Gadis polos itu tertegun sejenak, "Pria bajingan yang mana?""Orang yang pernah kuceritakan padamu, kenapa kamu sudah lupa?""Ah? Maksudmu Doni? Apa maksud dengan teman istrinya?" tanya gadis polos itu dengan bingung."Wanita yang datang bersamanya adalah teman istrinya! Kamu sudah ngerti, 'kan?"Gadis polos itu tampak terkejut, "Uh ... Melisa, kamu sudah gila? Dia sudah menikah!""Lalu kenapa? Aku nggak peduli dia punya istri atau nggak kalau sudah jatuh cinta padanya!" Melisa berkata sambil mengerutkan bibirnya, "Biar kuberi tahu, aku pernah ketemu istrinya dan hubungan mereka nggak mungkin berlangsung untuk yang lama!""Istrinya sangat jelek?""Nggak jelek, tapi sangat cantik. Dia adalah Dewi Es di Kota Timung, namanya Helen Kusmoyo.""Sialan!" Gadis polos itu berkata dengan terkejut, "Doni-mu sehebat itu? Nggak disangka dia dapat Helen? Dia pasti sangat ahli, 'kan? Nggak heran kamu suka padanya ...."Gadis polos itu tersenyum aneh yang tetap terlihat polos meskipun terlihat sedikit
"Buka pakaianmu dan berbaringlah di atas ranjang.""Buka pakaian?""Hm, kalau nggak akan memengaruhi jarumnya," ujar Doni sambil menunduk untuk mendisinfeksi jarum. Tidak peduli bagaimanapun juga Cherry adalah teman Helen dan dia harus melakukannya dengan serius."Ba ... baiklah ...." Cherry memantapkan hatinya untuk melepas pakaiannya.Wajah Cherry memerah saat berbaring di atas tempat tidur.Orang ini adalah Doni meski tidak ada yang perlu dihindari saat menghadapi dokter! Doni adalah pria yang ingin didapatkan oleh Cherry, tidak disangka tubuhnya sudah dilihat oleh Doni sebelum memastikan hubungan mereka berdua.Doni mendongak setelah selesai mendisinfeksi jarum dan langsung tertegun.Terdapat gunung, lembah dan dataran!Hamparan putih yang luas.Rerumputan yang liar!Sungguh indah!Benar-benar sungguh indah!Doni tidak bisa menahan diri untuk menelan ludah dan segera menunduk, "Cherry, kenapa kamu begitu terbuka? Aku bahkan kira aku lagi di tempat pemandian!""Ah? Bukankah kamu yan
"Ah! Apa yang mau kalian lakukan?"Cherry segera berteriak dengan keras saat menghadapi situasi yang terjadi dengan tiba-tiba ini."Nggak apa, mereka cuma gadis nakal. Jangan bergerak, aku akan cabut jarumnya," ucap Doni yang sama sekali tidak melihat ke arah Melisa dan Meisy. Doni melambaikan tangannya dan mengeluarkan jarum perak dari dada Cherry satu per satu dan berkata, "Sudah selesai, sel kankernya sudah mati. Aku akan kasih resep yang bisa kamu minum selama seminggu dan akan sulit kena kanker lagi di masa depan. Tapi kamu harus pakai bra yang lebih longgar dan nggak boleh pakai yang ada kawat dalam satu minggu ini."Ketenangan Doni membuat Cherry menjadi lebih tenang dan mengangguk, "Baik, apa lagi yang perlu diperhatikan?""Sudah nggak ada, kamu bisa pakai baju."Doni berjalan ke arah Melisa dan Meisy setelah selesai mengatakan ini, "Melisa, sebaiknya kamu kasih aku penjelasan yang memuaskan."Melisa akhirnya mengerti bahwa Doni sedang mengobati penyakit!Wanita itu pasti punya
Oleh karena itu, dia berkata, "Maaf, aku masih ada urusan lain. Lain hari saja."Melisa sangat berharap wanita itu segera pergi. Dia dengan sopan mengantarnya ke luar.Setelah kembali, Melisa memeluk lengan Doni. "Doni, aku kangen kamu!"Doni mencoba menarik lengannya yang diapit oleh buah dada Melisa, tetapi pada akhirnya menyerah. Doni menyeletuk, "Melisa, otakmu sudah nggak waras? Kenapa kamu ikuti aku?""Aku kebetulan lihat kalian ke hotel!" jawab Melisa dengan sedih. "Aku benaran pikir kamu mau selingkuh dengan teman istrimu!""Kalau kami benaran selingkuh di hotel, kamu mau apa?""Masih perlu ditanya?" Melisa langsung menjawab, "Tentu saja foto kalian dan mengancammu untuk menceraikan Helen, lalu jadi menantu Keluarga Bonardi!"Doni memutar mata. "Mukamu tebal sekali, bisa-bisanya kamu katakan omongan nggak tahu malu seperti ini!""Buat apa aku pura-pura di depanmu? Ayo, ayo, aku traktir makan. Makan makanan laut nggak?""Terserah."...Mereka bertiga naik mobil Mercedes-Benz mil
Jack sedang murung karena kehilangan muka tadi pagi sehingga mengajak teman-temannya untuk minum bir. Alhasil, ketika hendak bubar, Jack melihat Melisa.Keluarga Samosir dan Keluarga Bonardi berencana untuk menikah. Jack ditunjuk oleh Keluarga Samosir untuk menikahi Melisa.Akan tetapi, Melisa antipati terhadap pernikahan itu. Jadi, Yogi yang sangat mencintai Melisa tidak tega memaksa Melisa untuk setuju, walau Yogi tidak keberatan terhadap pernikahan dengan Keluarga Samosir.Oleh karena itu, pernikahan itu hanya semata-mata dibicarakan oleh orang tua dari kedua keluarga tersebut.Jack sangat antusias terhadap pernikahan itu. Meski Melisa berpakaian seperti anak punk, Melisa memiliki wajah dan postur tubuh yang memikat."Hahaha, Melisa!" sapa Jack dari jauh. Dia berjalan ke sana dengan lebih cepat. "Kebetulan sekali, Meisy juga di sini. Ini ... siapa?"Doni terkejut ketika mengenali siapa Doni.Doni tersenyum. "Tuan Muda Jack, kebetulan bertemu lagi. Apa kamu sudah tuntut pedagang bara
Doni menelan air ludah ketika sepasang betis yang putih dan cerah muncul di pahanya.Cantik sekali kaki Meisy.Pembuluh darah tampak jelas di bawah kulit seputih salju. Jari-jari kakinya mungil dan imut, dengan kuteks warna ungu yang menambah sensasi misterius dan memikat pada kaki yang cantik itu. Orang yang melihatnya sangat terdorong untuk memainkannya.Hal itu pun menghilangkan kecurigaan Jack."Ayo jawab!" Meisy mendorong bingkai kacamatanya. "Ini pasti seru, ayo ceritakan biar kami senang!"Melisa meneruskan, "Bagaimana bisa kamu ditipu? Ayo ceritakan!"Ekspresi Jack menjadi masam. "Nggak ada apa-apa, aku beli barang antik palsu.""Lalu, bagaimana Kak Doni bisa tahu?" tanya Melisa.Wajah Jack memerah. Dia mendengus. "Doni lihat saat aku kasih orang lain.""Wah!" Mata Melisa berbinar. "Kak Doni bisa identifikasi barang antik? Ada beberapa barang antik di rumahku yang nggak tahu asli atau bukan. Tolong identifikasi, ya!"Meisy tiba-tiba menendang kaki Doni. "Kenapa kamu nggak kasih
Sesaat kemudian, datang seorang pria paruh baya berumur 40-an tahun, dengan tinggi badan sedang, hidung pesek, mata sipit, dan berkumis. Tidak heran dia dipanggil Si Tikus, memang mirip.Si Tikus dengan hormat memberi salam pada Jack, lalu duduk di kursi Desmond.Jack tersenyum padanya. "Tulus, main dengan serius. Kalau menang kasih kamu, kalau kalah aku tanggung.""Terima kasih, Tuan Muda Jack!" Tulus Zoanda mengangguk. Dia tersenyum seraya berkata, "Tapi Tuan Muda Jack terlalu meremehkanku. Di kota ini, nggak ada yang bisa kalahkan aku!"Meisy mendengus dengan jengkel. "Badan nggak tinggi, tapi tinggi hati! Pernah dengar nggak Putri mahyong Kota Arina?"Tulus menggelengkan kepala dan menatap Meisy seraya tersenyum. "Nggak pernah, tapi orang-orang panggil aku Raja mahyong.""Kamu ...." Tebersit kemarahan di mata Meisy. "Oke ... tajam juga lidahmu. Semoga keterampilanmu juga sebagus lidahmu!""Ayo kita mulai. Kocok dulu." Tebersit suatu kilat di mata Jack saat dia tersenyum.Di tengah
Ekspresi Meisy menjadi dingin. "Berapa kerugianmu?""Dua puluh miliar!""Cih!" Meisy berteriak dengan marah, "Tempat jelek begitu senilai dua puluh miliar? Paling banyak dua miliar saja!""Tanpa tempat itu, aku kehilangan bisnis yang menghasilkan profit. Dua puluh miliar bahkan sudah sedikit!" Jack tersenyum dingin. "Kalau kamu bayar dua puluh miliar, aku akan biarkan kamu pergi! Kalau nggak, Nona Meisy bisa tinggal di sini beberapa hari! Aku akan suruh teman-temanku melayanimu dengan baik!"Detik berikutnya, belasan pria kekar memasuki ruangan dan memblokir pintu."Jack, beraninya kamu!" teriak Melisa dengan marah. "Kalau kamu berani macam-macam dengan Meisy, nggak akan kuampuni kamu!"Jack tersenyum. "Melisa, aku juga membantumu menuntut kembali kerugian keluargamu. Kamu nggak tahu, 'kan? Keluargamu punya 30% saham di tempat Tommy."Melisa menganga karena kaget. Sesaat kemudian, Melisa tersadarkan dan berteriak, "Memangnya kenapa? Kuperingatkan kamu! Kalau kamu berani sentuh Meisy, n