Saat memasuki ruang tamu, Cherry duduk di sofa dan menunjuk ke lemari minuman. "Ambil saja apa pun yang ingin kamu minum.""Terima kasih." Doni mengambil sebotol air mineral, berbalik lalu merasa sedikit tersesat sejenak.Cherry bersandar di sofa dengan salah satu kakinya sedikit ditekuk dan yang lainnya lurus, seperti kucing yang sedang malas.Postur tubuh wanita ini cukup menarik perhatian lawan jenis, apalagi kaki indahnya yang dibalut stoking hitam masih saling bergesekan dengan lembut.Setelah tersesat sejenak, Doni tersenyum tipis dan berkata, "Cherry, dari sudut ini, kamu sungguh cantik."Hati Cherry terasa sangat senang.Apa pria lugu ini akhirnya sadar?Meski pujian ini canggung, fokusnya ada padaku!Setelah itu kakinya yang sedikit tertekuk bergerak ke atas dan tepi bawah roknya mencapai posisi berbahaya.Doni tiba-tiba berjalan ke sofa, menunjuk ke kakinya dan berkata, "Apa kulitmu gatal? Biar kuberi tahu, stoking jenis ini sering sekali menghasilkan listrik statis!""..." C
Konferensi investor proyek Keluarga Wongso diadakan di Hotel Jupiter. Doni menunggu sampai sebagian besar orang memasuki tempat tersebut, mengikuti kerumunan orang sambil membawa surat undangan.Berkat masker yang diberikan sopir taksi kepadanya, meskipun bertemu di depan pintu, Rupert tidak mengenali Doni sama sekali.Terdapat sebuah panggung di tengah lantai satu hotel, dikelilingi oleh beberapa meja dan kursi, lemari berisi minuman dan rak berisi kue, makanan penutup, serta makanan ringan lainnya. Di tengah aula, ada piano besar, seorang wanita paruh baya kaya sedang memainkan musik dengan merdu.Di lantai ini adalah tempat investor berkomunikasi. Lantai dua hotel juga menyediakan banyak ruangan yang menjadi tempat bagi investor dengan investasi relatif besar untuk beristirahat sambil berbincang.Doni memandangi para pelayan yang berjalan di lobi di lantai pertama, diam-diam bertanya-tanya apakah konferensi investor ini benar-benar seperti itu.Ketika konferensi investor resmi dimul
"Sudah cukup!" Mardi menepuk meja dan berkata dengan sikap yang dingin, "Risna, meskipun Keluarga Pangestu dan Keluarga Winta berada dalam hubungan kerja sama, kamu diutus oleh ibumu untuk membantuku! Kamu yang harus melakukan sesuatu untukku! Kenapa banyak bicara! Lagi pula, bagaimana wanita cantik seperti Helen bisa dinikmati oleh orang bodoh seperti Reyhan?"Risna mendengus dengan nada menghina lalu berhenti berbicara.Semakin lama bekerja untuk Mardi, Risna semakin meremehkan putra ketiga Keluarga Winta.Mardi tidak pernah melakukan sesuatu secara terbuka dan hanya suka membuat rencana busuk.Perilaku seperti ini sama sekali bukan seperti pria!Benar-benar menyebalkan!Mardi berdiskusi dengan dua bawahan lainnya lalu ada seseorang mengetuk pintu. Ternyata Reyhan yang mengetuk pintu dari luar."Tuan Muda Mardi! Sudah hampir selesai dilakukan.""Uangnya sudah berpindah.""Orang tuaku dan aku ada penerbangan jam tiga pagi. Semuanya sudah diatur."Mardi mengangguk puas."Akhir-akhir in
Pintu terbuka.Senyum Reyhan segera menghilang.Karena orang yang berdiri di depan pintu bukanlah Helen atau siapa pun di Keluarga Kusmoyo.Namun, seorang pria memakai yang memakai maskerAlis dan gaya rambutnya tampak familier.Namun, Reyhan untuk sementara tidak tahu siapa orang ini."Siapa kamu ...."Bumm!Sebelum selesai berbicara, Reyhan ditendang ke dalam kamar.Reyhan duduk dengan keras, merasakan organ dalamnya terjatuh dan muntah beberapa kali."Sebenarnya kamu siapa?""Kenapa kamu memukulku?"Orang yang datang tentu saja adalah Doni. Doni menunjuk ke hidung Reyhan lalu berkata, "Kamu hebat juga!"Plak!Setelah mengatakan itu, Doni menamparnya lagi.Reyhan ditampar tiga kali, akhirnya berkata dengan marah, "Siapa kamu? Apa kamu nggak tahu wilayah siapa ini? Beraninya kamu bertindak seenaknya di sini! Aku ...."Plak!Doni menamparnya lagi."Reyhan, aku benar-benar nggak menyangka kamu orang yang seperti ini! Aku nggak menyangka Keluarga Wongso benar-benar curang!"Reyhan terkej
Setelah memikirkan penghinaan sebelumnya, tatapan mata Mardi penuh dengan niat membunuh. "Aku belum pernah melihat orang sebodoh kamu. Apa menurutmu akan ada seseorang yang mendukungmu kali ini? Kamu bahkan nggak melihat apa tempat ini! Jangan harap kamu bisa pergi dari sini!"Sebodoh-bodohnya Reyhan pasti dapat melihat bahwa ada konflik yang mendalam antara Doni dan Mardi. Reyhan segera menjadi energik, menunjuk ke arah Doni lalu berteriak, "Bocah tengil, apa kamu dengar apa yang dikatakan Tuan Muda Mardi? Kamu akan mati hari ini!"Plak!Doni menangkapnya, mengangkat tangannya dan menampar mulutnya lagi."Kamu nggak berencana menjalankan bisnis dengan baik, malah mau menjebak keluarga orang lain!""Keluarga Kusmoyo memercayaimu, tapi kamu malah berkomplot untuk menjebak Nona Helen.""Keji!""Apa menurutmu Mardi akan membantumu mendapatkan Helen?""Mimpi! Dia akan menendangmu setelah berhasil!""Kamu memang keji!"...Semakin memikirkannya, Doni menjadi semakin marah. Jika tidak datang
Mengenai omong kosong di luar pintu, Doni menganggapnya bukan apa-apa, hanya memandang Mardi sambil tersenyum. "Lanjutkan, bagaimana dengan pilihan kedua?""Pilihan kedua ...." Mata Mardi menjadi dingin lalu menunjuk ke arah Risna."Risna akan mematahkan kakimu, menahanmu di depan pintu hotel dan menamparmu ribuan kali! Eh, bukan ... tamparan saja nggak cukup, cambuk saja seribu kali!""Doni! Jangan berharap ada orang yang muncul untuk membelamu hari ini!""Ini semua karena kamu bodoh dan menjebakmu ke dalam perangkap ini!""Pilihan ada di tanganmu, pilih salah satu saja."Setelah selesai berbicara, Risna mengambil dua langkah ke depan sambil menatap Doni dengan dingin."Bocah tengil, Melvin nggak akan lagi membantumu!""Dendam terakhir kali bisa diselesaikan juga!"Doni memandang Risna. Gaun merah menggambarkan sosok seksinya. Dengan celah gaun itu, kakinya yang panjang dibalut stoking berwarna daging tampak menjulang, benar-benar sangat menarik.Doni mendengar Melisa menyebut Risna.
Pria kampungan itu benar-benar menyebut Helen sebagai istrinya?Berani-beraninya?Harus berkaca diri!Meski Keluarga Wongso tidak sebesar Keluarga Winta, dianggap sangat dekat dengan Keluarga Kusmoyo. Setidaknya mereka yang latar belakang keluarganya tidak sebaik Keluarga Wongso merasa lebih seimbang. Mereka yang mengeluh karena kurang beruntung dan tidak seperti Keluarga Wongso yang bisa bersama dengan Keluarga Winta.Namun, yang tidak disangka semua orang adalah Doni benar-benar mendorong gelas anggur merah ke arah Mardi sambil tersenyum ringan. "Mardi, kalau kamu minum segelas anggur ini, aku bisa membiarkanmu pergi dengan utuh."Mardi tertegun sejenak lalu tertawa dengan marah, "Bocah tengil, kamu cari mati!"Orang-orang di luar pintu segera berdiskusi."Pria ini benar-benar keras kepala!""Tuan Muda Mardi memberimu pilihan karena sudah berbaik hati, tapi kamu benar-benar nggak tahu diri?""Apa pria ini nggak tahu betapa kuatnya Keluarga Winta?""Bukankah bagus sekali? Beritahu saj
Setelah Mardi selesai berbicara, terdengar suara ejekan dari kerumunan."Tuan Muda Mardi benar, untuk apa orang sepertimu masih hidup?""Kamu hanya bisa dihina oleh siapa saja, lebih baik mati saja!""Kalau nggak mau mati tertabrak mobil, gantung diri saja. Aku bisa menyumbangkan tali gantung untukmu.""Gantung diri terlihat merepotkan, kenapa nggak lompat dari gedung saja! Semua orang masih bisa mendengar suaranya."...Begitu mendengarkan diskusi di sekitarnya, Helen merasa sedikit menyesal lalu dengan cepat berkata kepada Doni, "Jangan dengarkan omong kosong mereka. Kamu jangan emosi lagi!"Doni tertawa, "Istriku, apa menurutmu aku akan bunuh diri?"Helen tercengang. Memang benar, pria tidak tahu malu seperti Doni benar-benar tidak terlihat seperti orang yang akan bunuh diri. Helen sedikit mengerutkan kening dan berkata, "Aku khawatir kamu mau akan memukul seseorang lagi.""Memang kamu istri yang sangat memahamiku." Doni menunjuk ke anggur merah di atas meja dan berkata, "Kamu tahu?