Doni terus bergerak tanpa henti, memutar ekor jarum perak dengan kedua tangannya, lalu memancing energi sebenarnya untuk membunuh sel kanker yang menyebar, tindakan ini juga akan meningkatkan kekebalan Yana dan kondisi fisiknya.Kanker dalam pengobatan Barat memiliki arti adanya masalah terhadap sistem kekebalan tubuh di mana tidak mampu membunuh sel-sel abnormal, sehingga memunculkan tumor. Jika pengobatan hanya berfokus pada penghancuran sel kanker, maka lama-kelamaan sel kanker yang baru akan tetap muncul di tubuh pasien.Oleh karena itu, memperbaiki sistem kekebalan tubuh yang sudah rusak adalah hal yang paling penting jika ingin sembuh sepenuhnya.Yana merasakan arus hangat yang mengalir di seluruh tubuhnya seiringan dengan tusukan jarum Doni. dia merasa sangat nyaman dan segera tertidur.Yana tidur lebih dari satu jam dan seluruh tubuhnya belum pernah terasa begitu rileks setelah terbangun lagi."Kamu bangun juga," ujar Doni yang sudah selesai melakukan teknik akupunktur dan memb
Gadis polos itu tertegun sejenak, "Pria bajingan yang mana?""Orang yang pernah kuceritakan padamu, kenapa kamu sudah lupa?""Ah? Maksudmu Doni? Apa maksud dengan teman istrinya?" tanya gadis polos itu dengan bingung."Wanita yang datang bersamanya adalah teman istrinya! Kamu sudah ngerti, 'kan?"Gadis polos itu tampak terkejut, "Uh ... Melisa, kamu sudah gila? Dia sudah menikah!""Lalu kenapa? Aku nggak peduli dia punya istri atau nggak kalau sudah jatuh cinta padanya!" Melisa berkata sambil mengerutkan bibirnya, "Biar kuberi tahu, aku pernah ketemu istrinya dan hubungan mereka nggak mungkin berlangsung untuk yang lama!""Istrinya sangat jelek?""Nggak jelek, tapi sangat cantik. Dia adalah Dewi Es di Kota Timung, namanya Helen Kusmoyo.""Sialan!" Gadis polos itu berkata dengan terkejut, "Doni-mu sehebat itu? Nggak disangka dia dapat Helen? Dia pasti sangat ahli, 'kan? Nggak heran kamu suka padanya ...."Gadis polos itu tersenyum aneh yang tetap terlihat polos meskipun terlihat sedikit
"Buka pakaianmu dan berbaringlah di atas ranjang.""Buka pakaian?""Hm, kalau nggak akan memengaruhi jarumnya," ujar Doni sambil menunduk untuk mendisinfeksi jarum. Tidak peduli bagaimanapun juga Cherry adalah teman Helen dan dia harus melakukannya dengan serius."Ba ... baiklah ...." Cherry memantapkan hatinya untuk melepas pakaiannya.Wajah Cherry memerah saat berbaring di atas tempat tidur.Orang ini adalah Doni meski tidak ada yang perlu dihindari saat menghadapi dokter! Doni adalah pria yang ingin didapatkan oleh Cherry, tidak disangka tubuhnya sudah dilihat oleh Doni sebelum memastikan hubungan mereka berdua.Doni mendongak setelah selesai mendisinfeksi jarum dan langsung tertegun.Terdapat gunung, lembah dan dataran!Hamparan putih yang luas.Rerumputan yang liar!Sungguh indah!Benar-benar sungguh indah!Doni tidak bisa menahan diri untuk menelan ludah dan segera menunduk, "Cherry, kenapa kamu begitu terbuka? Aku bahkan kira aku lagi di tempat pemandian!""Ah? Bukankah kamu yan
"Ah! Apa yang mau kalian lakukan?"Cherry segera berteriak dengan keras saat menghadapi situasi yang terjadi dengan tiba-tiba ini."Nggak apa, mereka cuma gadis nakal. Jangan bergerak, aku akan cabut jarumnya," ucap Doni yang sama sekali tidak melihat ke arah Melisa dan Meisy. Doni melambaikan tangannya dan mengeluarkan jarum perak dari dada Cherry satu per satu dan berkata, "Sudah selesai, sel kankernya sudah mati. Aku akan kasih resep yang bisa kamu minum selama seminggu dan akan sulit kena kanker lagi di masa depan. Tapi kamu harus pakai bra yang lebih longgar dan nggak boleh pakai yang ada kawat dalam satu minggu ini."Ketenangan Doni membuat Cherry menjadi lebih tenang dan mengangguk, "Baik, apa lagi yang perlu diperhatikan?""Sudah nggak ada, kamu bisa pakai baju."Doni berjalan ke arah Melisa dan Meisy setelah selesai mengatakan ini, "Melisa, sebaiknya kamu kasih aku penjelasan yang memuaskan."Melisa akhirnya mengerti bahwa Doni sedang mengobati penyakit!Wanita itu pasti punya
Oleh karena itu, dia berkata, "Maaf, aku masih ada urusan lain. Lain hari saja."Melisa sangat berharap wanita itu segera pergi. Dia dengan sopan mengantarnya ke luar.Setelah kembali, Melisa memeluk lengan Doni. "Doni, aku kangen kamu!"Doni mencoba menarik lengannya yang diapit oleh buah dada Melisa, tetapi pada akhirnya menyerah. Doni menyeletuk, "Melisa, otakmu sudah nggak waras? Kenapa kamu ikuti aku?""Aku kebetulan lihat kalian ke hotel!" jawab Melisa dengan sedih. "Aku benaran pikir kamu mau selingkuh dengan teman istrimu!""Kalau kami benaran selingkuh di hotel, kamu mau apa?""Masih perlu ditanya?" Melisa langsung menjawab, "Tentu saja foto kalian dan mengancammu untuk menceraikan Helen, lalu jadi menantu Keluarga Bonardi!"Doni memutar mata. "Mukamu tebal sekali, bisa-bisanya kamu katakan omongan nggak tahu malu seperti ini!""Buat apa aku pura-pura di depanmu? Ayo, ayo, aku traktir makan. Makan makanan laut nggak?""Terserah."...Mereka bertiga naik mobil Mercedes-Benz mil
Jack sedang murung karena kehilangan muka tadi pagi sehingga mengajak teman-temannya untuk minum bir. Alhasil, ketika hendak bubar, Jack melihat Melisa.Keluarga Samosir dan Keluarga Bonardi berencana untuk menikah. Jack ditunjuk oleh Keluarga Samosir untuk menikahi Melisa.Akan tetapi, Melisa antipati terhadap pernikahan itu. Jadi, Yogi yang sangat mencintai Melisa tidak tega memaksa Melisa untuk setuju, walau Yogi tidak keberatan terhadap pernikahan dengan Keluarga Samosir.Oleh karena itu, pernikahan itu hanya semata-mata dibicarakan oleh orang tua dari kedua keluarga tersebut.Jack sangat antusias terhadap pernikahan itu. Meski Melisa berpakaian seperti anak punk, Melisa memiliki wajah dan postur tubuh yang memikat."Hahaha, Melisa!" sapa Jack dari jauh. Dia berjalan ke sana dengan lebih cepat. "Kebetulan sekali, Meisy juga di sini. Ini ... siapa?"Doni terkejut ketika mengenali siapa Doni.Doni tersenyum. "Tuan Muda Jack, kebetulan bertemu lagi. Apa kamu sudah tuntut pedagang bara
Doni menelan air ludah ketika sepasang betis yang putih dan cerah muncul di pahanya.Cantik sekali kaki Meisy.Pembuluh darah tampak jelas di bawah kulit seputih salju. Jari-jari kakinya mungil dan imut, dengan kuteks warna ungu yang menambah sensasi misterius dan memikat pada kaki yang cantik itu. Orang yang melihatnya sangat terdorong untuk memainkannya.Hal itu pun menghilangkan kecurigaan Jack."Ayo jawab!" Meisy mendorong bingkai kacamatanya. "Ini pasti seru, ayo ceritakan biar kami senang!"Melisa meneruskan, "Bagaimana bisa kamu ditipu? Ayo ceritakan!"Ekspresi Jack menjadi masam. "Nggak ada apa-apa, aku beli barang antik palsu.""Lalu, bagaimana Kak Doni bisa tahu?" tanya Melisa.Wajah Jack memerah. Dia mendengus. "Doni lihat saat aku kasih orang lain.""Wah!" Mata Melisa berbinar. "Kak Doni bisa identifikasi barang antik? Ada beberapa barang antik di rumahku yang nggak tahu asli atau bukan. Tolong identifikasi, ya!"Meisy tiba-tiba menendang kaki Doni. "Kenapa kamu nggak kasih
Sesaat kemudian, datang seorang pria paruh baya berumur 40-an tahun, dengan tinggi badan sedang, hidung pesek, mata sipit, dan berkumis. Tidak heran dia dipanggil Si Tikus, memang mirip.Si Tikus dengan hormat memberi salam pada Jack, lalu duduk di kursi Desmond.Jack tersenyum padanya. "Tulus, main dengan serius. Kalau menang kasih kamu, kalau kalah aku tanggung.""Terima kasih, Tuan Muda Jack!" Tulus Zoanda mengangguk. Dia tersenyum seraya berkata, "Tapi Tuan Muda Jack terlalu meremehkanku. Di kota ini, nggak ada yang bisa kalahkan aku!"Meisy mendengus dengan jengkel. "Badan nggak tinggi, tapi tinggi hati! Pernah dengar nggak Putri mahyong Kota Arina?"Tulus menggelengkan kepala dan menatap Meisy seraya tersenyum. "Nggak pernah, tapi orang-orang panggil aku Raja mahyong.""Kamu ...." Tebersit kemarahan di mata Meisy. "Oke ... tajam juga lidahmu. Semoga keterampilanmu juga sebagus lidahmu!""Ayo kita mulai. Kocok dulu." Tebersit suatu kilat di mata Jack saat dia tersenyum.Di tengah
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a