Jack sedang murung karena kehilangan muka tadi pagi sehingga mengajak teman-temannya untuk minum bir. Alhasil, ketika hendak bubar, Jack melihat Melisa.Keluarga Samosir dan Keluarga Bonardi berencana untuk menikah. Jack ditunjuk oleh Keluarga Samosir untuk menikahi Melisa.Akan tetapi, Melisa antipati terhadap pernikahan itu. Jadi, Yogi yang sangat mencintai Melisa tidak tega memaksa Melisa untuk setuju, walau Yogi tidak keberatan terhadap pernikahan dengan Keluarga Samosir.Oleh karena itu, pernikahan itu hanya semata-mata dibicarakan oleh orang tua dari kedua keluarga tersebut.Jack sangat antusias terhadap pernikahan itu. Meski Melisa berpakaian seperti anak punk, Melisa memiliki wajah dan postur tubuh yang memikat."Hahaha, Melisa!" sapa Jack dari jauh. Dia berjalan ke sana dengan lebih cepat. "Kebetulan sekali, Meisy juga di sini. Ini ... siapa?"Doni terkejut ketika mengenali siapa Doni.Doni tersenyum. "Tuan Muda Jack, kebetulan bertemu lagi. Apa kamu sudah tuntut pedagang bara
Doni menelan air ludah ketika sepasang betis yang putih dan cerah muncul di pahanya.Cantik sekali kaki Meisy.Pembuluh darah tampak jelas di bawah kulit seputih salju. Jari-jari kakinya mungil dan imut, dengan kuteks warna ungu yang menambah sensasi misterius dan memikat pada kaki yang cantik itu. Orang yang melihatnya sangat terdorong untuk memainkannya.Hal itu pun menghilangkan kecurigaan Jack."Ayo jawab!" Meisy mendorong bingkai kacamatanya. "Ini pasti seru, ayo ceritakan biar kami senang!"Melisa meneruskan, "Bagaimana bisa kamu ditipu? Ayo ceritakan!"Ekspresi Jack menjadi masam. "Nggak ada apa-apa, aku beli barang antik palsu.""Lalu, bagaimana Kak Doni bisa tahu?" tanya Melisa.Wajah Jack memerah. Dia mendengus. "Doni lihat saat aku kasih orang lain.""Wah!" Mata Melisa berbinar. "Kak Doni bisa identifikasi barang antik? Ada beberapa barang antik di rumahku yang nggak tahu asli atau bukan. Tolong identifikasi, ya!"Meisy tiba-tiba menendang kaki Doni. "Kenapa kamu nggak kasih
Sesaat kemudian, datang seorang pria paruh baya berumur 40-an tahun, dengan tinggi badan sedang, hidung pesek, mata sipit, dan berkumis. Tidak heran dia dipanggil Si Tikus, memang mirip.Si Tikus dengan hormat memberi salam pada Jack, lalu duduk di kursi Desmond.Jack tersenyum padanya. "Tulus, main dengan serius. Kalau menang kasih kamu, kalau kalah aku tanggung.""Terima kasih, Tuan Muda Jack!" Tulus Zoanda mengangguk. Dia tersenyum seraya berkata, "Tapi Tuan Muda Jack terlalu meremehkanku. Di kota ini, nggak ada yang bisa kalahkan aku!"Meisy mendengus dengan jengkel. "Badan nggak tinggi, tapi tinggi hati! Pernah dengar nggak Putri mahyong Kota Arina?"Tulus menggelengkan kepala dan menatap Meisy seraya tersenyum. "Nggak pernah, tapi orang-orang panggil aku Raja mahyong.""Kamu ...." Tebersit kemarahan di mata Meisy. "Oke ... tajam juga lidahmu. Semoga keterampilanmu juga sebagus lidahmu!""Ayo kita mulai. Kocok dulu." Tebersit suatu kilat di mata Jack saat dia tersenyum.Di tengah
Ekspresi Meisy menjadi dingin. "Berapa kerugianmu?""Dua puluh miliar!""Cih!" Meisy berteriak dengan marah, "Tempat jelek begitu senilai dua puluh miliar? Paling banyak dua miliar saja!""Tanpa tempat itu, aku kehilangan bisnis yang menghasilkan profit. Dua puluh miliar bahkan sudah sedikit!" Jack tersenyum dingin. "Kalau kamu bayar dua puluh miliar, aku akan biarkan kamu pergi! Kalau nggak, Nona Meisy bisa tinggal di sini beberapa hari! Aku akan suruh teman-temanku melayanimu dengan baik!"Detik berikutnya, belasan pria kekar memasuki ruangan dan memblokir pintu."Jack, beraninya kamu!" teriak Melisa dengan marah. "Kalau kamu berani macam-macam dengan Meisy, nggak akan kuampuni kamu!"Jack tersenyum. "Melisa, aku juga membantumu menuntut kembali kerugian keluargamu. Kamu nggak tahu, 'kan? Keluargamu punya 30% saham di tempat Tommy."Melisa menganga karena kaget. Sesaat kemudian, Melisa tersadarkan dan berteriak, "Memangnya kenapa? Kuperingatkan kamu! Kalau kamu berani sentuh Meisy, n
Melintas sebuah kilat di mata Jack. "Kenapa? Memangnya kamu masih mau menonton?"Doni mengangkat alisnya. "Bagaimana kalau aku pergi?""Boleh ...." Jack menyeringai sinis. "Bayar dua puluh miliar dulu, baru boleh pergi!""Kenapa?""Karena aku nggak suka kamu!" Ekspresi Jack menjadi dingin. "Kamu sudah membuatku kehilangan muka, kamu pikir aku akan mengampunimu begitu saja?"Doni berlagak baru paham, lalu memasang ekspresi murung. "Kamu sendiri yang kena tipu! Nggak masalah kalau kamu beli vas khusus microwave seharga miliaran, kamu bisa simpan sendiri! Kenapa kamu kasih orang lain? Kalau nggak, kamu juga nggak akan kehilangan muka!""Diam!" Jack menepuk meja. "Kuberi tahu saja! Kamu bisa pergi hari ini, tapi harus tinggalkan slip utang dua puluh miliar seperti Meisy!""Kamu sudah gila?" Doni berseru dengan marah, "Aku nggak mau!""Kalau begitu, main mahyong saja kamu! Kalau kamu nggak punya uang, aku bisa pinjamkan!"Doni tersenyum getir. "Aku jarang main, juga lambat. Kamu pasti marah
Tiga orang yang lain juga melempar dadu untuk menentukan urutan bandar.Jack melempar dadu. Sembilan titik.Tulus tersenyum. Hasil lemparan dadunya adalah sebelas. Lalu, dadu digilir ke tangan Doni.Doni memegang dadu seraya tersenyum dan berkata, "Aku nggak usah saja, nggak mungkin bisa dapat dua belas."Tulus melambaikan tangan dan berujar sambil tersenyum, "Nggak boleh, nggak boleh. Harus ikuti aturan main! Ayo lempar dadu!""Kalau begitu ... baiklah .... Aku nggak begitu beruntung biasanya."Doni asal melempar dadu.Klap!Dua belas titik!Doni langsung tersenyum. "Eh? Beruntung juga aku hari ini! Aku jadi bandar."Meisy mengembuskan napas lega. Orang yang andal bisa menghasilkan uang dengan menjadi bandar, tetapi kamu hanya akan kalah uang banyak!Jack menyeringai sinis. "Memang beruntung. Ayo ambil ubin!"Begitu Doni mengambil ubin, Melisa enggan melihat lagi. Tidak hanya lambat, Doni juga ragu-ragu saat menyusun ubin, bahkan digeser terus-menerus. Orang yang berpengalaman bisa me
Doni menatap mereka bertiga dengan heran. "Kalian kenapa? Aku nggak menang? Aku nggak salah lihat!"Jack nyaris tertawa karena melihat ekspresi Doni."Doni, kamu kurang satu ubin saja sudah jadi set straight.""Kamu malah langsung dorong, sia-sia punya rangkaian ubin sebagus ini!"Doni mengernyit. "Set straight? Lalu, bagaimana dengan set ubinku ini? Apa namanya?""Ini namanya set terkecil! Paling kecil skornya." Tulus tersenyum mengejek. "Tapi lebih baik daripada kalah uang. Katanya set terkecil adalah set menang yang paling beruntung. Hahaha!"Jack dan Tulus menjadi lega. Mereka benar-benar khawatir Doni adalah jagoan yang berpura-pura payah. Akan tetapi, dilihat dari hasil ronde ini, Doni memang adalah seorang pemula. Doni hanya kebetulan memperoleh set tujuh di ronde sebelumnya."Nggak boleh buru-buru. Kalau begini, keberuntunganmu akan habis!" imbau Jack. Di saat yang sama, Jack mengambil ubin yang seharusnya Jack ambil di putaran setelahnya. "Biar aku lihat apa ubinmu yang beriku
Namun, nilai peluang itu hanya berlaku pada orang awam. Bagi orang seperti Doni, dia bisa memperolehnya kapan saja."Set permulaan, berikan semua koin kalian!" Doni menggerakkan jarinya. "Tuan Muda Jack, Tulus, semua koin kalian jadi milikku."Melihat wajah Doni yang berseri-seri, Jack akhirnya sadar dia telah ditipu. Doni sama sekali bukan pemula, melainkan jagoan, jagoan yang sangat hebat!Jack menggertakkan gigi saat berkata, "Doni! Kamu pura-pura payah untuk menipuku, ya?""Aku nggak menipumu!" Doni tersenyum seraya berujar, "Aku jarang main mahyong, ini terlalu mudah, nggak seru.""Kamu ...." Jack menepuk meja dengan keras. "Kamu main curang!""Kamu yang pilih tempat ini, kamu juga yang menyediakan set mahyong. Bagaimana aku main curang? Ini namanya keterampilan, oke?"Sambil berkata, Doni dengan santai membalikkan empat ubin mahyong.Mata Jack dan Tulus membelalak.Empat-empatnya adalah ubin angin utara!Dengan kata lain, Doni tahu betul di mana letak semua ubin mahyong.Metode m