"Ibu!" Kegirangan meluap dari mata Shayna. "Putri Chelsea akan bawa aku ke sana. Dia bilang dia akan membantuku menjadi nyonya selir Raja Aldiso di perayaan ulang tahun itu."Mata Nyonya Besar Diana yang suram langsung berbinar. Nyonya Besar Diana berusaha untuk duduk. "Kamu serius?""Tentu saja, Putri Chelsea sendiri yang bilang padaku dan Putri Agung mendengar di samping."Nyonya Besar Diana sangat bergembira, seolah-olah darah di sekujur tubuhnya mengalir dengan lancar. Napasnya juga mulai cepat. "Kalau berhasil, Putri Agung dan Putri Chelsea adalah penyelamat kita."Namun, detik berikutnya, Nyonya Besar Diana mengernyit. "Kenapa mereka membantumu? Apa yang mereka inginkan darimu? Kamu jangan senang dulu, biar Ibu pikirkan."Shayna berdiri dan mengentakkan kaki. "Ibu, tidak usah pikirkan apa konspirasi mereka, yang penting aku bisa menikah dengan Raja Aldiso. Sekalipun harus berada di bawah Intan, aku juga rela. Lagi pula, aku lebih muda dari Intan. Apa keunggulan wanita yang menika
Selen terkejut. "Benaran diundang atau untuk menipunya? Bagaimanapun, Bibi adalah anggota Keluarga Wijaya. Bagaimana mungkin Intan mengundang Bibi?""Kenapa tidak? Tidak semua orang di Keluarga Wijaya adalah orang yang tidak berhati." Nyonya Besar Brina sangat bahagia dan tersentuh. "Kamu beri tahu Shayna nanti. Biar Shayna yang beri tahu ibu mertuamu, biar dia kesal."Selen tersenyum getir. "Bibi benar-benar benci kesumat dengan ibu?"Nyonya Besar Brina menyeringai sinis. "Siapa yang benci kesumat dengan dia? Aku hanya tidak sudi pada orang yang serakah, tidak berperasaan, dan tidak berhati nurani seperti Diana. Selen, aku jujur saja. Kamu bodoh, bahkan tidak tahu siapa yang baik dan jahat padamu.""Mana mungkin? Bibi tahu aku, keluargaku hanya keluarga biasa dan suamiku tidak menyukaiku. Ibu bahkan memandang rendah aku. Apa yang bisa kulakukan?""Kamu tidak bisa melakukan apa-apa, tapi jangan membantu mereka yang jahat." Nyonya Besar Brina berterus terang, "Ibu mertuamu, Amanda, Lind
Amanda mengurus semua masalah internal maupun eksternal di Kediaman Jenderal setiap hari, bahkan harus menalangi pengeluaran Kediaman Jenderal dengan uang sendiri. Setiap hari Amanda sangat lelah.Namun, kehidupan Intan begitu santai dan bahagia. Amanda benar-benar merasa enggan.Tepat saat itu, Amanda mendengar Shayna berkata, "Dengar-dengar, Nyonya Kartika sebelumnya pernah secara terbuka mengatakan dia tidak menyukai Intan. Mungkin hubungan mereka tidak akur. Mungkin Nyonya Kartika akan mendisiplinkan Intan di hari perayaan ulang tahunnya. Dengan sifat Intan yang sekarang, mereka pasti akan bertengkar."Amanda teringat akan omongan Intan yang begitu sombong di kereta kuda hari itu. Amanda sungguh ingin melihat Intan dipersulit oleh Nyonya Kartika.Akan tetapi, Keluarga Wijaya tidak mendapat undangan. Bagaimana dia bisa pergi?Amanda tiba-tiba teringat pada keluarga maternalnya. Kini, kakak sudah memimpin Pasukan Aldiso. Keluarga Bangsawan Widyasono seharusnya mendapat undangan dari
Bagaimana mungkin Amanda tidak ingin segera hamil?Namun, Amanda memiliki kesulitan.Rudi sepertinya kurang antusias tentang persetubuhan. Terkadang ketika melakukannya, Rudi tampak kurang stamina.Seharusnya tidak akan begitu. Rudi adalah seorang jenderal dan memiliki fisik yang kuat. Bagaimana mungkin?Amanda sangat memperhatikan asupan gizi dalam makanan sehari-hari Rudi. Amanda awalnya ingin mencari tabib untuk melakukan pemeriksaan palpasi pada Rudi, tetapi khawatir akan melukai harga dirinya.Amanda merasa sangat tidak keruan. Kehidupannya terasa lancar, tetapi selalu ada kejengkelan. Entah apa yang salah.Tepat saat itu, kakak ipar Amanda, Nyonya Keluarga Widyasono, Nyonya Yanti, membawakan obat untuk Nyonya Besar Sinthia. Mendengar adik iparnya ada di perjamuan Nyonya Kartika, dia merasa sedikit terkejut.Nyonya Besar Sinthia berkata, "Adik iparmu mau pergi, biar dia pergi saja. Dia dan Nyonya Intan sudah kenal sebelumnya. Meski Keluarga Wijaya tidak mendapat undangan, seharusn
Intan memang mengundang Keluarga Salim yang merupakan keluarga aristokrat militer. Kini, Teddi masih bergabung dengan Pasukan Aldiso. Sementara itu, Jenderal Besar Vino sudah jatuh sakit selama tiga tahun karena cedera lama.Nyonya majikan Keluarga Salim saat ini adalah istrinya Teddi. Keluarga cabang yang lain jarang bersosialisasi karena gugurnya anak cucu.Semua keluarga militer memikul duka yang tidak dapat dipahami oleh orang lain.Dikarenakan suami masih memegang jabatan di kemiliteran dan anak-anaknya belum menikah, Nyonya Indri harus bersosialisasi ke luar demi pernikahan dan masa depan mereka.Putra sulung Nyonya Indri juga bergabung dengan kemiliteran. Akan tetapi, satu kakinya mengalami cedera di medan perang sehingga dia belum menikah sampai sekarang.Putra kedua Nyonya Indri menjadi sastrawan dan lulus ujian. Putranya pasti akan menempuh studi yang lebih tinggi.Putri Nyonya Indri bernama Yusi Salim, berumur 13 tahun. Walau tidak perlu terburu-buru, ada anak gadis yang sud
Cuaca hari ini sangat bagus. Matahari bersinar cerah. Cahaya matahari yang melewati ranting-ranting terasa begitu hangat dan membuat hati terasa nyaman.Nyonya Kartika duduk di kursi aula utama dan menerima ucapan doa dari para tamu. Pak Adi dan pelayan-pelayan sibuk menerima hadiah, lalu mencatatnya di buku. Keluarga mana memberikan hadiah apa harus dicatat agar bisa diperkirakan nilainya nanti. Mereka bisa membalas hadiah ketika keluarga itu mengadakan perjamuan.Semua tamu undangan hari ini berderajat tinggi.Setiap nyonya dan nona berdandan dengan cantik, serta mulia. Wajah Nyonya Kartika sampai kaku karena tersenyum sepanjang waktu. Lalu, Nyonya Kartika melirik Intan yang tetap bersikap sopan. Senyuman di wajah Intan tidak kaku sama sekali, seolah-olah tersenyum dari lubuk hati.Nyonya Kartika kagum pada Intan yang tidak demam panggung di acara seperti itu.Tamu pria disambut oleh Alfred dan Tuan Axel. Mereka duduk di aula tamu di paviliun utama. Hari ini adalah hari ulang tahun N
Selir Deswita duduk, lalu tersenyum dan berujar, "Kalau soal itu, Nyonya Besar Vivian-lah yang teberkati."Nyonya Besar Vivian tersenyum. "Semua orang di sini adalah orang teberkati. Selir Deswita teberkati, Nyonya Kartika juga. Nyonya Kartika punya menantu yang soleh, Raja Aldiso pun telah mencetak prestasi perang yang amat besar. Semua itu adalah berkah."Ucapan Nyonya Besar Vivian langsung membuat hati Nyonya Kartika terasa nyaman. Orang lansia memang bijak.Satu ucapan saja sudah membuat orang sangat nyaman.Seketika, Nyonya Kartika tersenyum. "Aku malah berharap Alfred bisa menikmati hidup di ibu kota seperti Raja Alberto, punya istri dan selir-selir, juga punya anak. Tidak seperti anakku yang selalu sibuk itu. Terkadang lihat dia sibuk dari pagi dan pulang larut malam, hatiku benar-benar perih."Selir Deswita tersenyum seraya berkata, "Itu artinya Alfred kompeten."Kemudian, Selir Deswita menggendong cucu laki-lakinya dan menciumnya. Anak gemuk itu memeluk leher Selir Deswita dan
Ekspresi Amanda membeku.Keluarga Salim? Itu sudah menjadi ingatan yang sangat lama. Amanda nyaris melupakan Keluarga Salim.Amanda buru-buru duduk di pojok. Entah siapa dari Keluarga Salim yang datang. Mantan ibu mertua mungkin tidak akan datang. Mantan ibu mertua sudah lama berdiam diri di rumah dan enggan bepergian keluar.Namun, begitu duduk, Amanda melihat Nyonya Indri masuk bersama mantan ibu mertuanya, Viona. Diikuti beberapa gadis dari Keluarga Salim."Bibi Indri." Intan bergegas maju dan memberi salam pada Nyonya Indri. Lalu, Intan memberi salam pada Viona. "Bagaimana kabar Nyonya?"Mata Viona memanas ketika melihat Intan. Viona ingin menangis ketika melihat Intan yang senasib dengannya.Namun, Viona berusaha keras menekan perasaannya karena tahu acara apa hari itu. Viona tersenyum seraya menjawab, "Terima kasih atas perhatian Nyonya, aku baik-baik saja."Kemudian, Viona dan Nyonya Indri membawa anak-anak maju ke depan untuk memberi salam pada Nyonya Kartika. Setelah itu, mere