Restoran di pinggir jalan sangat ramai saat makan malam dengan cahaya lampu yang berkedip-kedip.Doni membawa Helen melewati restoran Ah! Sate Taican, restoran barbeku, Sup Ikan Nelayan dan akhirnya sampai di tempat tujuan.Restoran mi ini tidak terlalu besar, hanya terdapat dua meja di dalam restoran, sebagian besar pelanggan makan di luar, duduk di bawah kain terpal, menikmati angin malam dan menyantap mi bersamaan dengan beberapa tusuk sate taican. Melihat pria tampan, wanita cantik dan mobil mewah yang lewat, serta berbicara tentang urusan keluarga dan negara, inilah dunia manusia."Istriku, cepat duduk di sini!" Doni mendapatkan sebuah meja dan menarik kursi untuk Helen dengan penuh semangat.Doni merasa sangat senang, apalagi saat orang-orang yang lewat menatapnya dengan tatapan iri dan benci, yang membuatnya merasa sangat puas.Sikap Helen memang dingin, tapi dia sangat cantik! Semua orang akan jatuh cinta padanya jika dia bepergian keluar.Helen duduk dengan hati-hati, kemudian
Tiba-tiba terdengar suara yang kurang mengenakkan di kejauhan."Kak Dedi, cepat lihat! Wanita itu cantik sekali!""Benar! Astaga! Dia bahkan lebih cantik dari artis!"Kak Dedi berusia tiga puluhan tahun ini, dengan sosok tubuh yang tinggi dan perut yang buncit, dia terlihat seperti orang kaya baru dengan rantai emas besar dan jam tangan emas kecil yang dia kenakan. Matanya langsung terbuka lebar-lebar saat menoleh ke belakang dalam keadaan mabuk, "Astaga, dia benar-benar seperti seorang dewi! Dia bahkan lebih cantik daripada wanita di dalam KTV, ayo cepat ke sana! Aku mau ke sana untuk minum bersama dengannya."Kak Dedi membawa beberapa tujuh sampai delapan orang untuk mengelilingi meja Doni.Kak Dedi menatap Helen dengan tatapan cabul, "Wanita cantik, siapa namamu? Ayo kita berkenalan. Aku adalah Kak Dedi yang berjaga di daerah ini, ayo minum bersama denganku!"Helen mengerutkan keningnya, "Aku nggak tertarik, tolong jangan ganggu kami yang lagi makan!"Tatapan Kak Dedi membara pada s
"Pukul dia!""Pukul dia sampai mati!""Nggak disangka dia berani pukul Kak Dedi!"Anak buah Kak Dedi segera menerjang ke arah Doni sambil memegang senjata di tangan mereka.Wajah Helen memucat, dia benar-benar bingung kenapa mereka selalu mengalami pertengkaran setiap kali pergi bersama Doni, apakah Doni ditakdirkan untuk sering berkelahi?"Istriku, jangan takut ...."Doni langsung menyerang setelah selesai bicara, menggunakan tinju dan tendangan kaki yang membuat para preman itu terbang menjauh satu per satu, kemudian tergeletak di tanah sambil berteriak kesakitan dan tidak bisa berdiri.Tiba-tiba, Doni mengangkat alisnya.Niat membunuh yang sangat kuat! Ada pembunuh di sini!Kedua pria dengan pakaian santai menerjang ke arah Doni pada saat ini.Kecepatan dan tatapan mereka jelas tidak sebanding dengan preman meski mereka berpura-pura sebagai seorang preman.Botol arak seorang preman terbang ke arah Doni, sedangkan kedua belati dari sebelah kiri dan kanan hendak menusuk perut Doni dar
"Doni! Jangan menggila!" Helen mencubit lengan Doni dengan keras, "Apakah kamu nggak bisa berhenti bicara? Bagaimana kalau dia kenal Bos Melvin?""Nggak masalah, bukannya kamu juga kenal?""Kamu ...." Helen sangat kesal sampai ingin mencekik Doni sampai mati, "Kamu kira bantuan Bos Melvin begitu murah? Bagaimana kita bisa minta bantuannya lagi kalau kita merepotkannya karena hal ini?""Aku merasa Melvin adalah orang baik dan nggak sombong.""Kamu ...." Helen sangat ingin membuka otak Doni dan melihat isi pikirannya.Dedi sudah selesai menelepon pada saat ini, dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan memelototi Doni, "Kamu akan mati hari ini dan bersujud sudah nggak lagi berguna! Pikirkan baik-baik di mana kamu akan dimakamkan!""Nggak usah membual!" ujar Doni dengan ekspresi menghina. "Aku pernah ketemu Melvin dan jangan kira kamu bisa membodohiku dengan Melvin yang palsu."Dedi menatap Doni seperti sedang melihat orang bodoh, "Baik! Kamu memang sangat berani, aku mau lihat nanti kam
Dedi sangat ingin menangis pada saat ini, bagaimana mungkin dia bisa menari! Selain itu, di mana dia bisa meletakkan wajahnya jika dia yang merupakan seorang pria menari tiang di pinggir jalan?Hanya saja, Dedi memahami tatapan ganas dari Melvin. Dia harus memilih antara nyawa atau reputasi.Dedi memilih nyawanya tanpa ragu-ragu, kemudian berjalan ke samping tiang terpal penghalang matahari, kemudian memegang tiangnya dan mulai berputar.Seorang pria dengan wajah yang berlumuran darah dan perut yang buncit, menggeliat dari atas sampai ke bawah, yang benar-benar sangat tidak pantas untuk dilihat.Jangankan Helen, bahkan Melvin sendiri juga tidak tahan melihat adegan ini. Hanya saja, Doni merasa tertarik dengan tarian Dedi dan berkata sambil tersenyum, "Orang ini berbakat, sangat disayangkan dia nggak belajar menari.""Jangan bicara omong kosong!" Helen menarik Doni dan berkata pada Melvin, "Bos Melvin, maaf karena telah buat kamu repot-repot datang ke sini.""Orang yang seharusnya minta
Kindo menghela napas lega, "Tenang saja, Tuan Muda Mardi. Aku pasti akan bunuh bajingan itu secara pribadi setelah Melvin menurunkan kewaspadaannya dan bawa Helen ke ranjangmu."Mardi mengangguk, "Hm, seluruh Kota Timung akan jadi milik Keluarga Winta setelah misi kita berhasil! Panggil Risna ke sini dan tanya kapan Reani keluar dari pengurungan dirinya! Aku perlu bicara secara langsung dengan kepala Keluarga Pangestu!"...Keesokan harinya, Doni tetap pergi bekerja di Grup Kusmoyo, Keno melihat bahwa Thalia sama sekali tidak melakukan apa pun meskipun dia telah melaporkan hal ini pada Helen, jadi dia tidak berani terus mempersulit Doni dan memintanya berpindah dari berjaga di depan pintu ke pos patroli.Berpatroli adalah hal yang diinginkan Doni, karena hal ini membuatnya lebih mudah untuk melindungi Helen, jadi dia dengan senang hati berjalan di sekitar perusahaan bersama dengan beberapa petugas keamanan. Doni akan membual dengan Jarson dan berbicara dengan Jena di bagian resepsionis
Doni telah sampai di hotel tempat dia menginap sebelumnya, pintu kamar tidak ditutup, jadi Doni langsung membuka pintu dan masuk.Reani sedang duduk di sofa sambil membaca majalah, alisnya tanpa sadar bergerak saat melihat Doni memasuki kamar. Dia berdiri, kemudian mengambil sebotol air mineral untuk Doni dan menaruhnya di atas meja kopi, "Minumlah."Doni tidak bisa menahan tawanya. Hari ini Reani masih mengenakan kemeja putih dan celana jeans. Temperamennya yang murni dan menggoda berpadu menjadi satu yang terlihat sangat menawan."Kamu sudah bisa bicara baik-baik kali ini?""Lagi pula aku juga nggak bisa mengalahkanmu, apa yang bisa kulakukan?" tanya Reani dengan kesal."Aku periksa denyut nadimu dulu.""Hm ...." Reani dengan patuh duduk di samping Doni.Reani sangat terkejut dengan efek obat Doni setelah meminum obat yang diresepkan olehnya. Reani menyadari bahwa masalah serangan balik beracun yang telah mengganggu Keluarga Pangestu selama beberapa generasi telah diselesaikan dengan
Doni tersenyum dan berkata, "Sepuluh miliar, jangan sampai kurang ataupun lebih!""Kenapa kamu keras kepala sekali?" Reani sedikit tertekan lalu. Apa orang ini memang benar-benar bodoh? Reani berkata dengan suara setenang mungkin, "Salim, sayang sekali kalau kamu masih saja di pedesaan."Doni masih menggelengkan kepalanya. "Nggak tertarik! Beri aku sepuluh miliar, ada hal lain yang harus kulakukan, saatnya pergi!""Kamu ... nggak mau memikirkannya lagi?""Dengar baik-baik perkataanku! Aku ... nggak ... tertarik!""Kamu salah!" Raut wajah Reani menjadi dingin lalu dengan cepat mengeluarkan tas kain kecil dari tangannya dan mengguncangnya.Huh!Aliran asap merah menyelimuti Doni.Ini bukan racun, hanya ekstasi yang membuat orang mabuk. Obat ini lebih ampuh daripada racun. Orang yang kuat dapat menggunakan energi aslinya untuk mengeluarkan racun. Namun ekstasi semacam ini bersifat meresap, menembus pori-pori kulit dan langsung bekerja pada otak manusia, sehingga mustahil bagi manusia untu