan di kepalanya.” Tanya dokter tersebut.
Zuan Javier menggertakkan giginya perlahan, “Keluarga Agam memiliki kekuasaan yang besar. Bahkan setelah kepolisian bertindak, diduga putraku hanya jatuh dari lantai. Ini masalah permainan uang. Sialan, bedebah sialan itu benar-benar.”
Siang itu Theo berjalan di koridor rumah sakit bersama ayahnya. Wajahnya benar-benar linglung karena ini terlihat sangat asing. Tidak juga sebenarnya, karena ingatan Theo Javier juga tercatat di pikiran Theo untuk saat ini. Sehingga dia bisa mengetahui satu persatu. Meski begitu, jiwa Theo Alknight berusaha untuk beradaptasi dengan hal yang berbeda dengan di alam Nirwana.
Tapi sejujurnya, baginya ini adalah hal yang baru. Kursi berjalan, kamar tidur berjalan ini terdengar cukup aneh. Apalagi mengangkut orang-orang sakit. Di sekitarnya juga terdapat kamar yang berisi pasien, orang juga ada yang menangis dan ada juga yang bersandar di dinding dan meratapi keluarganya.
Pikirnya bahwa mungkin kamar-kamar itu adalah rumah mereka dan tabib akan datang untuk menyembuhkan. Tapi nyatanya tidak bahwa tidak mungkin semua rumah di sini diisi oleh orang-orang sakit bagaikan terkena sebuah wabah.
Setelah menyadari bahwa ini adalah rumah sakit, Theo sekarang mengerti bahwa orang sakit akan datang ke rumah sakit, memesan kamar dan dokter spesialis dan profesionalis akan datang dan mengeceknya secara rutin. Konsep ini sangat berbeda dengan alam-alam dewa, yang mana tabib akan menjadi seseorang panggilan untuk orang sakit.
Pintu lift terbuka, Theo sadar bahwa hanya ada ruangan buntu. Tapi melihat ayahnya masuk, dia juga ikut masuk dengan tatapan bingung. Ya, lagi-lagi pikiran Theo Javier menyempurnakan jiwa Theo Alknight bahwa ini bukanlah sebuah masalah. Ini hanyalah sebuah alat teleportasi modern yang dirancang khusus oleh engineer.
Tidak ada konsep sihir, namun juga mesin teleportasi antar lantai yang membuat pikiran Theo Alknight berkata wah. Bahkan dia hampir tidak percaya bahwa mesin ini tidak menggunakan apa yang namanya sihir.
Lift bergerak, ada reaksi yang tak terduga dari Theo. Dimana dia langsung oleng dan kehilangan keseimbangannya. Bahkan dia juga tidak tahu harus berbuat apa-apa dengan mesin ini.
“Theo, tidak apa-apa. Mungkin karena akibat kamu belum pulih jadi keseimbanganmu masih belum sempurna.” Zuan memegangi Theo saat melihat putranya oleng. Hanya saja dia menganggap bahwa ini bukanlah sebuah masalah, karena putranya baru saja melakukan masa pemulihan.
Ayah itu benar-benar menyayangi anaknya lebih dari apapun. Sayangnya masalahnya hanya satu. Guna menghidupi Theo, dia harus bekerja paruh waktu yang membuat dia tidak bisa pulang seenaknya. Untuk saat ini, berhubung Theo mengalami masalah, dia diizinkan untuk cuti setidaknya satu bulan.
“Sial, jiwaku belum bisa beradaptasi meskipun aku memiliki ingatan Javier. Ayah kau mengirimkan aku ke dunia mana sebenarnya?” Batin Theo dengan geram.
Beberapa detik kemudian, mereka telah keluar. Theo bisa menyadari bahwa dia sudah berpindah tempat dengan praktis. Padahal tidak menggunakan mantra apapun dan dia hanya melihat ayahnya memencet tombol-tombol angka sebelumnya.
Mereka keluar dari rumah sakit, Theo dihadapkan dengan kendaraan berlalu lalang di pinggir jalan tanpa ada sebuah kuda yang menariknya. Ini terlihat sangat keren karena konsep kendaraan juga tidak menggunakan sebuah pola sihir apapun.
“Kita akan menunggu taxi di seberang jalan.” Ayah Theo menunjuk sebuah tempat di depan.
Theo berjalan di belakang ayahnya, tepat di atas sebuah zebra cross yang digunakan khusus untuk penyeberang jalan. Tapi dia kembali linglung dan berhenti, melihat keadaan di sekitar bahwa terdapat sebuah gedung-gedung tinggi yang menggapai langit.
Kendaraan berjalan menggunakan roda, orang-orang mengangkat sebuah benda berbentuk persegi dan menatapnya, sebuah layar besar menunjukkan video animasi juga keluar di dinding rumah sakit. Jiwa Theo Alknight belum bisa beradaptasi sepenuhnya. Wajahnya benar-benar linglung dengan konsep “Dunia modern.”
Sebuah truk melaju kencang, sopir truk baru menyadari ada seorang pemuda yang berdiri di tengah jalan. Secara refleks, supir truk itu menekan klakson dengan keras, bahkan menginjak pedal rem kuat-kuat.
Orang-orang yang melihat Theo berdiri di tengah jalan langsung histeris dan meneriaki Theo untuk segera pergi. Zuan juga melirik ke belakang, dan melihat bahwa putranya masih linglung. Sedangkan dari jarak yang hampir dekat ada sebuah truk besar yang kemungkinan tidak bisa berhenti tepat waktu.
Sehingga Zuan langsung berlari ke arah putranya.
Sedangkan Theo langsung sadar dari lamunannya, dia juga melihat sebuah truk di depannya mengeluarkan sebuah bunyi yang cukup kencang yang membuat telinganya berdengung.
Bagaikan sebuah peluru es yang melaju kencang dan akan memberikan sebuah serangan, dia melihatnya seperti itu.. Jadi secara refleks, Theo mengulurkan tangannya dan memejamkan matanya.
“Freezing ice wall!”
Apa yang dia harapkan? Hanya sebuah dinding es tajam keluar dan menahan laju truk itu. Kekuatan es yang dia miliki haruslah digunakan untuk melindungi dirinya juga. Tapi, sepertinya tidak ada reaksi apapun yang membuat jantung Theo langsung berdetak sekali dengan cukup kencang.
Tidak ada reaksi apapun.
Untungnya truk itu berhenti tepat waktu, tepat berada di depan Theo yang sedang mengulurkan tangannya dan seolah siap menerima hantaman kapanpun. Semua orang yang melihatnya menghela napas dan masih menganggap ini sebuah tontonan publik yang cukup mencengkam.
“Hei, apa kau bodoh! Dimana matamu?!” Supir truk itu mengeluarkan tubuhnya di jendela dan meneriaki Theo yang penuh emosi.
Zuan datang dengan menghela napas dengan lega, kemudian dia menjelaskan dengan perlahan sambil membungkukkan badannya, “Tolong maafkan putraku, dia mengalami kerusakan sedikit pada ingatannya. Jadi dia agak linglung untuk saat ini.”
“Bodoh, mentang-mentang rumah sakit ada di depan, kau ingin membuat musibah tanpa merepotkan ambulans!”
“Sekali lagi aku mengucapkan maaf tuan.” Katanya mengulang.
Zuan kemudian menuntun Theo dengan perlahan tanpa naik pitam. Setidaknya dia bersyukur bahwa putranya tidak kembali masuk ke IGD hanya karena kecerobohan dirinya yang tidak menuntun Theo sebelumnya. Padahal dia tahu bahwa Theo masih linglung setelah sadar.
Orang-orang yang melihat mencibir perlakuan Zuan yang tidak berhati-hati. Padahal sudah jelas bahwa putranya di balut perban pada bagian kepala dan baru saja keluar dari rumah sakit. Tapi ayah itu sama sekali kurang berhati-hati.
Yang menjadi masalah, saat ini Theo berpikir dengan tajam. Dia menatap ke depan dengan kebingungan, penyesalan, dan yang pasti benar-benar ingin marah, tapi kepada siapa? Hal yang sangat dia masalahkan adalah, kekuatan sihir es nya sebagai seorang pangeran kaisar dewa es, tidak keluar.
Sempat mengalami kesulitan, akhirnya bisa beradaptasi di tubuh barunya. Beberapa ingatanjuga terkoneksi yang membuat dia sedikit paham cara kerja sistem dunia modern ini yang sungguh menakjubkan. Dimasa ini dia untuk sementara waktu akan hidup sebagai Theo Javier. Kehidupan yang baru ini sangat percuma untuk disesali, lagipula dia menyadari bahwa ini adalah hukuman ilahi dari ayahnya karena perbuatannya sendiri. Jadi lebih baik dia melanjutkan kehidupan apa yang ada, tidak peduli siapa dirinya tapi yang jelas dia menyandang bahwa identitasnya adalah Theo Javier, putra dari Zuan. Beberapa waktu yang lalu mereka pada akhirnya sudah pulang. Zuan berusaha untuk menuntun Theo tapi Theo menolak dan berjalan apa adanya dan semestinya. Pikirannya sudah tidak linglung lagi tentang adaptasi yang membuat dia kebingungan. Lagipula semuanya sudah ada yang membuat dia tidak untuk tidak paham, kecuali beberapa yang tidak diketahui oleh Theo sebelumnya. Apalagi seteleh Theo mencoba untuk mengangka
Bagi Zuan sendiri ini adalah perilaku yang cukup aneh untuk Theo. Dia bertanya-tanya, apakah selama dia beekrja, Theo akan melakukan aktivitias seperti ini? namun rasanya tidak, setiap dia pulang, Theo hanya akan bergegas untuk berangkat sekolah. Terlebih ini adalah masa pemulihannya, dan seharusnya Theo masih terbaring di atas kasur.Dia merasa, Theo seperti baik-baik saja.Pukul lima pagi, Theo hanya berjalan biasa. Saat itu juga bertepatan pada matahari yang akan terbit sehingga keadaan semakin terang. Dia melakukan ini hanya untuk membentuk fisiknya kembali. Karena dia merasa cukup aneh dengan keadaan fisik Theo yang sekarang.Jelas Theo Alknight harus bisa membuat tubuh Javier ini lebih berisi dan tidak akan menjadi bahan perundungan. Meski sebenarnya, di otaknya masih tertanam bahwa Theo Alknight bisa melakukan sebuah bela diri, sehingga melawan seseorang pun masih tergolong mudah untuk tubuhnya yang sekarang.Hanya saja Theo ingin hasil yang maksimal. Memang dia bisa mela diri,
“Aku tidak peduli, adik. Aku bukanlah orang bodoh dan yang memperdulikan hal itu.”“Aku hanya ingin olahraga, nona. Jadi, jangan mengganggu aktivitasku.” Kata Theo sambil berbalik badan dan kembali berlari.Lyra Winata tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menghela napas terpaksa.“Tapi setidaknya beritahu aku siapa namamu!” Teriak Lyra Winata.“Theo, Theo Javier.” Teriak Theo kembali.Lyra kembali senang, setidaknya jika dia sudah mengetahui namanya maka dia bisa mencarinya kapanpun dia mau. Lagipula dia masih berhutang budi kepada Theo karena sudah menolongnya. Selain itu, dia merasa bahwa Theo masih lah seorang pelajar yang membuat Lyra semakin tertarik.Lyra lantas pergi dari tempatnya. Berjalan ke arah sebuah mobil Audi a8 berwarna biru yang terlihat mencolok di pinggir jalan. Sebenarnya dia ingin mengikuti kemana perginya Theo, tapi dia tidak memilik banyak di pagi hari ini.Theo berlari santai sambil melihat keadaan sekitarnya, meski dia lelah, tapi jiwanya seolah masih bisa mena
Di pikirannya bahwa kehidupan dunia modern ini benar-benar menakjubkan sekaligus agak mengerikan. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang dia pelajari semalaman terlihat begitu ilmiah dan juga sangat bertolak belakang dibandingkan dengan yang ada di dunia dewa.Kendati demikian, Theo sudah berhasil untuk beradaptasi dengan aturan-aturan di dunia ini, baik itu kehidupan, tradisi dan juga gaya hidup para manusia. Bahkan saat dia berangkat secara tergesa-gesa seperti ini, dia sudah tidak heran dengan gedung-gedung tinggi, kendaraan berlalu lalang serta kehidupan yang tentram tanpa adanya kekuatan sihir.Melalui pikirannya, dia merasa bahwa dirinya akan terlambat. Sehingga Theo terus berlari mengejar waktu sebelum dirinya terlambat. Pasalnya sangat jarang dia terlambat berangkat ke sekolah yang jelas akan sangat merepotkan.“Sial, ini pukul berapa.” Batin Theo.Dari kejauhan, dia bisa melihat seorang pria gendut sedang menyeret sebuah gerbang dicat biru. Jelas itu membuat Theo semakin pani
“Kehidupanmu mengerikan sekali, ya?” Theo bermonolog. Kehidupan Javier terlalu menyedihkan. Dibandingkan dengan diri Theo di alam dewa yang memiliki kehidupan yang penuh hormat, diagungkan, Javier justru sebaliknya. Dia diinjak-injak oleh orang yang begitu kuat, dia bukan lagi diagungkan, tetapi direndahkan serendah-rendahnya. Layaknya seekor tikus yang tidak memiliki harga diri sama sekali.Sebenarnya yang menjadi masalah, Theo Javier, terlalu penakut. Juga teman-teman sekelas Theo, seluruh guru, mereka semuanya terlau penakut. Lagipula kehidupan di sekolah ini layaknya alam liar, juga penuh dengan kehidupan superior. Tidak menurut? Kekayaan bisa membungkam.Teman-teman sekelas Theo, alias 11 sains memang kaya-kaya. Itu fakta. Tapi dibandingkan dengan kekayaan orang yang berpengaruh di sekolah ini seperti Zhayn Agam, mereka memilih untuk tidak ikut campur urusan anak-anak orang yang lebih kaya dan berpengaruh itu, termasuk apabila anak-anak konglomerat itu mengganggu Theo. Reputasi j
Perkelahian ini jauh menjadi lebih intensif, tidak ada yang menduga hal ini. Semua teman sekelas Theo keuar dengan wajah yang buruk, terkejut, tidak menyangka, dan paling buruk adalah membuka mulut mereka. Theo tidak pernah sebrutal ini sebelumnya.Paling tidak, mereka mengerti sesuatu, bahwa Theo adalah siswa aneh, lemah dan gampang sekali ditindas. Dan itu sudah mengakar di pikiran mereka bahwa Theo orang yang seperti itu. Namun kondis hari ini benar-benar berubah 180 derajat, berubah drastis. Dimulai dari kedatangan Theo saat mengangkat kepalanya, hingga hal yang mengejutkan seperti memukuli Zhayn dan anteknya.Sekarang kelas ini menjadi ajang singa yang akan menerkam mangsanya, bahkan kondisi bangku sekolah mawut dan tidak dalam kondisi seperti semula. Kondisi Zhayn sangat mendominasi. Zhayn bahkan dipukuli tiada ampun, hingga dia terbaring lemas di sela kosongnya kelas ini. Paling kuat Steve mungkin, bahkan dia kewalahan menghadapi Theo. Sudah berapa kai dia terkena pukulan telak
Viona berdiri di depan pintu yang mana dia diam mematung dan tidak bergerak sama sekali. Tangannya bergetar, bibirnya berkedut saat memperhatikan bahwa Theo duduk dengan tenang tanpa ada rasa takut sediktpun setelah dia melakukan apa yang dia takutkan. Biasanya pun, Theo tidak akan pernah untuk mengangkat kepalanya, dia selalu menunduk dan tidak memiliki wibawa sama sekali. Jarang-jarang juga para pria di sekolah ini menyebutkan sebagai seorang laki-laki femboy. Atau paling tidak para wanita akan menggodanya untuk menjatuhkan harga diri si Theo ini. Yang paling parah ketika Viona menjadikan Theo pacar bukan karena rasa suka, itu karena agar menjatuhkan harga diri Theo sejatuh-jatuhnya. Orang-orang se sekolahan akan mengolok-ngoloknya. Selain itu, karena tingkah Theo yang seolah seperti seorang perempuan, maka Viona juga tidak peduli apakah perbuatannya bisa menggodanya atau tidak. Tapi itu cukup membuat Theo tidak punya harga diri. Namun setelah kejadiian ini, keberadaan Theo yang s
Sudah cukup membuktikan bahwa Theo tidak memiliki rasa takut sama sekali, percaya diri dan tidak segan untuk menghantam siapapun lawannya. Yang paling emosinal ketika satu kelas social menghadang Theo, Theo tetap mau untuk berdiri dan akan bertarung dengan mereka.“Jika tubuh ini memiliki postur yang jauh lebih kuat, menghadapi lima belas siswa tadi bukanlah masalah. Theo Javier tidak pernah berolahraga yang membuat dia tidak akan pernah bisa menang melawan pertarungan.” Theo membatin.Sekarang dia berniat keluar dari sekolah. Biarlah urusan ini diselesaikan di sekolah ini dahulu. Paling tidak, dia tidak ingin membuat orang-orang takut kepadanya. Namun pertunjukan itu sudah menunjukkan bahwa Theo bukanlah orang yang kemarin.“Theo, tunggu! Kepalamu berdarah.”Theo berhenti ketika mendengar ada suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke samping saat ada seorang wanita, berkacamat dengan rambut dikepang menghampirinya, membawakan sebuah sapu tangan untuk Theo. Ini adalah hal yang mengejutk
Tapi siapa yang berpikir bahwa orang yang membaca koran tersebut melipat korannya dan langsung menghadap ke arah perginya Theo. Pada akhirnya, pria itu mengikuti kemana perginya Theo.Theo mempercepat langkahnya dan segera berjalan ke tempat yang cukup sepi, gelap atau dicelak-celah bangunan. Dia berpura-pura panik hingga membuat penguntit itu tersenyum lebar. Dan tetap mengikuti kemana perginya Theo.Saat Theo berbelok ke sebuah gang buntu, penguntit itu mengikutinya. Tapi dia terkejut saat Theo dari balik tembok langsung menarik kerah orang tersebut. Reflekspun, orang itu mengayunkan pukulannya dari bawah.Tapi refleks Theo jauh lebih bagus, dimana dia langsung mengangkap pukulannya dengan bagus. Tatapan tajam dari Theo membuat lawannya merasa sangat terintimidasi.“Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?” Tanya orang tersebut.“Hah? Orang gila mana yang menggunakan baju musim dingin pada musim panas?”Orang itu kemudian menyeringai, alih-alih merasa ketakutan, orang itu memiliki suatu h
Saat kakinya ditangkap dengan cepat dia memutar tubuhnya, kaki kirinya juga bergerak dengan tenaga penuh hingga berhasil menendang kepala orang kedua hingga terjatuh.Tidak berhenti, dia masih harus berhadapan dengan orang pertama. Poisi tangannya masih terkepal dan langsung dia dorong cepat dari kiri. Orang pertama bisa menghindar dengan baik, namun dia juga melayangkan tendangan lurus ke depan dengan target dagu Theo. Tapi, tidak semudah itu. Theo menarik wajahnya ke belakang dengan jarak beberapa inchi dai kaki lawannya.Dan dari kiri bergerak sangat cepat, orang kedua memasang posisi mendorong sebuah siku tepat di kiri wajah Theo. Ini sangat merepotkan, Theo menggertakkan giginya dan langsung menangkap sikut orang itu dengan tangan kosong, tangan kiri Theo melakukan uppercut, hingga mengenai dagu orang kedua hingga dia terdorong ke belakang.Theo mundur menghela napas, tapi orang pertama melompat ke depan, melakukan putaran dan menendang dengan kaki-kakinya selama hampir lima meni
“Itu......” Theo tersenyum kecut sambil menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada ayahnya bahwa situasinya benar-benar sangat terbalik 180 derajat? Sekarang justru Theo lah yang membawa Zuan masuk rumah sakit, dan bukan dirinya yang masuk rumah sakit. Meski begitu, ini juga menjadi sebuah masalah yang begitu besar. Beberapa ancaman akan ada padanya atau bahkan ayahnya yang membuat Theo tidak tahu bagaimana unuk bercerita. “Aman, mereka tidak mengganggu ku kok.” Katanya sambil Theo cengar cengir.“Baiklah jika memang begitu. Kamu tahu, ayah benar-benar sangat khawatir Theo. Perbuatan Zhayn itu tidak bisa dimaafkan. Sebenarnya, ayah bisa membuat Zhayn bermasalah, tapi agaknya sangat sulit dan ini akan membuat perkara jadi lebar. Satu-satunya yang ayah bisa adalah memindahkanmu.”“Apa engkau sudah memiliki opsi?”“Tentu saja.”Theo menghela napas. Percuma jika dirinya dipindahkan, ini akan menjadi sebuah perkara yang begitu sulit. Dia sudah dic
Theo berjalan dipinggir jalan untuk menuju rumahnya. Sudah banyak kejadian dia hari ini yang menjadikan pengalaman barunya untuk mendapati hukuman di dunia modern. Ayahnya sepertinya benar, walau baru beberapa hari saja, dia sudah dapat mengetahui bahwa kekuasaan tidak seharusnya dilakukan dengan semena-mena. Dan sombong menjadi momok yang menyakitkan karena tidak selamanya seseorang berada di atas.Tapi, sampai kapan dirinya akan menjalani hukuman di sini? Ini yang membuat Theo sedih.Saat dia berada di pinggir jalan, kendaraan berlalu lalang lewat sangat normal. Pejalan kaki juga banyak yang berseliweran melewati atau bersinggungan dengan Theo. Namun saat itu, perasaan Theo sedikit kacau. Sehingga dia berhenti, mengamati keadaan disekitar dan mengerutkan dahinya.Sorot matanya melihat sebuah truk yang berhenti dipinggir jalan jauh di belakangnya. Dia mengerutkan dahinya. Tapi dia segera acuh tak acuh dan menganggap tidak akan ada apa-apa. Bahkan melihat seorang nenek-nenek berhenti
“Huh melelahkan.”“Ada apa Lyra? Kau terlihat bahagia sekali hari ini?” Ibu Lyra, Helen, angkat bicara melihat putrinya pulang dalam keadaan tersenyum sambil duduk di atas sofa. Secara bersamaan, William juga datang dan melihat cucunya pulang.“Anak yang bernama Theo itu, aku bertemu lagi.”“Oh, dan kau sudah mengucapkan terimakasih?” William ikut duduk di atas sofa.“Sudah. Tapi, dia mendapatkan masalah besar sekarang. Aku benar-benar sangat kasihan.” Wanita berumur 22 tahun itu menundukkan wajahnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia berada di posisi Theo, maka dia tidak akan bisa tenang dalam hidupnya. Masalahnya Theo hanya ingin membalas dendam dari apa yang orang lain perbuat padanya, tapi justru orang itu mengincarnya sekarang.“Ada apa?” William bertanya.Lyra kemudian menceritakan situasinya. Dimana tentang mengapa tadi Theo pulang lebih awal yang Lyra kira Theo sedang membolos sekolah. Kemudian Theo menunjukkan kepalanya yang menunjukkan luka bekas jahitan yang ma
Theo sempat berpikir, mereka pasti akan ragu hal ini. Theo juga berpikir bahwa Lyra melakukan hal ini karena agar Theo bisa dilindungi oleh mafia yang ada di balik keluarga Agam sekalipun. Lyra tahu caranya mengucapkan terimakasih, jadi dia akan melindungi orang seperti Theo yang pernah menjadi penolongnya.Tidak peduli apakah Theo sangatlah lemah dibandingkan dengan mereka, tujuan Lyra hanyalah melindungi Theo.Sebenarnya Sahal dan lainnya ingin tertawa. Lyra tampak seperti memberikan sebuah lelucon. Tapi demi menghormati keluarga Winata, mereka menahan ucapan ucapan yang merendahkan. Sebagai gantinya, Sahal berkata,“Nona, sepertinya aku perlu melihat seberapa tangguh anak ini ketika Anda menaruhnya di sini. Tetapi apabila kemampuan anak ini dibawah rata-rata, mohon maaf nona, kami tidak bisa menerimanya.”“Tapi ....” Lyra berkata dengan ragu, Theo memotong ucapan Lyra.“Tidak apa-apa.” Theo sedikit percaya diri sekarang.Sahal merasa bahwa Theo terlihat membicarakan omong kosong. M
“Itu kurang ajar! Aku akan membantumu melakukan visum! Aku akan melakukan apapun agar kamu diberikan sebuah keadilan yang sepadan. Agam hanyalah keluarga rendahan di depan Winata, itu adalah hal yang sepele. Kenapa kau tidak bilang sebelumnya?” Lyra menggenggam erat setir mobil miliknya. Dia merasa geram sekarang.Theo membalasnya dengan cepat sambil menggelengkan kepalanya. “Itu sia-sia. Aku baru saja balas dendam, Zhayn sekarang masuk ke rumah sakit dan justru akulah yang bermasalah sekarang. Aku pernah mendengar keluarga Agam tidak pernah menggunakan jalur kepolisian untuk menghancurkan lawannya, tetapi ada mafia dibaliknya. Nah, masalah mafia aku sama sekali tidak peduli jika aku dikejar, tapi masalahnya jika itu dikeluarkan dari sekolah akan sangat pasti.”“Tidak peduli jika kau dikejar? Theo! Kau dalam masalah besar! Itu bukan hal yang sepele seperti kau mengalahkan perampok itu dan juga bocah Agam itu.” Lyra naik pitam mendengar demikian. Dia kemudian melanjutkan ucapannya, “Te
Sudah cukup membuktikan bahwa Theo tidak memiliki rasa takut sama sekali, percaya diri dan tidak segan untuk menghantam siapapun lawannya. Yang paling emosinal ketika satu kelas social menghadang Theo, Theo tetap mau untuk berdiri dan akan bertarung dengan mereka.“Jika tubuh ini memiliki postur yang jauh lebih kuat, menghadapi lima belas siswa tadi bukanlah masalah. Theo Javier tidak pernah berolahraga yang membuat dia tidak akan pernah bisa menang melawan pertarungan.” Theo membatin.Sekarang dia berniat keluar dari sekolah. Biarlah urusan ini diselesaikan di sekolah ini dahulu. Paling tidak, dia tidak ingin membuat orang-orang takut kepadanya. Namun pertunjukan itu sudah menunjukkan bahwa Theo bukanlah orang yang kemarin.“Theo, tunggu! Kepalamu berdarah.”Theo berhenti ketika mendengar ada suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke samping saat ada seorang wanita, berkacamat dengan rambut dikepang menghampirinya, membawakan sebuah sapu tangan untuk Theo. Ini adalah hal yang mengejutk
Viona berdiri di depan pintu yang mana dia diam mematung dan tidak bergerak sama sekali. Tangannya bergetar, bibirnya berkedut saat memperhatikan bahwa Theo duduk dengan tenang tanpa ada rasa takut sediktpun setelah dia melakukan apa yang dia takutkan. Biasanya pun, Theo tidak akan pernah untuk mengangkat kepalanya, dia selalu menunduk dan tidak memiliki wibawa sama sekali. Jarang-jarang juga para pria di sekolah ini menyebutkan sebagai seorang laki-laki femboy. Atau paling tidak para wanita akan menggodanya untuk menjatuhkan harga diri si Theo ini. Yang paling parah ketika Viona menjadikan Theo pacar bukan karena rasa suka, itu karena agar menjatuhkan harga diri Theo sejatuh-jatuhnya. Orang-orang se sekolahan akan mengolok-ngoloknya. Selain itu, karena tingkah Theo yang seolah seperti seorang perempuan, maka Viona juga tidak peduli apakah perbuatannya bisa menggodanya atau tidak. Tapi itu cukup membuat Theo tidak punya harga diri. Namun setelah kejadiian ini, keberadaan Theo yang s