Hanya saja, para pelayan melaporkan kejadian bahwa orang dari Kediaman Adipati Belima yang datang untuk menagih utang pada Diana dan Diana segera memanggil Rudi untuk menanyakan hal ini dengan jelas.Rudi juga mengetahui bahwa masalah ini tidak bisa terus disembunyikan karena terdapat banyak pelayan yang melihat hal ini, jadi Rudi mengatakan yang sebenarnya pada Diana.Diana marah besar dan berkata dengan marah, "Bencana, kamu benar-benar telah mendatangkan bencana, kenapa kamu bisa menyukainya pada saat itu? Dia tidak merasa cukup setelah membuat masalah di kediaman, tapi bahkan juga pergi ke Kediaman Adipati Belima, apakah kita masih bisa menyinggung Keluarga Adipati Belima pada saat ini? Kenapa Linda tidak berkaca terlebih dahulu? apakah dia sengaja mempermalukan dirinya sendiri dengan pergi ke sana?"Diana mengutuk sambil memegang dadanya, "Bencana, benar-benar sebuah bencana. Dia pasti pergi mencari Intan untuk menghentikan pernikahanmu dengan Keluarga Widyasono."Rudi tiba-tiba m
Pada akhirnya, Rudi tetap pergi menemui Linda. Rudi tidak ingin bertengkar lagi. Mereka harus bicara baik-baik.Di dalam kamar, Linda duduk di bangku sambil memeluk selimut. Wajah Linda masih ditutupi cadar hitam.Sejak ada bekas luka di wajah, Linda telah membuat banyak cadar warna-warni. Linda tidak akan bepergian keluar tanpa memakai cadar atau topi bercadar.Setiap kali bertemu sebelumnya, Linda selalu agresif dan ingin bertengkar.Namun, hari ini, Linda tampak lesu. Linda melirik Rudi sekilas dan mengabaikannya.Pelayan di samping Linda segera berseru, "Jenderal akhirnya pulang. Sudah dua hari Nyonya sakit."Rudi tahu bahwa Linda telah memanggil tabib keluarga. Rudi bertanya, "Apa sudah lebih baik?"Linda berbalik badan dan mengabaikan Rudi.Hari ini, mereka sepertinya tidak ingin bertengkar lagi.Rudi duduk di kursi. Setelah hening sejenak, Rudi berkata, "Hari ini, orang Keluarga Adipati Belima datang untuk menagih utang."Mata Linda menjadi dingin. Linda telah mendengar pelayan
Setelah meninggalkan rumah, Rudi punya dorongan untuk segera pergi ke Kediaman Adipati Belima.Rudi ingin menanyai Intan secara langsung apakah masih ada kemungkinan di antara mereka.Walau hari ini Linda mengatakan Intan meremehkannya, walau sikap Intan sudah jelas saat di medan perang, walau Rudi sangat bertekad ketika ingin menceraikan Intan kala itu ....Rudi tetap merasa bahwa Intan tidak akan mungkin melupakannya secepat itu.Intan hanya marah atas kekejamannya dan telah melanggar janji di tahun silam.Jika Intan masih merasa benci dan marah, berarti Intan masih peduli.Namun, Rudi disadarkan oleh angin dingin yang menerpa. Sebenarnya, Rudi tahu betul selama ini. Rudi hanya gegabah sesaat.Situasi sudah mutlak, tidak ada gunanya untuk menemui Intan. Walau Intan masih memiliki sedikit perasaan pada Rudi, Intan akan menikah dengan Raja Aldiso, sedangkan Rudi akan menikahi Amanda. Mereka tidak akan punya kaitan apa-apa.Rudi kembali ke ruang kerja dan duduk untuk waktu yang lama. Ru
Tamparan itu membuat Shayna terbengong.Shayna memegang pipinya dengan mata membelalak. Sesaat kemudian, Shayna menangis. "Kakak tampar aku? Kakak tampar aku demi Intan si wanita tidak tahu malu itu? Aku akan lapor ke ibu."Setelah itu, Shayna berlari keluar sambil memegang pipinya.Rudi meninju pintu ruang kerja dengan ekspresi sedih. Intan sudah tidak suci? Sebaliknya, Intan masih perawan.Intan masih perawan karena mereka belum pernah bersetubuh. Ironis sekali. Rudi sudah menyadari cintanya sekarang, tetapi juga menyadari bahwa dia tidak pernah memiliki Intan.Jika mereka bersetubuh sebelum dia berangkat perang, Intan mungkin tidak akan memilih untuk cerai ketika dia menikahi Linda.Sesaat kemudian, Nyonya Besar Diana meminta Rudi ke tempatnya.Sebelum Rudi sempat berbicara, Nyonya Besar Diana berkata, "Menurut Ibu, pemikiran Shayna begini bagus sekali. Ibu dukung. Selama Putri Agung bersedia merekomendasikan Shayna pada Nyonya Kartika, Shayna bisa menikah dengan Raja Aldiso. Itu ad
Intan sendiri juga tidak ingin menghadiri acara jamuan Nyonya Kartika. Sejak Erik bisa berbicara, Intan menjadi rileks. Intan mulai membenahi catatan mendiang ayah dan kakak-kakaknya tentang rencana pertahanan militer dan bagan formasi latihan.Ayah dan kakak-kakak telah berperan dalam pertahanan di Kota Uldi dan Manuel. Mereka sangat mengenal daerah perbatasan dan telah membuat banyak denah pertahanan.Di saat tidak peperangan, mereka akan mengirim orang untuk melakukan inspeksi ke berbagai tempat. Semua benteng di dalam dan di luar kota telah mereka tandai dengan jelas.Akan tetapi, agak berantakan dan kacau. Jadi, Intan membandingkan catatan mereka dan membuat perencanaan yang baru.Hal itu jelas memakan banyak waktu dan tenaga. Dari setumpuk catatan itu, Intan yakin tidak akan selesai dalam waktu dua atau tiga bulan jika dia mengerjakannya sendiri.Intan pun mengembuskan napas. Andaikan ada Kak Andi. Kak Andi memiliki mata dan pemikiran yang tajam. Dengan sekilas pandang, semua itu
Intan menggandeng tangan Andi dengan penuh semangat dan membombardirnya dengan pertanyaan. "Kak Andi dari mana? Dari Gunung Pir? Kenapa hanya Kak Andi sendiri? Di mana Guru? Di mana senior yang lain?"Andi mengetuk kepala Intan dengan tatapan penuh kasih sayang. "Kakak tidak datang dari Gunung Pir, tapi dari Kota Uldi. Desni akan sampai dalam beberapa hari lagi dari Negara Lonis. Desni mengawasi pergerakan Negara Lonis selama ini. Dari surat kiriman merpatinya, Desni sudah mendapat banyak informasi.""Kak Desni juga akan datang? Bagus sekali." Intan tersenyum berseri-seri karena girang.Paman Toni membawakan mantel ke aula utama dan baru ingat bahwa ada perapian di aula utama. Mantel itu tidak diperlukan. Jadi, Paman Toni berdiri di ambang pintu dan menatap Tuan Andi legendaris itu. Paman Toni terharu sampai ingin menangis. Ingin sekali Paman Toni pergi mengambil alat tulis di ruang kerja dan meminta Tuan Andi menuliskan kaligrafi untuknya. Dia pasti akan menjadikan karya itu sebagai h
Intan tahu bahwa Nyonya Kartika tidak mengundangnya ke perjamuan, tetapi tidak tahu kapan perjamuan itu diadakan.Intan menatap Andi. "Kapan Kak Andi ke ibu kota? Ini bukan kebetulan, 'kan?"Andi tersenyum saat menjawab, "Sudah beberapa hari, Kakak jalan-jalan di ibu kota. Biar bisa tenang, tidak perlu mendengar kecerewetanmu secepat itu.""Apa? Kakak tidak langsung mencariku setelah sudah datang ke ibu kota? Keterlaluan!""Ya, tidak mau, menangis saja sana." Andi duduk dan menyeruput setengah cangkir teh dengan santai. Begitu mendongak dan melihat mata Intan memerah, Andi mengembuskan napas. "Kamu tidak pernah memberitahukan apa-apa pada sekte, Kakak harus selidiki sendiri, 'kan? Hidupmu baik atau tidak, meski kamu tidak mau kami ikut campur, setidaknya Kakak harus tahu.""Kak Andi, aku baik-baik saja sekarang." Intan duduk di sebelah Andi dan tetap manja seperti dulu. Intan bersikap centil sebelumnya karena terlalu bergembira saat bertemu kembali dengan Andi, tetapi tidak bisa lagi s
Di hari perjamuan Nyonya Kartika, semua nyonya bangsawan beserta anak-anak mereka datang ke Kediaman Aldiso.Tidak turun salju hari itu, tetapi semua orang diundang ke perjamuan untuk menikmati keindahan salju. Selain itu, semua bunga plum di taman telah dipindahkan ke tempat terpencil sehingga bunga plum tidak bermekaran tahun ini.Meski Alfred sudah menyuruh tukang kebun merawat bunga dengan cermat sejak pulang dari berperang, tidak banyak bunga yang bermekaran di taman.Akan tetapi, menikmati keindahan salju tidaklah penting. Semua orang tahu Nyonya Kartika hanya ingin pamer.Benar saja, Nyonya Kartika mengenakan gaun ungu-kemerahan bermotif bunga teratai dan mantel bulu putih. Rambutnya yang hanya sedikit beruban disanggul dan dihiasi dengan mahkota bertatahkan permata merah, tampak sangat mulia.Putri Agung juga berdandan dengan cantik, tetapi tidak seanggun Nyonya Kartika. Nyonya Kartika telah menikmati kehidupan makmur di istana selama bertahun-tahun. Kulitnya putih berona, juga