Share

Bab 362

Author: Nanda
last update Last Updated: 2024-09-01 18:00:00
"Hah?" Alfred termangu. Lalu, matanya penuh kegirangan. "Kamu takut aku dihukum Guru? Kamu khawatir denganku?"

"Tentu saja aku khawatir denganmu. Kamu tidak pernah dipukul Paman Guru?" Intan mengangkat alis.

"Hmm, tidak sering." Alfred mengingat kembali masa-masa di Taliani. Jika dihitung-hitung, waktu ketika dia berada di Taliani bahkan tidak sampai sebulan dalam setahun. Tentu saja Alfred pernah dihukum, tetapi demi harga diri, itu tidak boleh diberitahukan.

"Kamu sepatuh itu dari dulu?" tanya Intan penasaran. Di Taliani, Kak Andi pun pernah dihukum. Alfred bahkan lebih patuh dari Kak Andi?

Alfred berpikir sejenak. "Saat aku pergi ke Taliani, kalian tidak bermain bersamaku, jadi aku hanya bisa latihan dengan keras. Guru sangat puas terhadapku."

Intan menatap Alfred dengan kagum. Mereka yang menjadi murid keponakan saja pernah dihukum oleh Paman Guru, tetapi Alfred yang menjadi murid inti Paman Guru tidak pernah dihukum?

Tidak heran Alfred begitu terampil dalam seni bela diri. Alfred
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 363

    Alfred dan Intan memberi hormat pada guru dan paman guru, serta senior-senior.Paman guru memicingkan mata, tidak jelas matanya terbuka atau tertutup. Akan tetapi, Intan tahu paman guru yang seperti itu paling mengerikan. Paman guru sedang melihat kamu sudah melakukan kesalahan atau tidak.Oleh karena itu, Intan mengetukkan kepala dengan sungguh-sungguh dan kuat. Bahkan ada bunyi gema. Ketukan kepala itu memenuhi standar.Intan pernah diajari cara mengetukkan kepala oleh Paman Guru karena terlalu santai saat mengetukkan kepala pada Guru.Usai latihan malam itu, sampai kepala Intan pusing dan berdarah, Paman Guru baru membuka mata dan membolehkan Intan pergi.Intan bahkan tidak kuat untuk berjalan. Untung Kak Desni menggendongnya kembali ke kamar.Teringat akan masa lalu, benar-benar menyedihkan.Saat mengetukkan kepala, Intan melihat bahwa Alfred hanya menunduk pada Guru dan senior-senior, lalu mengetukkan kepala sekali pada Paman Guru. Akan tetapi, ketukan itu tidak bergema, jelas tid

    Last Updated : 2024-09-01
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 364

    Mendengar sahutan Intan yang manis, Adrian melambai pada Intan. "Sini."Intan dengan patuh berjalan ke sana. Guru menganjurkan tangan dan menjentik hidung Intan.Intan memprotes, "Guru, sakit.""Hukuman!" Adrian memasang ekspresi galak. "Siapa suruh kamu rahasiakan semuanya? Hukuman ini sudah ringan."Tebersit sedikit rasa sakit dalam mata Intan, tetapi segera dihilangkan. "Aku tahu, tidak akan kuulangi lagi."Adrian tidak mungkin tidak melihat ekspresi Intan. Adrian mengembuskan napas dalam hati. Apa yang telah dialami oleh Intan tidak boleh dipikirkan. Jika tidak, hatinya akan sangat sakit.Adrian memegang tangan Intan dan menariknya untuk duduk di sebelah. Adrian berkata, "Kepribadian dan karakter Alfred jauh lebih baik dibanding Rudi. Guru percaya Alfred tidak akan mengecewakanmu atau memperlakukanmu dengan buruk, tapi dunia ini berubah-ubah, begitu pula hati manusia. Dulu Alfred suka kamu dan terus memikirkanmu karena tidak bisa mendapatkanmu. Sekarang, Alfred sudah menikahimu ses

    Last Updated : 2024-09-01
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 365

    Desni menyeka air mata. "Kakak tidak pergi, Kakak temani kamu di ibu kota. Kakak tinggal di sini. Kalau rindu Kakak, kamu bisa pulang dan tengok Kakak.""Kami juga tinggal!" Mendengar omongan Desni, yang lain segera menyahut.Intan membenamkan diri dalam pelukan Desni. Sudah lama sekali Intan tidak merasakan rasa aman seperti sekarang.Intan juga ingin menangis, enggan berpisah dengan mereka.Namun, Adrian menegur dengan wajah dingin, "Kamu mau temani Intan selamanya? Setiap orang harus menjalani kehidupan masing-masing. Memangnya ibu kota ini aman? Kalaupun aman, itu bukan tempat tinggal untuk jangka waktu lama bagi kita orang-orang Taliani."Adrian tidak menyukai ibu kota dan keluarga kekaisaran, tetapi Alfred memiliki kepribadian yang baik. Alfred juga telah merebut kembali Manuel dan menjaga keutuhan negara. Barulah Adrian menerima Alfred. Akan tetapi, hati manusia akan berubah atau tidak, itu akan dibutuhkan oleh waktu.Dulu, Alfred sebenarnya ingin berguru pada Adrian, tetapi Adr

    Last Updated : 2024-09-02
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 366

    Mata Intan membara. Guru ... Guru mau membawa Erik ke Gunung Pir?Adrian menatap Erik dan bertanya dengan penuh arti, "Kenapa kamu mau latihan seni bela diri?""Untuk lindungi Bibi," seru Erik. Erik tertegun sejenak dan merasa alasannya terlalu sederhana. "Aku mau maju ke medan perang seperti kakek dan ayahku, untuk lindungi negara dan tanah air."Adrian tersenyum. "Bagus, bagus. Kamu sudah punya cita-cita yang besar di usia kecil. Tapi jadi pahlawan itu sangat susah dan capek. Apa kamu bisa tahan?""Aku bisa!" seru Erik sambil membusungkan dada. Meski tidak tahu mengapa Kakek Guru bertanya seperti itu, menjawab dengan suara lantang tidak akan salah.Lagi pula, Erik telah melewati banyak kesusahan."Kalau kamu harus berpisah dengan bibimu? Apa kamu juga bisa?" tanya Adrian."Aku bisa .... Ah!" Erik langsung mundur dua langkah dan menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak mau berpisah dengan Bibi."Intan juga enggan berpisah dengan Erik. Kini, Erik adalah satu-satunya keturunan pria dari

    Last Updated : 2024-09-02
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 367

    Di dalam kereta kuda, Alfred memberitahukan apa kata Desni pada Intan.Intan menyandarkan kepalanya ke bahu Alfred. Air mata yang sudah terbendung sekian lama akhirnya mengalir turun.Alfred memeluk Intan dan menempelkan dagunya di dahi Intan. "Kak Desni benar-benar menganggapmu sebagai adik kandung.""Ya, saat aku bergabung dengan Taliani, Kak Desni lebih sering merawatku. Kak Desni sangat menyayangiku."Alfred berpikir dalam hati, siapa orang di Taliani yang tidak menyayangi Intan? Saat gurunya berbicara dengannya di aula samping, gurunya juga berpesan padanya untuk menyayangi Intan si bandel itu.Jarang sekali timbul rasa sayang di wajah guru. Mata guru penuh kesedihan dan penyesalan saat membicarakan Keluarga Belima.Semua orang terharu atas pengorbanan Keluarga Belima demi negara.Intan menyeka air mata, lalu bertanya, "Ranto mau tinggal di ibu kota, apa kamu punya lowongan kerja untuknya? Ranto tidak ingin kembali ke kemiliteran."Alfred menjawab, "Itu gampang. Raja boleh punya l

    Last Updated : 2024-09-02
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 368

    Intan mendatangi Pak Adi untuk menanyakan keadaan dan situasi di Toko Emas. Pak Adi menyuruhnya untuk jangan khawatir. Pak Hilmi sudah ditahan, Toko Emas juga sudah diawasi sehingga tidak ada yang bisa keluar untuk memberi laporan.Intan dengan tenang berjalan ke ruang bendahara.Nyonya Kartika belum selesai mengecek buku keuangan, tetapi semua orang di ruang bendahara berlutut dengan panik.Barang-barang berserakan di lantai. Semua benda di atas meja dilempar, kecuali buku keuangan. Cangkir teh pun dilempar.Rambut Nyonya Kartika berantakan dan wajahnya masam. Melihat Intan sudah pulang, kesedihan dan rasa penghinaan Nyonya Kartika memuncak sehingga dia menangis. "Mereka merundungku!"Intan melangkah ke dalam dan berkata pada semua orang, "Kalian bangun dulu. Selain bendahara, keluar semua. Dayang Gita juga keluar dulu."Di Kediaman Aldiso, ada beberapa bendahara dan satu kepala bendahara. Mereka semua berlutut di lantai dengan gemetar. Belum pernah mereka melihat Nyonya Kartika semar

    Last Updated : 2024-09-02
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 369

    Intan juga tidak mengatakannya dulu dan menyuruh seseorang menyiapkan makanan untuknya.Setelah selesai makan, Intan berkata, "Cari kontraknya dan biar kulihat, takutnya ada jebakan. Kalau ada, kita harus bersiap lebih dulu."Dia mengedipkan sepasang matanya yang jernih lagi, "Kalau ada jebakan, bagaimana kita bisa menghadapinya?""Ada caranya. Cari dulu untuk kulihat." Intan tidak menatapnya, terutama saat sedang menangis. Dia berbalik untuk mencari Dayang Gita dan memintanya untuk mencari kontrak.Dayang Gita tahu di mana barang ini disimpan dan langsung menemukannya sebelum dibawakan kepada Intan.Intan membaca kontrak itu tiga kali dengan cermat dan tidak menemukan masalah.Perihal penanggung jawab, Nyonya Kartika menggunakan nama Dayang Gita, yaitu Gita Kartolo.Putri Chelsea menggunakan nama Pak Hilmi yang sebenarnya adalah pelayan rumah.Kalau Nyonya dari keluarga kaya berbisnis di luar, mereka tidak akan menggunakan namanya sendiri untuk membeli properti karena harus melalui ba

    Last Updated : 2024-09-03
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 370

    Intan memikirkannya dan memerintahkan orang membawa Pak Hilmi pergi untuk diinterogasi.Ada tungku arang di aula samping dan sebatang tongkat api sedang dibakar di atas tungku arang. Setelah terbakar beberapa saat, setengah dari tongkat api itu berubah menjadi merah.Saat Pak Hilmi melihat ini, dia sangat ketakutan hingga nyaris mengompol di celana dan berlutut, "Nyonya, tolong ampuni nyawaku."Intan duduk tegak dan mengerutkan kening, "Untuk apa aku membunuhmu? Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan dan jawablah dengan jujur."Pak Hilmi mengangguk, "Aku akan mengatakan semua yang kuketahui."Intan mengambil catatan keuangan barang yang dibeli, "Apakah Putri Chelsea tahu tentang barang murah dan kasar ini?""Tahu, dia tahu. Dia sendiri yang memberi pesan."Apakah kamu memberitahunya kalau bahan yang digunakan dalam perhiasan emas tidak murni dan rawan masalah?Pak Hilmi memutar matanya dan berkata, "Aku sudah memberitahunya, tapi putri bilang itu tidak masalah. Kalau ada masalah dalam

    Last Updated : 2024-09-03

Latest chapter

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status