Cuaca hari ini sangat bagus. Matahari bersinar cerah. Cahaya matahari yang melewati ranting-ranting terasa begitu hangat dan membuat hati terasa nyaman.Nyonya Kartika duduk di kursi aula utama dan menerima ucapan doa dari para tamu. Pak Adi dan pelayan-pelayan sibuk menerima hadiah, lalu mencatatnya di buku. Keluarga mana memberikan hadiah apa harus dicatat agar bisa diperkirakan nilainya nanti. Mereka bisa membalas hadiah ketika keluarga itu mengadakan perjamuan.Semua tamu undangan hari ini berderajat tinggi.Setiap nyonya dan nona berdandan dengan cantik, serta mulia. Wajah Nyonya Kartika sampai kaku karena tersenyum sepanjang waktu. Lalu, Nyonya Kartika melirik Intan yang tetap bersikap sopan. Senyuman di wajah Intan tidak kaku sama sekali, seolah-olah tersenyum dari lubuk hati.Nyonya Kartika kagum pada Intan yang tidak demam panggung di acara seperti itu.Tamu pria disambut oleh Alfred dan Tuan Axel. Mereka duduk di aula tamu di paviliun utama. Hari ini adalah hari ulang tahun N
Selir Deswita duduk, lalu tersenyum dan berujar, "Kalau soal itu, Nyonya Besar Vivian-lah yang teberkati."Nyonya Besar Vivian tersenyum. "Semua orang di sini adalah orang teberkati. Selir Deswita teberkati, Nyonya Kartika juga. Nyonya Kartika punya menantu yang soleh, Raja Aldiso pun telah mencetak prestasi perang yang amat besar. Semua itu adalah berkah."Ucapan Nyonya Besar Vivian langsung membuat hati Nyonya Kartika terasa nyaman. Orang lansia memang bijak.Satu ucapan saja sudah membuat orang sangat nyaman.Seketika, Nyonya Kartika tersenyum. "Aku malah berharap Alfred bisa menikmati hidup di ibu kota seperti Raja Alberto, punya istri dan selir-selir, juga punya anak. Tidak seperti anakku yang selalu sibuk itu. Terkadang lihat dia sibuk dari pagi dan pulang larut malam, hatiku benar-benar perih."Selir Deswita tersenyum seraya berkata, "Itu artinya Alfred kompeten."Kemudian, Selir Deswita menggendong cucu laki-lakinya dan menciumnya. Anak gemuk itu memeluk leher Selir Deswita dan
Ekspresi Amanda membeku.Keluarga Salim? Itu sudah menjadi ingatan yang sangat lama. Amanda nyaris melupakan Keluarga Salim.Amanda buru-buru duduk di pojok. Entah siapa dari Keluarga Salim yang datang. Mantan ibu mertua mungkin tidak akan datang. Mantan ibu mertua sudah lama berdiam diri di rumah dan enggan bepergian keluar.Namun, begitu duduk, Amanda melihat Nyonya Indri masuk bersama mantan ibu mertuanya, Viona. Diikuti beberapa gadis dari Keluarga Salim."Bibi Indri." Intan bergegas maju dan memberi salam pada Nyonya Indri. Lalu, Intan memberi salam pada Viona. "Bagaimana kabar Nyonya?"Mata Viona memanas ketika melihat Intan. Viona ingin menangis ketika melihat Intan yang senasib dengannya.Namun, Viona berusaha keras menekan perasaannya karena tahu acara apa hari itu. Viona tersenyum seraya menjawab, "Terima kasih atas perhatian Nyonya, aku baik-baik saja."Kemudian, Viona dan Nyonya Indri membawa anak-anak maju ke depan untuk memberi salam pada Nyonya Kartika. Setelah itu, mere
Suasana itu membuat semua orang canggung. Nyonya Kartika yang berpikiran lambat pun sadar. Nyonya Kartika langsung beranjak dari kursinya. "Beberapa waktu lalu, Intan sudah membelikan banyak bunga mahal untukku. Mari kita semua pergi lihat. Bunga bugenvil di dekat tembok juga sudah mekar. Bunganya cantik sekali, tapi mungkin akan layu dalam beberapa waktu ke depan."Intan juga maju dan berseru, "Ya. Kalau ada yang tidak suka lihat bunga dan mau menonton opera, mari ikut aku."Intan menuntun Nyonya Kartika turun, lalu menuntun Viona seraya berkata dengan suara pelan, "Ayo, aku temani Nyonya pergi lihat bunga. Sudah lama tidak ketemu Nyonya, ada banyak yang ingin kubicarakan denganmu."Viona tampak tidak fokus. Viona tidak mengerti mengapa Amanda menikah dengan Rudi. Lalu, mengapa Amanda yang sudah menikah dengan Rudi datang hari ini?Keluarga Salim memulangkan Amanda karena berharap Amanda dapat menikah dengan pria yang baik. Akan tetapi, pria itu bukan Rudi.Suasana hati Viona saat ini
Intan berucap, "Keluarga Widyasono tidak lemah. Tidak peduli bagaimana sifat Rudi, ada Keluarga Bangsawan Widyasono. Amanda tidak akan dirundung."Setelah tertegun sejenak, Intan melanjutkan, "Jangan pikirkan orang lain, fokuslah pada kehidupan sendiri. Pada dasarnya, kalian sudah bukan keluarga. Amanda juga tidak akan dikubur di sisi Vincent setelah mati. Kalian sudah memulangkan Amanda. Jadi, terserah Amanda mau menikah dengan siapa. Baik atau buruk hidupnya, itu adalah konsekuensi yang harus Amanda tanggung."Viona mengembuskan napas. "Nyonya benar, aku memang terlalu ikut campur."Sebenarnya, Intan dan Viona tidak kenal dekat. Intan hanya pernah menemuinya beberapa kali ketika masih muda. Kemudian, sejak Intan pulang dari Gunung Pir, ada interaksi antara keluarga mereka. Akan tetapi, Nyonya Marisa-lah yang menjalin interaksi dengan mereka pada saat itu. Intan hanya sekadar muncul untuk menanyakan kabar.Viona seolah-olah telah kehilangan jati diri sejak kematian putranya. Begitu me
Yanti mengembuskan napas. "Amanda tidak diundang kali ini, tapi bersikeras mau ikut. Dulu, Amanda menikah dengan Keluarga Salim. Setelah Vincent meninggal, kalian sudah kembalikan semua harta bawaan Amanda, juga memberikan tunjangan kematian Vincent dan dua toko tambahan untuk Amanda. Sekarang, semuanya sudah Amanda bawa ke Kediaman Jenderal. Di hari pernikahan, Amanda bahkan ingin membandingkan harta bawaannya dengan Nyonya Intan.""Hal-hal seperti ini tidak seharusnya kukatakan padamu, tapi aku tidak tega melihatmu terus mengkhawatirkan Amanda. Jangan mencampuri urusan Amanda, jagalah kesehatanmu sendiri. Mendiang Vincent juga tidak akan tenang kalau melihatmu terbebani setiap hari."Viona sangat terperanjat.Di hatinya, Amanda adalah orang yang bijak, menghormati mertua dan kerabat. Mengapa Amanda menjadi seperti ini?Apakah karena Amanda sudah munafik dari dulu atau berubah?Yanti menatap Viona, tetapi pada akhirnya menelan kembali apa yang ingin dia katakan."Terima kasih Nyonya b
Amanda panik. "Aku berkata apa adanya. Rumor di luar hanya kabar angin, dibuat-buat oleh Nyonya Intan karena enggan. Tentang pelemparan tinja ke pintu Kediaman Jenderal beberapa waktu lalu, juga dia yang menyuruh orang melakukannya."Viona berbalik badan dan pergi dengan sempoyongan. Wajahnya putih pucat. Omongan Amanda jelas memberinya pukulan yang besar.Setelah mendengar apa kata Yanti, Viona awalnya berpikir Amanda setuju untuk menikah dengan Rudi bukan karena cinta.Namun, sekujur tubuh Viona menjadi dingin setelah mendengar omongan Amanda. Viona tidak bisa memercayai hal itu. Amanda malah membandingkan Vincent dengan Rudi yang bajingan.Viona kembali ke sisi Nyonya Indri dan memegang tangannya erat-erat. Jika tidak, dia khawatir akan tidak bisa mengontrol emosi dan merusak perayaan ulang tahun Nyonya Kartika.Nyonya Indri membawa Viona ke balai opera dan duduk. Melihatnya, Intan bertanya, "Nyonya tidak enak badan? Kalau tidak, pulang dan istirahat saja. Hari masih panjang di masa
Perhatian semua orang tertuju pada Shayna. Shayna yang terjatuh nyaris menangis. Lutut dan dahinya sangat sakit.Terlepas dari rasa sakit, Shayna hampir saja bersentuhan dengan Alfred.Menurut Shayna, meski Alfred adalah seorang jenderal, setiap pria pasti berbelaskasihan pada wanita. Melihat dia jatuh ke sana dan hendak jatuh ke tanah, siapa pun pasti akan memegangnya.Ketika Shayna mengira rencananya akan berhasil, dia merasa dirinya ditarik ke depan oleh suatu kekuatan dan terjatuh ke tanah. Alfred langsung mundur beberapa langkah.Alfred terlalu cepat sehingga tidak ada yang melihatnya bergerak.Shayna mendongakkan kepala sambil menahan air mata karena sakit. Akan tetapi, tatapan mata yang dingin itu membuatnya gemetar.Seorang pelayan membantu Shayna untuk berdiri, tetapi Shayna hanya bisa bersandar pada pelayan itu karena tidak kuat berdiri sendiri. Shayna secara refleks menoleh pada Putri Chelsea. Alhasil, Putri Chelsea menonton dari kejauhan, sama sekali tidak berniat untuk maj