Intan mengedipkan mata. Apa dia tidak salah dengar?Intan terkejut melihat dua ribu tahil itu. Wah, Nyonya Kartika benar-benar suka memberi keuntungan pada orang lain, mudah sekali memberikan uang pada orang lain.Nyonya Kartika mudah ditipu.Tidak, Nyonya Kartika sudah ditipu."Ibu sudah tahu sifat asli Putri Agung?" tanya Intan sambil tersenyum. Nadanya menjadi lebih lembut.Wajah Nyonya Kartika menjadi suram. "Kamu pikir aku buta, sudah begini masih tidak bisa lihat?""Aku lihat Ibu masih bicara baik-baik dengannya, jadi kupikir Ibu masih tertipu."Nyonya Kartika menyeletuk, "Mana bisa kalau tidak bicara baik-baik? Salah satu dari kita harus bersikap ramah dan satunya galak. Mana bisa bermusuhan dengannya? Putri Agung berteman dekat dengan nyonya-nyonya lain. Kalau mereka memfitnahku, bukannya reputasi akan rusak? Kamu memang cuek, tidak takut apa-apa."Intan tidak berkomentar, melainkan menghitung uang yang bernilai satu tahil per lembar. Intan memberikan seratus tahil kepada Dayan
Nyonya Kartika diam-diam melirik Intan yang tampak rileks dan tersenyum. Harus diakui bahwa Intan sangat cantik seperti bunga plum.Nyonya Kartika tiba-tiba penasaran. "Kamu benaran tidak takut Putri Agung?"Intan bertanya balik, "Kenapa harus takut pada Putri Agung?""Dia Putri Agung, bibinya Kaisar. Mantan kaisar juga mengalah padanya. Selain itu, Putri Agung setidaknya menguasai separuh lingkaran sosialisasi di ibu kota. Dia bisa menghancurkan reputasimu dalam semalam."Intan acuh tak acuh. "Ibu sendiri bilang aku tidak takut apa-apa. Apa aku takut reputasiku akan hancur? Kalau Putri Agung memfitnahku, berarti dia memfitnah orang yang telah berjasa untuk merebut kembali Manuel. Sekalipun berstatus sebagai putri agung, dia akan dihujat oleh seluruh masyarakat."Nyonya Kartika merasa terlalu mudah untuk mengatakan hal-hal seperti itu. Jika menyinggung Putri Agung, pembalasan dendamnya akan sangat ekstrem.Nyonya Kartika teringat akan kejadian hari ini, juga sukar untuk mengambil kemba
Dayang Gita berjuang keras untuk berdesak ke dalam dan menanyai pekerja, "Apa ada gelang emas berhiaskan benang emas dan permata?"Staf muda melirik Dayang Gita dan berseru, "Itu dijual di lantai dua, tapi sudah tidak ada stok. Tahun ini sudah dibuat beberapa kali, tapi habis terjual. Kalau mau beli, pesan di lantai dua. Baru ada stok Februari tahun depan."Harus dipesan? Baru ada stok Februari tahun depan?Dayang Gita berdesakan keluar dan naik ke lantai dua yang didekorasi dengan elegan. Ada sembilan meja konter dengan kursi yang dilapisi bantal empuk di depannya. Satu meja konter melayani satu tamu.Di sisi lain, ada belasan orang yang sedang menunggu. Mereka duduk di kursi sambil minum teh dan makan kue. Ada perapian arang perak yangMeskipun para tamu kaya, mereka tidak memakai pakaian brokat atau satin. Tampaknya mereka hanya pengusaha kaya, bukan keluarga bangsawan.Dayang Gita melirik ke sana. Seorang tamu memakai beberapa gelang emas dan menyuruh staf membungkusnya. Modelnya c
Kebetulan, keesokannya, saat Alfred dan Intan hendak pulang ke Kediaman Adipati Belima, Putri Chelsea mengutus orang untuk mengantarkan buku keuangan. Bahkan diantar secara pribadi oleh sang pengurus toko, Pak Hilmi.Nyonya Kartika sudah menetap di Kediaman Aldiso sehingga Pak Hilmi yang datang. Jika masih tinggal di istana, buku keuangan akan diantarkan oleh Putri Chelsea.Menurut Dayang Gita, Pak Hilmi datang untuk mengenal orang. Jika Nyonya Kartika datang di kemudian hari, mereka bisa mengenalinya.Nyonya Kartika dengan girang membuka buku keuangan yang hanya berisi beberapa lembar. Produk yang terjual hanya produk berkualitas rendah, sama sekali tidak ada aksesori mahal.Di bagian bawah, ada ringkasan pemasukan toko, yaitu minus.Dalam satu kuartal, telah rugi lebih dari sepuluh ribu tahil.Kerugiannya bahkan lebih besar dari sebelumnya.Saking marah, tubuh Nyonya Kartika menjadi gemetar. Nyonya Kartika melempar buku keuangan ke lantai. "Kenapa bisa rugi sebanyak ini? Jelaskan!"P
Pak Adi langsung menyuruh dua pengawal masuk untuk mengawal Pak Hilmi ke kantor pemerintah.Pak Hilmi ketakutan sehingga berteriak, "Nyonya intan, mohon ampun. Itu bukan ideku, tapi ide Putri Chelsea. Dialah yang menyuruhku memalsukan buku keuangan untuk menipu Nyonya Kartika.""Apa?" Nyonya Kartika melempar gelas dengan gusar. "Chelsea menipuku dengan buku keuangan palsu?"Intan mengangkat tangan dan menyela perkataan Nyonya Kartika, "Kalau buku keuangan dari dulu palsu, pasti ada yang asli."Pak Hilmi diseret dua pengawal, lengannya sakit seperti hendak putus. Pak Hilmi terus mengangguk, tidak berani berbohong lagi. "Ada, ada."Intan tidak ingin basa-basi karena hari ini adalah hari pulang ke rumah maternal. Intan memanggil Pak Adi ke dalam dan berkata, "Tolong Pak Adi cari dua orang dan bawa dia ke Toko Emas, bawa pulang semua buku keuangan selama beberapa tahun ini. Suruh bendahara cek satu per satu, lihat itu buku keuangan yang asli atau bukan. Kalau dia masih berani bohong, tidak
Alfred memindahkan hadiah sambil memikirkan Taliani.Alfred gembira karena Intan dilindungi oleh banyak orang, tetapi Alfred ingin Paman Guru dan senior-senior tahu bahwa dia akan melindungi Intan dari sekarang. Mereka tidak perlu khawatir.Lebih penting lagi, Alfred harus memberitahukan satu hal pada Paman Guru. Dia akan memantau Intan untuk mengirim dua surat ke sekte setiap bulan.Tidak peduli baik atau buruk, Intan harus mengabari segala hal pada sekte. Jadi, mereka tidak perlu turun dari gunung dan mencari tahu.Setelah hadiah dimuat ke dalam tiga kereta kuda, Intan berjalan keluar bersama Erik dan Mutiara.Intan tampak tenang dan kalem. Pakaian ungu menonjolkan kulitnya yang putih dan cerah. Dua kuntum peony di tusuk konde membuatnya tampak memesona.Teringat akan tadi malam, kegairahan yang besar memusat ke suatu bagian di tubuh Alfred. Mata Alfred menjadi gelap dan bergejolak.Intan menatap Alfred dan melihat ekspresi matanya. Sudah dua malam, Intan mengenali apa ekspresi mata
"Hah?" Alfred termangu. Lalu, matanya penuh kegirangan. "Kamu takut aku dihukum Guru? Kamu khawatir denganku?""Tentu saja aku khawatir denganmu. Kamu tidak pernah dipukul Paman Guru?" Intan mengangkat alis."Hmm, tidak sering." Alfred mengingat kembali masa-masa di Taliani. Jika dihitung-hitung, waktu ketika dia berada di Taliani bahkan tidak sampai sebulan dalam setahun. Tentu saja Alfred pernah dihukum, tetapi demi harga diri, itu tidak boleh diberitahukan."Kamu sepatuh itu dari dulu?" tanya Intan penasaran. Di Taliani, Kak Andi pun pernah dihukum. Alfred bahkan lebih patuh dari Kak Andi?Alfred berpikir sejenak. "Saat aku pergi ke Taliani, kalian tidak bermain bersamaku, jadi aku hanya bisa latihan dengan keras. Guru sangat puas terhadapku."Intan menatap Alfred dengan kagum. Mereka yang menjadi murid keponakan saja pernah dihukum oleh Paman Guru, tetapi Alfred yang menjadi murid inti Paman Guru tidak pernah dihukum?Tidak heran Alfred begitu terampil dalam seni bela diri. Alfred
Alfred dan Intan memberi hormat pada guru dan paman guru, serta senior-senior.Paman guru memicingkan mata, tidak jelas matanya terbuka atau tertutup. Akan tetapi, Intan tahu paman guru yang seperti itu paling mengerikan. Paman guru sedang melihat kamu sudah melakukan kesalahan atau tidak.Oleh karena itu, Intan mengetukkan kepala dengan sungguh-sungguh dan kuat. Bahkan ada bunyi gema. Ketukan kepala itu memenuhi standar.Intan pernah diajari cara mengetukkan kepala oleh Paman Guru karena terlalu santai saat mengetukkan kepala pada Guru.Usai latihan malam itu, sampai kepala Intan pusing dan berdarah, Paman Guru baru membuka mata dan membolehkan Intan pergi.Intan bahkan tidak kuat untuk berjalan. Untung Kak Desni menggendongnya kembali ke kamar.Teringat akan masa lalu, benar-benar menyedihkan.Saat mengetukkan kepala, Intan melihat bahwa Alfred hanya menunduk pada Guru dan senior-senior, lalu mengetukkan kepala sekali pada Paman Guru. Akan tetapi, ketukan itu tidak bergema, jelas tid