Dalam cahaya lampu yang redup, seseorang berlari ke dalam kamar dan memegang Amanda. "Ada apa?"Dengan matanya yang buram karena air mata, Amanda melihat wajah Rudi. Dia langsung melempar diri ke dalam pelukan Rudi, menangis dengan lebih keras dan sedih.Belum pernah Rudi melihat Amanda terduduk di lantai dan menangis dengan lepas kendali. Rudi mengira telah terjadi masalah besar sehingga bertanya dengan cemas, "Ada apa ini? Apa yang terjadi?"Eva menangis sambil menceritakan kejadian hari. Ketika Eva hendak mengatakan bahwa Amanda mengambil tunjangan kematian Vincent, Amanda tiba-tiba berteriak, "Diam!"Eva langsung diam karena takut.Akan tetapi, Eva sudah menyebutkan nama Vincent, belum sempat menyebut kata tunjangan. Sebodoh-bodohnya Rudi, Rudi bisa menebak.Amanda memakai tunjangan kematian Vincent untuk membelikan harta bawaan Shayna yang bernilai tiga puluh enam ribu delapan ratus tahil perak."Kembalikan!" Rudi melepaskan Amanda. Wajahnya menjadi masam. "Besok, kamu pergi ke To
Pandangan Nyonya Besar Diana menghitam. Dia jatuh ke depan dan akan pingsan.Rudi buru-buru memeluk Nyonya Besar Diana. Dia mengesampingkan kemarahannya dan berteriak dengan cemas, "Pelayan, panggilkan tabib. Cepat panggilkan tabib."Shayna menangis seraya menghampiri Amanda. "Kenapa kamu begini? Kamu mau Ibu mati? Kamu yang beli aksesori kepala ini karena tidak mau kalah. Kenapa kamu malah menyesal sekarang?"Amanda mundur selangkah dengan tidak berdaya. Di hatinya, timbul rasa lelah, sedih, dan perih. Dia telah membayar tiga puluh enam ribu delapan ratus tahil perak untuk membelikan aksesori kepala Shayna, tetapi mereka malah menyalahkannya? Dia malah berdosa?Mencari tabib di larut malam menciptakan keributan lagi. Amanda menyeka air matanya. Dia masih harus mengelap wajah dan tangan Nyonya Besar Diana menggunakan saputangan.Tabib mengatakan Nyonya Besar Diana pingsan karena terlalu emosi, masalahnya tidak besar. Hanya perlu minum obat beberapa kali saja.Saat Nyonya Besar Diana si
Linda mengejeknya, "Kamu benar-benar konyol!""Kamu ...." Amanda memegang dada. "Lancang kamu! Kamu ini istri kedua .... Beraninya selir sepertimu mentertawakanku?""Cih, selir sepertiku mendapat maskawin yang besar dari Keluarga Wijaya." Linda tertawa. "Sejak menikah sampai sekarang, aku hidup dengan leluasa. Tidak ada orang yang berani merundungku. Aku juga tidak pernah menalangi uang sepeser pun."Setelah itu, Linda pergi di tengah suara napas Amanda yang cepat karena marah.Di Kediaman Jenderal, Linda adalah satu-satunya orang yang dapat bersikap cuek dan menonton keonaran mereka. Membelikan harta bawaan untuk Shayna? Jika Shayna berani meminta, dia berani menamparnya.Hanya Amanda ... yang terlalu bodoh!Usai mentertawakan Amanda, Linda kembali ke kamar dan mengecek mekanisme yang telah dia buat. Lalu, Linda melarang pelayan wanita untuk masuk ke kamar. Baru setelah itu, Linda berganti pakaian dan tidur.Linda telah mendengar tentang Putra Mahkota Biromo yang baru. Linda akhirnya
Di Kediaman Putri Agung!Putri Agung dengan tegas menanyai pria paruh baya yang sedang menundukkan kepala di depannya, "Sialan! Kenapa identitas Fiolina bisa diketahui oleh Intan? Apakah anak jalang itu sendiri yang memberi tahu anak buah Intan?"Pria itu bertubuh jangkung dan tampan, tetapi wajahnya sudah menua. Mendengar pertanyaan Putri Agung, dia buru-buru menggelengkan kepala. "Tidak mungkin. Fiolina tidak mungkin akan memberi tahu anak buah Intan. Selain itu, Fiolina mematuhi perintahmu selama ini dan tidak pernah membangkang.""Dia pasti tidak berani." Tatapan mata Putri Agung sangat agresif. "Ibunya masih dikurung di penjara bawah tanah Kediaman Putri Agung. Dia harus patuh kalau mau wanita itu dibebaskan.""Baik. Fiolina pasti akan patuh."Putri Agung menatap pria itu dengan ekspresi mata yang dingin. Sikap pria itu membuatnya marah. "Coba kamu tanyakan. Selain itu, pantau yang lain dan suruh mereka berhati-hati. Jangan sampai identitas mereka terungkap. Menurut dugaanku, Inta
Ekspresi Fiolina sangat dingin dengan tatapan mengejek. dia bahkan juga memiliki ekspresi seperti ini terhadap ayahnya.Dia berkata, "Aku masuk ke Keluarga Rinar untuk jadi selir dan bagaimana mungkin bisa menghubungi istri Raja Aldiso secara pribadi? Tuan Putri bisa kasih arak beracun padaku kalau tidak percaya denganku."Pangeran Rafael mengerutkan keningnya, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Untuk apa menghabiskan banyak uang untuk membesarkanmu kalau mau kasih arak beracun padamu? Jangan lupa misimu, ibu kandungmu masih ditahan olehnya."Tatapan mengejek di mata Fiolina semakin kuat dan dingin, "Kenapa Ayah tidak berani melawannya kalau benar-benar menyukai ibuku? Tapi membiarkan aku dianiaya oleh orang lain agar Ibu bisa berada di sisimu?"Terdapat ekspresi tidak senang di wajah Pangeran Rafael, "Kamu buat seluruh Kediaman Rinar tidak tenang dan Tuan Putri senang dengan hal ini, tapi dia sedikit tidak senang karena identitasnya terungkap. Adikmu sudah berangkat dan akan berte
Feri dipanggil ke Kediaman Rinar, tapi sikap Feri masih sangat arogan dan mengatakan bahwa dia tidak bersalah. Kaisar menegur Feri dan mengatakan bahwa menarik kembali posisi pewaris adalah tindakan yang tidak bijaksana.Anak muda sangat mudah sombong karena merasa dirinya memiliki bakat yang hebat, tidak memiliki pandangan yang sama dengan orang lain dan bahkan meremehkan banyak orang, termasuk orang tua dan keluarganya sendiri.Adipati Harlo sangat marah sampai menampar wajah Feri saat melihat sikap keras kepalanya dan berkata dengan marah, "Cepat minta maaf pada Putri Arnesa. Kamu keluar saja dari sini kalau berani menyatakan ketidakpuasanmu hari ini, jangan pernah berpikir untuk kembali ke Kediaman Rinar di masa depan dan aku juga akan mengambil alih Gang Teratai."Feri pada awalnya merasa sedikit khawatir saat kembali, karena Feri sudah bukan seorang pewaris dan setelah berkata dengan keras kepala, Feri akan melunakkan hatinya dan membawa Randa kembali jika keluarganya memperlakuk
Arnesa berkata, "Tolong bantu aku berdiri dan biarkan dia masuk, aku mau lihat apa yang mau dia lakukan.""Putri, dia dibiarkan masuk lagi?" Jeni merasa sangat kesal dan khawatir saat teringat dengan kejadian saat Feri mendorong Arnesa ke meja.Arnesa berkata, "Tidak perlu takut, panggil Kak Cadas dan Kak Aba untuk mengawasi dari samping, dia tidak akan berani menyentuhku."Arnesa sudah tidak memiliki perasaan apa pun terhadap orang ini, tapi terdapat beberapa masalah yang perlu dikatakan secara langsung dengan jelas.Jeni tidak memiliki pilihan lain selain membantu Arnesa untuk duduk dan memasukkan bantal lembut ke punggung Arnesa, "Tidak peduli bagaimanapun juga kamu tidak boleh turun dari tempat tidur, tabib bilang kamu tidak boleh turun dari tempat tidur dan sembarangan bergerak.""Aku tahu!" Wajah Arnesa terlihat sangat pucat dan tidak memiliki emosi apa pun.Arnesa terus berbaring di atas tempat tidur dengan lemah setiap harinya sejak ibunya tidak memperbolehkan Arnesa untuk tala
Feri menjadi marah karena merasa malu, "Kenapa kamu mau menikah denganku kalau aku begitu buruk? Kamulah yang paling bersemangat dalam pernikahan kita, sedangkan aku dipaksa oleh istana ....""Tutup mulutmu," ujar Arnesa dengan rongga mata yang sangat merah dan bibirnya bergetar lagi. Dia merasa sangat malu dan sedih saat membicarakan masalah pernikahan, "Awalnya aku memang menyukaimu, tapi kamu juga bilang kalau kamu menyukaiku dan itulah penyebab kita membentuk hubungan buruk seperti ini. Bagaimana mungkin kamu berani menindasku kalau Kediaman Raja Linuta punya kekuatan?"Air mata Arnesa terus mengalir, Arnesa pada dasarnya lemah meskipun telah berusaha dengan keras untuk menahan dirinya. Arnesa tidak bisa menahan emosinya lagi setelah mengatakan dan tentu saja air matanya juga tidak dapat ditahan lagi.Arnesa sangat kurus pada saat ini dan tampang Arnesa yang sedang menahan tangisnya tapi air matanya tetap mengalir turun membuat Feri merasa sedikit bersalah.Hanya saja, rasa bersala